2. Psikolog klinis dan psikiater memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani kasus permasalahan psikologis
Latar belakang kedokteran membuat seorang psikiater memahami sebab-sebab biologis dari permasalahan mental. Oleh karena itu, psikiater umumnya memberikan penanganan dengan terapi menggunakan obat-obatan.Â
Hal ini berbeda dengan psikolog klinis yang tidak dapat meresepkan obat kepada pasiennya. Di sisi lain, psikolog klinis menangani keluhan pasien dengan psikoterapi. Psikoterapi sendiri sebenarnya bisa dilakukan oleh psikiater maupun psikolog klinis.
Melalui obat-obatan, psikiater mencoba mengatasi keluhan pasien melalui pendekatan biologis; sedangkan melalui psikoterapi, psikolog klinis mencoba mengatasi keluhan pasien melalui pendekatan emosional, kognitif, bahkan sosial.
Sebagai contoh, seorang teman yang mengalami fobia berat berusaha mencari bantuan dari profesional. Saat itu ia mendatangi psikiater. Oleh psikiater, ia diresepkan obat untuk meredakan kecemasan ketika ia berhadapan dengan objek fobianya.Â
Tetapi bila ia datang ke psikolog, maka psikolog itu akan berusaha mencari pemikiran irasional yang menyebabkan fobia (fobia adalah kecemasan yang berlebihan dan tidak masuk akal), untuk kemudian pemikiran yang tidak rasional itu akan distruktur ulang agar menjadi rasional, dan dengan demikian ia tidak fobia lagi terhadap objek tersebut.
3. Latar belakang pendidikan psikolog dan psikiater juga berbeda
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, seorang psikiater adalah dokter spesialis jiwa. Artinya, seorang psikiater harus menempuh pendidikan kedokteran terlebih dahulu, kemudian melanjutkan spesialisasi di bidang kejiwaan.Â
Sedangkan psikolog harus menempuh pendidikan psikologi terlebih dahulu, kemudian mengambil pendidikan profesi psikolog sesuai bidang yang hendak didalami (pendidikan, industri, klinis, forensik, olahraga, dan sebagainya).
Sesuaikan dengan kebutuhan
Dengan mengetahui perbedaan psikolog klinis dan psikiater, sebenarnya kita bisa memilih jasa mereka sesuai dengan kebutuhan kita.