Tidak dimungkiri, cabang olahraga sepak bola sangat mendominasi media di tanah air. Itu karena sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai sepak bola, dan oleh karena market-nya sangat besar, maka banyak media memberikan porsi pemberitaan atau tayangan sepak  bola yang lebih dominan di segmen olahraga.Â
Bob Hasan , Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) pada tahun 2016 lalu pernah mengkritisi awak media, "Elu sih nulis terus tentang bola. Kalau atletik boro-boro. Ada (berita atletik) juga beritanya kecil," Â sebagaimana dikutip oleh sebuah media tanah air. Saya kira kritik Bob Hasan masih relevan di tahun 2018 ini karena faktanya memang demikian halnya.
Kembali mengenai tayangan olahraga di televisi, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Diyah Tulipa pada tahun 2004 (sumber) mengungkap bahwa tayangan olahraga berada di urutan delapan dalam hal tingkat kepentingan program acara stasiun televisi. Walaupun saya belum menemukan hasil penelitian serupa yang dilakukan dalam lima tahun terakhir, saya meyakini tayangan olahraga kini naik peringkat.
Hasil riset Nielsen Consumer & Media View pada triwulan kedua tahun 2016 lalu mengungkap data bahwa olahraga merupakan kegiatan yang paling disukai anak-anak yaitu sebanyak 48% dan remaja yaitu sebanyak 44%. Kegiatan berikutnya yang paling disukai adalah menonton televisi, yang dilakukan oleh 38% anak-anak dan 32% remaja. (sumber)
Hasil riset Nielsen tersebut mungkin dapat meraba minat anak muda Indonesia terhadap tayangan olahraga di televisi. Lebih jauh, perlu ada sejumlah riset baik primer ataupun sekunder agar dapat mengetahui persepsi lebih jauh audiens terhadap tayangan olahraga lewat televisi khususnya televisi publik.
Dari ulasan saya di atas, menurut saya sudah saatnya ada satu stasiun televisi publik tanah air yang khusus menayangkan berbagai cabang olahraga. Tidak melulu berkonten internasional, konten nasional atau lokal pun perlu ditayangkan misalnya kejuaraan-kejuaraan level daerah atau nasional, baik secara langsung ataupun siaran tunda.
Saya rasa banyak sisi positif tentang televisi publik khusus olahraga. Salah satunya mengedukasi publik dengan tayangan olahraga lainnya (baca: tidak itu-itu saja), misalnya tayangan kejuaraan atletik dimana Lalu Muhammad Zohri membuat sejarah di sana.Â
Saluran televisi publik dengan konten khusus olahraga juga perlu ada sebagai saluran televisi alternatif yang bermanfaat. Kalau kita amati saat ini hampir semua stasiun televisi cenderung berkonten sama karena mengikuti tren yang terjadi di tengah masyarakat. Â
Selain itu, tayangan stasiun televisi publik berkonten khusus olahraga meski akan cenderung berlawanan dengan arus utama (anti-mainstream), menurut saya akan mampu menggugah minat generasi muda terhadap suatu cabang olahraga yang mungkin saat ini minim regenerasi. Bukan hanya sepak bola, cabang-cabang olahraga lain juga perlu regenerasi, misalnya tenis, golf, anggar, atau panahan. Bukan tidak mungkin di masa depan Zohri-Zohri baru akan muncul di cabang-cabang olahraga lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H