Baru-baru ini saya membaca kolom Refleksi di tabloid Kontan cetak edisi 16-22 Juli 2018 berjudul "Business 101" yang ditulis oleh Ekuslie Goestiandi.Â
Artikel itu semacam pengantar bisnis yang membahas tentang situasi bisnis dewasa ini yang semakin kompetitif, khususnya pada bisnis yang bermain di "kolam yang besar" dimana produk-produknya senantiasa dibutuhkan banyak orang, yaitu bisnis pangan, sandang, kesehatan, papan dan belakangan adalah leisure atau wisata.Â
Versi digital artikel itu bisa Anda baca di sini.
Bisnis di kolam yang besar menjanjikan keuntungan yang lebih besar dan berkelanjutan. Namun di sisi lain kompetisi bisnis juga semakin intens. Bagaimana pebisnis atau korporasi menghadapinya?Â
Dalam artikel tersebut, dinukil konsep teori korporasi dari Todd Zenger, seorang professor strategi bisnis dari St. Louis's Olin Business School -- Washington University.
Zenger, dalam artikelnya yang berjudul "What is the Theory of Your Firm?" yang dimuat dalam Harvard Business Review edisi Juni 2013, berpendapat agar bisnis semakin membesar dan berkelanjutan, seorang pengusaha atau korporasi mesti punya "teori"nya sendiri dengan merangkum tiga sudut cakrawala pandang atau strategic sight yaitu cakrawala ke depan (foresight), cakrawala ke dalam (insight) dan cakrawala ke samping (cross-sight).
Foresight adalah kemampuan menerawang kemungkinan dinamika yang bakal terjadi di masa depan, insight merupakan pemahaman terhadap kemampuan internal yang dimiliki, sedangkan cross-sight adalah kesanggupan pebisnis atau perusahaan untuk belajar dari kondisi disekelilingnya.
Semua kemampuan yang membentuk strategic insight itu bisa dimiliki jika pebisnis atau korporasi memiliki mindset belajar. Ya, karena belajar adalah kunci dari segala hal termasuk dalam menghadapi tantangan-tantangan bisnis. Apalagi saat ini fenomena disrupsi juga merambah dunia bisnis.
Jika ditarik lebih jauh, pendapat Zenger ini sejalan dengan konsep learning organization atau organisasi pembelajar yang digagas oleh Peter M. Senge sebagaimana dijelaskan dalam bukunya "The Fifth Discipline: The Art & Practice of The Learning Organization" (Currency/Doubleday, 2006. Link)
Pendapat Zenger juga selaras dengan konsep knowledge management (KM) atau manajemen pengetahuan, yang studi awalnya diawali oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi dari Hitotsubashi University (Oxford University Press, 1995. Link) Thomas H. Davenport dari Babson College (Harvard Business School Press, 1998. Link) dan Baruch Lev dari New York University (The Brookings Institution, 2001. Link), di mana KM membantu langkah suatu organisasi atau korporasi menjadi organisasi pembelajar.
Dalam suatu perusahaan atau korporasi, sumber daya manusia atau SDM ibarat sebuah sel dimana setiap SDM adalah bagian terkecil dari korporasi yang saling berkolaborasi menjalankan misi korporasi. Proses yang terjadi didalamnya sering kompleks dan dinamis. Apalagi jika suatu korporasi menetapkan visi menjadi yang terdepan, yang terbaik dan yang ter- lainnya di antara para kompetitor.