Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Waters", Album Baru Neonomora adalah Ekspresi Pendewasaan Diri

4 Oktober 2018   22:35 Diperbarui: 4 Oktober 2018   22:52 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Neonomora (sumber: https://www.bandwagon.asia/articles/neonomora-readies-second-lp-waters)

Solois tanah air Neonomora kembali datang membawa album terbarunya yang berjudul "Waters". Album ini secara resmi dirilis pada 28 September 2018, setelah tunggalan pertama "Lies" diperkenalkan di kanal YouTube pada 21 September 2018 lalu.

Sebagai catatan, sebenarnya ada tiga tunggalan yang jauh lebih dahulu dirilis yaitu "Sapphire (Phase I - The Passage Forms a Prelude to Phase II)" yang sempat menjadi sinyal album terbarunya. "Waters" dan "Be Still, My Soul" menyusul dirilis pada tahun 2016. Awal mendengar album ini, terus terang saya merasa 'oh, another music by Florence + the Machine?'. Baru sadar bahwa yang datang adalah musik Neonomora. Ah, baru satu lagu saja saya sudah punya kesimpulan yang salah.

Jadi setelah album pertama "Seeds" yang cukup sukses di tahun 2014 lalu, Neonomora segera sibuk dengan penggarapan album keduanya ini. Proses produksi "Waters" ini lumayan lama yaitu tiga tahun. Namun pada akhirnya kerja kerasnya terbayar lunas dengan dirilisnya album studio yang patut untuk dinikmati. Lirik lagu-lagu ditulis oleh Neonomora dan semua lirik lagu berbahasa Inggris.

Album konseptual ini banyak mengandung elemen sound keren. "Waters" ia artikan sebagai lautan air mata. Ya, album ini tentang kesedihan yang menguras tangis, tetapi kesedihan yang tidak berlangsung lama yang dapat menghempaskan secuil semangat atau pun bongkahan kemauan menjalani hidup. Album ini terinspirasi dari satu fase perjalanan hidup seorang teman baiknya yang pahit dan serba berat tetapi proses itu membawanya menuju pendewasaan diri. 

Gaya vokal Neonomora unik. Karakter vokal Ratih Suryahutamy, nama asli Neonomora, menurut saya merupakan gabungan antara Florence Welch (Florence + the Machine), Hannah Reid (London Grammar) dan sedikit Sia. Vokalnya bisa melantun syahdu di nada-nada rendah tapi juga mampu kuat nan tangguh di nada-nada tinggi.

Tak salah sang ibunda memperkenalkannya dengan album "#1's"-nya Mariah Carey kala ia belia. Waktu itu sang ibunda memberinya tambahan uang saku bila ia mampu mencapai nada-nada tinggi. Karakter vokalnya yang soulful mungkin karena ia telah mengakrabi vokal Etta James, Shirley Bassey, Aretha Franklin, Ella Fitzgerald, Nina Simone, WHitney Houston dan artis lainnya sejak belia.

Album "Waters" menurut saya masuk pada kategori alternative rock, art rock dan dream rock. Banyak elemen yang ia sematkan di setiap lagu-lagunya membuat album ini sungguh berwarna. Tak heran, penyanyi kelahiran Jakarta ini punya referensi musik yang kaya seperti Radiohead, Arcade Fire, Bon Iver, Lykke Li dan banyak lagi. Album ini punya aura kuat di banyak hal baik dari sisi musik dan vokal. Setiap lagu juga dipresentasikan dengan sangat baik.

Pada sebuah kesempatan, Neonomora mengatakan bahwa Bjork memberi pengaruh pada karya-karya musiknya yang gelap, gloomy, bersemangat sekaligus mengharu biru. Setelah mendengarkan album ini, rasanya Bjork malah kurang terasa di sana. Artinya pengaruh sekadar pengaruh, tidak lantas mengintervensi corak musiknya. Neonomora punya warna sendiri.

Karena terinspirasi dari situasi hati yang sedang bergejolak oleh karena pengalaman atas suatu peristiwa, maka album ini terasa digarap dari hati. Seperti orang yang menulis catatan harian, kondisi emosional seseorang tumpah ruah di sana. Begitu pula dengan album ini, sempurna mendokumentasikan relung hati kala sepenggal jalan hidup terhalang oleh hujan badai.

Sekadar ulasan singkat mengenai lagu-lagu Neonomora, album ini terdiri dari Sembilan lagu apik. "Blinding" membuka album dengan sangat baik. Lagu ini kental dengan gebukan drum yang enerjik dengan suara latar epilog yang mengungkapkan perasaan hati. "Lies" masih enerjik, menyusul dengan sound drum, claps, dan brass yang muncul sejak pertengahan lagu.

"Waves" menarik, menyematkan elemen lounge jazz di sana. "Be Still, My Soul" bertempo lambat, berefek melodramatis dengan shout yang menggema dan denting piano yang cantik di bagian akhir lagu. "Waters" juga tak kalah keren.  

"Sapphire", judul lagu dalam versi album ditulis sebagaimana adanya karena nampaknya telah jelas bahwa "Waters" telah resmi keluar. Lagu ini sekilas mirip dengan "Waters" tapi lebih dominan gebukan drum tapi terdengar sinematik dengan vokal Neonomora yang bertenaga.

Track bertempo lambat muncul kembali di sepertiga akhir album yaitu "Flesh & Bone". "Humming Song" punya musik epik dengan vokal Neonomora yang melengking tinggi. Wow! "Tears Stop Falling", trackmid tempo di penghujung album terdengar ada elemen sound '80an, pas banget sebagai penutup album.

Produksi album ini di bawah label Saorsa Records yang didirikan oleh Ratih. Tapi dalam proses produksinya, meskipun digarap secara independen, Neonomora tidak bekerja sendiri. Ia berkolaborasi dengan sejumlah musisi terkenal seperti John Paul Patton dan Viki Vikranta (Kelompok Penerbang Roket), Ibnu Dian (Matter Halo), Adityar Andra (Easy Tiger), Adhe Arrio (Double Deer Records) Jevin Julian (Soundwave), Hendra (Rock N' Roll Mafia), Bam Mastro (Elephant Kind) dan Rama (ex-Cupumanik).

Neonomora nampaknya tidak ingin setengah-setengah membuat album ini. Ia juga mengajak salah satu music engineer/mixer top dari Amerika Serikat peraih Grammy Awards, Fernando Lodeiro, yang sudah membantu banyak artis top seperti Prince, Lady Gaga, Bryan Adams dan Sheryl Crowe, Bjork dan Florence + the Machine. Fernando membantu Neonomora dalam lagu "Waves".

Selain menggandeng banyak musisi untuk setiap track dalam album ini, cover album-nya juga menjadi elemen penting yang tidak dapat dinomorduakan. Untuk itu ia mengajak seniman mural asal Bandung bernama Awan Pamungkas untuk menggarap cover albumnya. Awan mengerjakan lukisan pada cover album yang diberi judul "The 4 Elements of Water Dancing in the Same Depth of the Sea" dengan bantuan desainer grafis Dede F. Ch.

Album "Waters" saat ini didistribusikan lewat platform digital. Menurut saya album ini layak menjadi salah satu dari album terbaik tahun 2018. Rating yang saya berikan untuk album ini adalah 9 dari 10. Bagaimana lagi? Album ini memang keren kok. Sumpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun