Mohon tunggu...
Gatin Duran
Gatin Duran Mohon Tunggu... Lainnya - Baca-Tulis

philos-sophos

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Kuliah di Metaverse: Kematian Homo Sapiens dan Kelahiran Homo Digitalis

15 April 2022   07:06 Diperbarui: 15 April 2022   07:10 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
news.tokocrypto.com

Salah satu tema yang ramai dibahas oleh masyarakat luas akhir-akhir ini adalah soal modernisasi. Fenomena modernisasi dalam segi-seginya yang paling mendasar dan substantansial dalam kenyataanya telah memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan masyarakat secara langsung. 

Dalam proses perkembangannya, teknologi modernisasi tentu saja mengandung efek ganda bagi masyarakat. Efek ganda tersebut ialah efek positif dan efek negatif yang mana memberikan pengaruh secara langsung pada setiap orang yang mengalaminya tergantung respon dan pendekatan yang dilakukan. 

Salah satu fenomena dari modernisasi saat ini adalah hadirnya dunia virtual sebagai bentuk pencapaian terbesar pascapandemi. Kini pemanfaatan teknologi ini mulai masuk dalam dunia pendidikan dengan bentuk yang lebih fenomenal yang disebut dengan metaverse.

Pendidikan dalam Revolusi Digital 

Berkaitan dengan fenomena modernisasi ini,  dalam dunia pendidikan Universitas Katolik Atma Jaya atau Unika Atma Jaya dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) mulai mengembangkan teknologi metaverse untuk kepentingan perkuliahan. 

Melihat apa yang dilakukan oleh Unika Atma Jaya dan UMN kian menjelaskan bahwa teknologi metaverse bukan sekadar lagi teori, melainkan sudah dipraktikkan generasi masa kini untuk masa depan.  

Mengenai wacana pengembangan teknologi metaverse untuk kepentingan perkuliahan selalu ada kaitannya dengan disposisi kemanusiaan dan perkembangannya. 

Apakah posisi kemanusiaan kita akan lebih maju dan lebih berkembang dengan kuliah di metaverse? Metaverse itu sendiri merupakan konsep semesta virtual kolaboratif yang menggabungkan interaksi manusia dan avatar serta berbagai produk antara dunia nyata dengan dunia digital tanpa batas. 

Pemanfaatan metaverse membantu mahasiswa dalam berinteraksi dengan teman dan dosennya sehingga pembelajaran dalam jaringan dapat berjalan secara optimal (Kompas.com, 21/03/2022).

Di hadapan perkembangan pendidikan dalam revolusi digital ini, generasi milenial harus terlebih dahulu memahami secara benar duduk persoalan dari setiap modernisasi. 

Perkembangan pendidikan akan berbanding terbalik dengan revolusi digital jika tanpa pemahaman yang mumpuni tentang tujuan penempatan pendidikan dalam revolusi digital. 

Perlu disadari bahwa metaverse adalah ruang privat serentak menjadi ruang publik. Kuliah di metaverse memiliki potensi ganda bagi para mahasiswa. Selain memiliki potensi pembelajaran daring yang dapat berjalan secara optimal, namun kualitas pendidikan dan penyebaran perkembangan teknologi yang tidak merata dapat menyebabkan inkontekstual, error, dan berpotensi mengancam perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia. 

Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran akal budi sebagai otoritas yang memungkinkan setiap orang untuk memilih secara tepat jalan tengah antara yang nyata dan yang maya. 

Dengan demikian, para mahasiswa diharapkan mengungkapkan diri secara benar sebagaimana dalam dunia nyata tanpa terjebak dalam diskursus atau problematik dunia metaverse.

Kematian Homo Sapiens dan Kelahiran Homo Digitalis

Yuval Noah Harari, dalam bukunya yang berjudul 21 Lessons for the 21  Century, mengatakan bahwa "manusia adalah makhluk pasca-kebenaran." 

Dengan menyebut manusia sebagai makhluk pasca-kebenaran Harari hendak menggambarkan manusia sebagai makhluk yang lebih mengutamakan fiksi daripada fakta, lebih suka hidup dalam kebohongan daripada kebenaran. 

Bersamaan dengan hadirnya metaverse yang dalam dunia perkuliahan ditakutkan bahwa dunia pendidikan menjelma menjadi dunia bayang-bayang yang mengambang dan tidak terintegrasi dengan baik. 

Selain bermanfaat untuk mengoptimalkan kegiatan perkuliahan yang berlangsung dalam jaringan, kegiatan kuliah di metaverse ditakutkan sebagai dalang atas disintegritasnya kegiatan intelektual yang berimbas terjadinya paradoks dalam perkembangan dunia pendidikan Indonesia.

Dalam konteks ini, dunia pendidikan yang khas dengan aktivitas berpikir harus mampu hadir secara nyata tanpa terjebak dalam kecanggihan dunia metaverse. 

Kematian homo sapiens dapat terjadi kapan saja jika misi intelektualitas dalam metaverse menuju misi kemanusiaan justru menjebak manusia menjadi massa yang mengambang. 

Oleh karena itu, daya berpikir kritis semakin ditantang untuk hadir dalam berbagai persoalan eksistensial manusia dan keberadaanya sebagai personal dalam realitas. 

Dengan demikian, homo sapiens dan homo digitalis mampu hidup berdampingan dan berdiri sebagai tonggak peradaban manusia tanpa terjebak sebagai massa yang mengambang antara dunia maya dan dunia nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun