Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pak Alit dan Kartu Kredit tanpa Limit

18 September 2018   19:43 Diperbarui: 18 September 2018   19:54 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi oleh Gatot Tri

Tujuan berikutnya adalah mal di pusat kota Sampit. Anak tertua Pak Alit yang bernama Judith memilih ke toko buku memborong semua novel teenlit. Adit, anak kedua, ingin tablet canggih seperti kepunyaan Radit, teman sekolahnya.  Sementara Lilith, si bungsu hanya ingin membeli beberapa boneka Little Mermaid.

Di food court, mereka makan makanan lezat nan ajib. Pak Alit memesan soto ayam penuh kulit, sementara Bu Alit dan anak-anak memesan di booth makanan Bali, sate lilit. Bu Alit juga membeli beberapa kotak lapis legit untuk oleh-oleh tetangga terdekat: keluarga Maurits, keluarga David dan keluarga Bukit. 

Selama makan, mereka tidak saling berbicara. Pak Alit lahap memakan sate ayam penuh kulit sambil menatap layar gadget membaca berita seputar kota Sampit. Begitu pula Bu Alit yang sambil menikmati sate lilit juga sibuk dengan obrolan di WAG pasien sang dokter kulit.

Judith, juga sambil makan sate lilit, asyik dengan novel teenlit. Begitu pula dengan Adit yang juga sibuk tap-tap layar tablet yang tak terasa sudah melahap sepuluh tusuk sate lilit. Hanya Lilith yang tidak punya kegiatan sampingan selain memakan sate lilit. Hmm.. nampaknya sate lilit itu sungguh lezat...Ajiiiipp...

Selang beberapa hari berikutnya, Bu Alit dengan bangga memamerkan mobil idamannya versi facelift. "Jangan julid..." katanya pada teman-teman satu perkumpulan arisan ibu-ibu sosialita kota Sampit, yang sudah kasak kusuk: lagi-lagi barang kredit. Kebetulan mereka sedang arisan di sebuah resto fast food di pinggiran kota Sampit.

"Eh.. biar kredit tapi mobil ini so great.." begitu kata Bu Alit yang segera tancap gas menuju pusat kota Sampit.

Beberapa hari berikutnya lagi, di suatu pagi Minggu yang cerah dengan burung-burung yang bercuit, Pak Alit sedang berada di ruang keluarga di rumahnya memandang layar gadget. Ia mendadak terkesiap membaca tagihan bulanan kartu kredit yang masuk di inbox email Pak Alit. Segera ia berteriak memanggil Bu Alit yang sedang berada di dapur, sedang memasak soto ayam penuh kulit kesukaan Pak Alit.

"Mamah... tagihan kartu kredit kita selangit!! Sini, Mamah... Lihat sini tagihan kartu kredit kita... Minimal pembayaran sampai sembilan digit, Mamah..."

"Serius nih Papah? Tagihan kartu kredit yang mana, Papah?" tanya Bu Alit sambil berjalan menghampiri Pak Alit.

"Yang tanpa limit itu, Mamah... Mana pembayaran paling telat kurang seminggu lagi... Aduh Mamah... Papah telat cek inbox... Lho, aduh, aduh.. Kenapa nih, kenapa kepala Papah mendadak jadi sakit..." kata Pak Alit sambil memegang kedua pelipisnya.

"Tenang, tenang Papah... Tenang... Pasti ada cara membayar tagihan kartu kredit..." kata Bu Alit mencoba menenangkan Pak Alit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun