Mohon tunggu...
Gatot Suryanto
Gatot Suryanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Remaja thn 90an

Bersyukur ada sahabat di Kompasiana yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penghancur Kutukan Sisyphus Itu Bernama Stoikisme

10 Desember 2022   08:53 Diperbarui: 10 Desember 2022   08:56 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

van Hovell,  melalui satire klasik yang ditulisnya itu berusaha memberitahukan tentang apa yang menjadi penyebab lahirnya keluhan keluhan manusia,  yaitu ketidakpuasan dan ambisi mencari keidealan  yang berasal dari fikirannya sendiri..

Dalam mengejar sesuatu yang diinginkan, manusia dihadapkan pada dua kemungkinan; Berhasil atau Gagal. Sesuai ekspektasi atau tidak.  Sayangnya, kedua kemungkinan tersebut mengalir pada muara yang satu, yaitu ketidakpuasan.

Ketidakpuasan itu bisa muncul dalam bentuk kegagalan, depresi, stress, kecewa, perasaan hancur, kehilangan harapan, dan emosi negatif lainnya ketika dalam memperjuangkan sesuatu kita gagal dan tidak sesuai ekspektasi.

Ketidakpuasan juga muncul dalam wujud bosan, ingin lebih atau perasaan resah, insecure, merasa tidak lagi berharga, walau apa yang kita perjuangkan sebelumnya berhasil diraih sehingga kita memiliki keinginan untuk meraih yang lebih tinggi lagi dari yang ada di luar sana menurut fikiran kita.

Dalam proses menggapai keinginan yang lebih tinggi lagi menurut fikiran kita itu, siklus berulang kembali dengan menawarkan dua kemungkinan yang sama, dan mengalir pada muara yang sama pula. Ketidakpuasan.

Ketidakpuasan itu adalah batu besar milik Sisyphus yang selalu menggelincir kembali ke dasar bukit setelah batu itu sampai di puncak. Dan disadari atau tidak, kita,seperti ikut dalam kutukan itu, selalu  kembali mendorongnya menaiki bukit,dengan penuh penderitaan.

Namun, sepertinya menjadi Sisyphus adalah kodrat. Secara umum, manusia sepertinya memang tak mudah untuk bisa mencapai kehidupan yang puas dan bahagia.  Dalam rentang panjang perkembangan peradaban manusia, catatan sejarah menuliskan bahwa manusia  memiliki naluri untuk selalu berubah dan menyesuaikan diri.

Manusia memang diberi kemampuan untuk  tumbuh dan berkembang. Secara alamiahpun manusia sudah diberikan naluri untuk bertahan hidup, mengendalikan alam dengan mengubah diri serta lingkungannya. Inilah penyebab alami lahirnya kutukan Sisyphus.  ketidakpuasan.

Selain faktor alami, ketidakpuasan juga muncul dari faktor faktor lain seperti kecenderungan manusia untuk bersaing dengan manusia lain ( ini sudah terjadi sejak kita masih dalam bentuk zigot ), faktor keinginan untuk berubah, keinginan untuk menyenangkan orang lain hingga faktor  mencari pengakuan dan eksistensi sebagai mahluk sosial.

Keluar dari kutukan Sisyphus dengan Stoikisme

Stoikisme adalah pola pikir yang populer dan berkembang selama ratusan tahun sejak Zeno (334-262SM) hingga Seneca  (1-65M) dan Marcus Aurelius (121-180M) dan merupakan aliran filsafat klasik yang paling banyak diterima. Pasalnya, banyak orang menganggap filosofi kehidupan ini sangat berguna dalam keseharian kita karena mengajarkan untuk hidup bijaksana, tetap tenang manakala menghadapi situasi sulit tak terduga. Stoikisme juga membantu kita mengontrol emosi negatif dan mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki sekarang (be present). Meskipun Stoikisme atau Stoa ini  tergolong aliran filsafat klasik, namun pemikirannya tetap relevan dan berkembang hingga saat ini karna dinilai mampu  membantu kita berpikir secara logis, menjernihkan pikiran, dan mengambil keputusan dengan tepat. Bahkan, di jaman sekarang stoikisme banyak dijadikan sebagai psikoterapi untuk depresi, cognitive behavioral therapy (CBT).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun