Mohon tunggu...
Gatot Suryanto
Gatot Suryanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Remaja thn 90an

Bersyukur ada sahabat di Kompasiana yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Digitalisasi Desa, Jauh Panggang dari Api?

31 Oktober 2022   09:39 Diperbarui: 3 November 2022   18:31 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak di Kampung Kepiketik, Dusun Pigang, Desa Mahekelan, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka hanya mengandalkan lampu minyak tanah untuk bisa belajar pada malam hari. (Serafinus Sandi Hayon Jehadu/Kompas.com.)

Upaya pembangunan jaringan-jaringan pendukung kekuatan sinyal tampaknya belum sekeras gaung digitalisasi desa itu sendiri, alias masih belum menyentuh ke setiap pelosok desa.

Sebagai salah seorang yang berkecimpung dalam tata pemerintahan di sebuah desa di Wonogiri, kami ikut melihat bagaimana kadang teknologi digital yang kurang dukungan jaringan yang baik ini justru menjadi penghambat dalam aktivitas pelayanan terhadap masyarakat yang ujung-ujungnya dilakukan secara manual.

Tentu apabila kebijakan penggunaan teknologi digital ini diiringi dengan pembangunan dan perbaikan jaringan internet secara masif akan jauh lebih ideal hasilnya.

Masyarakat pedesaan pada umumnya dihuni oleh kelompok masyarakat usia non-produktif. Orang tua dan anak anak hingga remaja. Mayoritas warga yang berusia muda dan produktif pergi merantau di kota. Mayoritas penduduk yang memilih tinggal di desa biasanya bekerja sebagai petani, pekebun dan peternak.

Hal ini membuat kehadiran teknologi digital ini kurang diminati dikalangan orang dewasa. Mereka yang terbiasa menghabiskan waktu di kebun atau ladang ini benar benar awam dengan teknologi internet dan hanya mau menggunakan telepon hanya sebagai alat komunikasi dengan anak cucunya di perantauan.

Di sisi lain, sementara para orang tua awam dengan teknologi digital dan internet, sebaliknya anak anak dan remaja usia sekolah baik yang tinggal dengan orang tuanya maupun kakek neneknya begitu aktif dan menikmati segala fasilitas dan aplikasi dari android yang tersedia di genggaman tangan mereka.

Tidak seperti para orang tua yang sibuk meladang, anak-anak dan remaja ini sangat rajin mencari spot spot sinyal yang kadang berada di area jauh dari rumahnya untuk menghabiskan waktu berjam-jam bermain internet di sana.

Selain tidak ada yang membatasi, pengawasan orang dewasa juga sangat minim. Para orangtua yang awam internet ini pun tidak tahu apa yang dimainkan atau yang dibuka oleh anak-anak dengan androidnya. Entah itu pelajaran sekolah, game online atau yang lainnya. Tetapi yang tampak nyata dari hadirnya teknologi ini bagi anak anak dan remaja, kehidupan sosial mereka mengalami pergeseran.

Selain itu, kadar tata krama dan etika juga terasa terdegradasi. Bahkan beberapa kasus berat seperti prostitusi online maupun kencan buta melalui sosial media yang berujung pada kehamilan usia remaja, beberapa kali tercatat telah terjadi.

Cerita minor di atas tentu tidak terjadi di semua desa. Berbagai kondisi yang berbeda-beda tentu juga menciptakan kondisi yang berbeda pula. Namun kisah di atas juga bukan rekaan semata. Di mana kemajuan teknologi juga mengandung tantangan dan dampak buruk bila kurang dipersiapkan dengan lebih cermat.

Artinya, ketika teknologi digital beserta turunannya sudah menyapa desa, Gus Menteri sebagai representasi dari pemerintah yang memiliki cita-cita besar tentang kemajuan desa melalui program prioritas digitalisasi desa diharapkan juga membuat kebijakan yang lebih implementatif berkaitan dengan keterampilan pemanfaatan teknologi digital. Seperti misalnya memperbanyak kehadiran relawan-relawan atau pendamping khusus literasi digital bagi desa, agar teknologi ini selain tepat guna juga menjadi tepat fungsi dan tepat sasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun