Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengulas "Gramedia Boom Sale" dan "Big Bad Wolf Surabaya 2018", Dua Pesta Buku Besar yang Hadir Serempak

2 Oktober 2018   19:36 Diperbarui: 3 Oktober 2018   12:14 3593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Big Bad Wilf Bangkok 2017 lalu. (sumber: xinhuanet.com)

Fenomena pembeli seperti ini baru saya lihat di BBW tahun ini walaupun sebenarnya sudah ada jastip sejak even pertama di tahun 2016. Selama ini saya mengira mereka adalah para Crazy Rich Surabayans yang penggila buku. Ternyata tidak selalu demikian. Saya melihat sendiri ketika sedang memilih buku di salah satu area, sejumlah pembeli membawa troli penuh buku yang kebanyakan berjudul sama. Beberapa tumpuk buku yang mereka bawa berukuran sama, ketebalan bukunya sama dan cover bukunya berwarna sama.

Kali lainnya, seorang wanita dengan sigapnya memindahkan puluhan eksemplar buku berjudul sama dari sebuah meja ke trolinya dengan santainya. Awalnya saya heran saja dengan hal itu tapi belakangan saya menjadi paham. Pembeli semacam ini pastilah kalangan bulk buyer, bukan sekadar jastip lagi.

Saya meyakininya karena untuk jastip meski belanja banyak buku tapi judulnya pasti berbeda-beda karena masing-masing customer-nya pasti punya perbedaan minat terhadap buku. Bisa jadi ada customer yang memesan buku berjudul sama tetapi saya kira tidak lebih dari tiga eksemplar.

Ada dugaan bahwa bulk buyer membeli banyak buku berjudul sama karena customer-nya yang lebih banyak dari jastip biasa menginginkan buku-buku tersebut. Tetapi ada dugaan lain bahwa buku-buku itu akan dijual lagi usai even BBW. Kemungkian dijual secara online atau offline dengan harga yang pastinya lebih tinggi dari harga di BBW. Sebuah akun yang mengikuti akun BBW Indonesia (@bbwbooks_id) menyebut mereka sebagai tengkulak buku.

Jika benar demikian, menurut saya bisnis semacam itu tidak etis, tidak terpuji. Mereka memanfaatkan harga buku di BBW yang sangat rendah untuk dijual lagi dengan harga normal. Padahal BBW sendiri sejatinya membanderol harga buku semurah-murahnya karena membawa misi untuk menumbuhkan minat baca masyarakat.

Uli Silalahi, Presiden Direktur PT Jaya Ritel Book Sale, menegaskan bahwa BBW menyiapkan buku bacaan yang baik dan berkualitas, sekaligus dengan harga yang terjangkau sehingga dapat meningkatkan minat baca masyarakat. (sumber).

Uli juga memberikan data bahwa BBW pertama tahun 2016 lalu minat baca masyarakat Jatim 69 persen, kemudian tahun di even kedua yaitu BBW tahun 2017, minat baca meningkat menjadi 72 persen. 

Untuk tahun ini diharapkan minat baca masyarakat Jawa Timur semakin meningkat lagi. (sumber). Artinya even ini berhasil mendongkrak pertumbuhan minat baca masyarakat. Saya kira misi yang sama juga diusung oleh GBS.

Jika dugaan adanya bulk buyer berbisnis buku dengan mengharapkan margin yang besar usai BBW, menurut saya motivasi bisnis mereka mengesampingkan misi BBW. Hal ini berbeda dengan jastip yang mengutip biaya jasa per buku yang menurut saya masih cukup wajar di luar ongkos pengepakan dan pengiriman ke alamat customer-nya.

Tetapi, di sisi lain, even BBW juga pastinya tidak jauh pula dari motivasi bisnis walaupun pada dasarnya punya misi mulia. Tidak dimungkiri, BBW juga perlu biaya operasional yang tidak murah, apalagi even tersebut menyewa gedung super besar yang dapat menampung jutaan buku dan ribuan orang. Secara bisnis, BBW Surabaya juga pasti menerima mandat peningkatan target penjualan dari BBW pusat di Malaysia. Pada akhirnya, pembeli jastip, bulk buyer juga memiliki posisi setara dengan pembeli perorangan.

Saya kira berbagai upaya pasti dilakukan oleh penyelenggara BBW Surabaya demi kenyamanan semua wolfies. Setelah sejumlah isu muncul di hari-hari pertama even, pihak BBW pun mengadakan evaluasi dan kabarnya kini suasananya makin kondusif. Saya belum mengetahui suasana terkini tetapi di hari Minggu lalu, area penitipan buku ditutup sehingga tidak terjadi penumpukan buku di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun