Even tahunan penghargaan tertinggi jagat perfilman Academy Awards atau Piala Oscar akan mengusung satu kategori baru yang rencananya akan diberikan pertama kali pada Academy Awards ke-91 di tahun 2019 nanti.Â
Kategori baru yang resmi diumumkan pada 8 Agustus 2018 lalu itu adalah Outstanding Achievement in Popular Film atau Film Populer Terbaik. Sayangnya kategori baru ini memicu perdebatan di kalangan perfilman.
Sebagai informasi, Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) yang menggelar hajatan film akbar ini mengumumkan sejumlah pembaruan berkaitan dengan perhelatan tahunan Academy Awards sejak John Bailey terpilih memegang tampuk kepemimpinan. Pembaruan itu antara lain penambahan kategori baru, perubahan jadwal acara penyerahan penghargaan, durasi acara hingga yang berkaitan dengan teknis pemberian penghargaan.
Pada perhelatan ke-92 di tahun 2020 nanti, malam penghargaan Piala Oscar yang tadinya sudah dijadwalkan tanggal 23 Februari dimajukan pada tanggal 3 Februari. Biasanya malam penghargaan diadakan di akhir Februari atau paling lambat akhir Maret. Mengenai eligibility date atau rentang waktu film yang dapat berkompetisi sejauh ini belum ada informasi yang jelas tetapi pasti akan diumumkan kemudian.
Lalu tentang durasi acara telecast malam penghargaan akan dipersingkat menjadi maksimal tiga jam saja. Sebelumnya durasi acara rata-rata empat jam. Konsekuensinya, akan ada sejumlah penghargaan yang diserahkan ketika jeda iklan. Belum ditentukan kategori mana saja yang akan mendapat jatah waktu penyerahan ketika jeda iklan.
Memang sejauh ini durasi acara telecast malam penganugerahan piala Oscar terlalu lama. Bagi para kru film termasuk para artis, rangkaian acaranya sendiri sudah lumayan padat dimulai dari red carpet hingga acara berakhir disambung dengan sejumlah pesta after-parties yang bisa berlangsung enam hingga delapan jam.
Hal paling penting yang diumumkan oleh AMPAS baru-baru ini adalah satu kategori baru yaitu Film Populer Terbaik. Academy Awards memang dikenal konsisten dengan kategori-kategori penghargaannya. Usia perhelatan film akbar ini sudah 90 tahun dan tidak banyak perubahan dalam penentuan kategori. Pembaruan kategori baik penambahan atau penghapusan kategori dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama.
Pembaruan besar terakhir dilakukan di tahun 2001 yaitu penambahan kategori untuk Best Animated Feature atau Film Animasi Terbaik, sementara pembaruan minor di tahun 2009 dengan penambahan jumlah film yang dinominasikan untuk kategori Film Terbaik. Sejak itu belum ada pembaruan lagi di perhelatan-perhelatan berikutnya.Â
Penambahan kategori Film Animasi Terbaik untuk mengakomodasi menjamurnya produksi film animasi di Hollywood setelah sukses besar film "Beauty and the Beast" yang menjadi salah satu nominasi Film Terbaik di tahun 1991. Pada tahun 2001, Piala Oscar pertama untuk kategori Film Animasi Terbaik diserahkan untuk film "Shrek".Â
Hingga tahun 2010, AMPAS rata-rata menominasikan tiga film animasi terbaik. Sejak tahun 2011, karena semakin banyak produksi film animasi apik, rata-rata ada lima film yang dinominasikan untuk kategori ini. Terakhir di perhelatan ke-90 di awal tahun 2018 lalu film "Coco" menjadi yang terbaik.
Berbeda dengan kategori Film Animasi Terbaik, kategori terbaru ini bagi pihak yang kontra cukup membingungkan. Karena menurut mereka akan memperkecil peluang film populer atau blockbuster -- atau yang juga jamak dikenal dengan istilah "popcorn movies" - bersaing dengan film-film lain di kategori Film Terbaik.
Sebagaimana kita pahami, kategori Film Terbaik di ajang Academy Awards dinilai sebagai puncak dari semua penghargaan film di dunia, bahkan melebihi Palm d'Or-nya Cannes atau British Academy Film Awards (BAFTA)-nya Inggris. Jadi film-film yang menjadi nominator di kategori Film Terbaik Academy Awards memiliki citra lebih baik daripada film-film lainnya.
Di tahun 2017 lalu film "Black Panther" yang memukau di banyak segi misalnya akting, sinematografi, serta efek visual dan suara, digadang-gadang akan menjadi salah satu nominasi Film Terbaik. Dengan adanya kategori baru ini, dikhawatirkan film tersebut tidak akan menjadi nominasi dalam kategori tersebut.
Tetapi dari sisi yang pro dengan keputusan keputusan AMPAS ini, kategori baru tersebut justru memberi peluang pada film-film populer atau sukses secara komersial untuk mendapatkan Piala Oscar di kategori bergengsi. Hampir saban tahun film-film blockbuster kurang bisa bersaing di kategori Film Terbaik karena selalu bersaing dengan film drama "kelas berat" yang kerap menjadi jawaranya.
Film-film blockbuster sendiri biasanya berkompetisi di sejumlah kategori misalnya "Best Visual Effect", "Best Sound Editing", "Best Sound Mixing" dan "Best Make Up and Hairstyling".Â
Sejauh ini, hanya ada dua film besar yang tergolong film blockbuster dan sekaligus dinilai sebagai film bagus yang sukses menggondol Piala Oscar untuk kategori Film Terbaik yaitu "Titanic" dan "The Lord of the Rings: The Return of the King".
Susahnya film populer atau film blockbuster mendapat tempat di nominasi Film Terbaik sempat diakomodasi sejak tahun 2009 dengan menambah slot nominasi menjadi maksimal 10 film.Â
Sebagai informasi, penambahan jumlah nominasi film di kategori ini pernah terjadi terakhir tahun 1943 sebelum dikerucutkan lagi menjadi lima film saja hingga tahun 2008. Tapi tetap saja film-film blockbuster belum mampu mengungguli film-film "berat".
Film "Avatar" karya James Cameron larisnya luar biasa. Bahkan hingga detik ini belum ada satu pun film lain yang dapat mengalahkannya sebagai film terlaris sepanjang masa. Film ini bahkan mengawinkan dua teknik film live action dan animasi dengan kisah yang kuat, akting para bintang memukau dan sinematografi hebat. Produksi filmnya juga menggunakan teknologi paling mutakhir pada waktu itu.
Banyak orang berharap film "Avatar" mendapat piala Oscar untuk kategori Film Terbaik. Tak disangka, gelar Film Terbaik diberikan untuk film drama thriller perang "The Hurt Locker" karya sang mantan istri Cameron, Kathryn Bigelow. Terasa menyakitkan memang. Harus diakui "The Hurt Locker" adalah film yang bagus tetapi menurut saya "Avatar" justru lebih layak mendapatkannya. Dari sisi yang pro dengan keputusan itu, film-film seperti "Avatar" nantinya bisa mendapatkan piala Oscar.
Di sisi lain, keputusan AMPAS untuk menambahan kategori ini berpeluang menciptakan dua dikotomi karya film yang berkompetisi yaitu film bagus atau "film kelas berat" -- umumnya film drama, dan film populer - yang pastinya akan dihuni oleh film-film semacam film aksi laga dan superhero. Tapi saya berharap hal itu tidak terjadi.Â
Jadi, meskipun ada kategori Film Populer Terbaik, semoga jajaran nominasi Film Terbaik tetap memberi peluang film-film dalam kategori populer untuk menjadi salah satu nominasinya.Â
Sebagai informasi, hal ini pernah terjadi sebelumnya untuk kategori Film Animasi Terbaik dan Film Berbahasa Asing Terbaik. Salah satu film animasi apik yang sempat masuk dalam jajaran nominasi Film Terbaik adalah "Up" arahan sutradara Pete Docter yang rilis tahun 2009. Selain mendapat piala Oscar dalam kategori Film Animasi Terbaik, film ini juga menjadi salah satu nominasi kategori Film Terbaik dalam perhelatan Academy Awards ke-82 yang berlangsung di tahun 2010.
Juga film "Toy Story 3" yang disutradarai Lee Unkrich pernah mendapatkan nominasi di kategori Film Terbaik pada perhelatan ke-83 di tahun 2011. Dalam kategori Film Animasi Terbaik, film tersebut juga mendapatkan piala Oscar.
Film"Amour" karya sutradara Michael Haneke yang mendapat piala Oscar untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dalam perhelatan ke-85 di tahun 2013 lalu juga menjadi nominator untuk kategori Film Terbaik walaupun akhirnya gagal mendapat piala Oscar. Film "Argo" milik Ben Affleck menjadi yang terbaik waktu itu.
Tapi menurut saya jika AMPAS ingin mengakomodasi film-film populer, dan agar tidak menimbulkan persepsi adanya dikotomi dua film terbaik di dua kategori yang berbeda, AMPAS tidak perlu menambah kategori baru.
Cukup dengan menambah jumlah nominasi kategori Film Terbaik menjadi katakanlah maksimal 15 atau 20 film. Bukankah hal ini pernah dilakukan AMPAS ketika menambah jumlah nominator menjadi maksimal sepuluh film di tahun 2009?
Penambahan itu juga dilatarbelakangi karena gagalnya film blockbuster "The Dark Knight" dan "Wall-E" menjadi nominator dalam kategori Film Terbaik. Padahal meskipun termasuk film populer, kedua film itu memiliki banyak kekuatan yang layak diperhitungkan dalam kategori Film Terbaik.
Selain itu, dengan produksi film Hollywood yang berkisar 300-400 judul film setahun, ditambah ratusan film asing yang dinilai untuk kategori Best Foreign Language Film atau Film Berbahasa Asing Terbaik, penambahan jumlah nominasi film dalam kategori Film Terbaik rasanya penambahan jumlah film dalam kategori Film Terbaik cukup masuk akal.
Sementara itu dari sisi komersil acara, keputusan adanya penambahan kategori baru tersebut nampaknya juga dilatarbelakangi dengan rating acara yang semakin menurun. Sebagai penyelenggara even, Â AMPAS kurang berhasil menaikkan rating acara. Bahkan even ke-90 di tahun 2018 lalu menunjukkan rating terendah sepanjang masa.
Film-film blockbuster yang semakin tumbuh setap tahunnya, yang di sisi lain kurang  diapresiasi untuk masuk dalam jajaran nominasi Film Terbaik, membuat  para penikmat film menilai cara perhelatan Academy Awards kurang menarik. Hal  ini lumayan menggerus minat audiens menontonnya terutama audiens muda.
Penambahan kategori tersebut diharapkan dapat menarik audiens muda yang pasarnya sangat luas. Sebagai informasi, telecast acara tersebut dapat dinikmati audiens di seluruh dunia lewat saluran  televisi yang telah mengantongi lisensi. Selain itu juga dapat  disaksikan lewat live streaming di beberapa website tertentu.
Menurut saya, jika ingin meningkatkan rating secara kembali, AMPAS perlu mempertimbangkan untuk menayangkannya secara live streaming di YouTube. Dengan begitu, acara bisa disaksikan lebih banyak audiens di seluruh dunia termasuk audiens muda.Â
Tidak diragukan lagi YouTube punya kekuatan dapat menjangkau banyak audiens di berbagai belahan dunia. Tayangan via YouTube juga terukur sehingga rating acara dapat diketahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H