Pemuda ini sangat tergoda, tetapi ia melihat bahwa di ujung sana masih ada penjual nasi goreng yang lebih ramai, pasti rasanya lebih lezat dan porsinya lebih banyak.Â
Akhirnya pemuda ini berjalan lagi dan mendatangi penjual nasi goreng yang ketiga. Kali ini aroma racikan nasi gorengnya lebih harum lagi dan porsinya lebih besar.Â
Pemuda ini merasa senang, tetapi ia diberi tahu oleh penarik becak bahwa jika ia berjalan 30 menit lagi, ada penjual nasi goreng yang lebih lezat dan porsinya lebih besar. Pemuda ini kemudian berjalan lagi, dan ternyata penjual nasi goreng yang keempat itu sedang tidak berjualan.
Pemuda ini kecewa, sehingga ia berjalan balik menuju penjual nasi goreng ketiga. Tetapi ketiga ia tiba, penjual nasi goreng yang ketiga mengatakan bahwa dagangannya sudah habis. Pemuda ini pun kecewa lagi, tetapi ia berpikir untuk kembali ke penjual nasi goreng kedua. Ketika ia tiba ke penjual nasi goreng kedua, ternyata penjualnya sudah selesai berjualan dan sudah pulang ke rumah.Â
Demikian pula, ketiga pemuda ini berjalan ke penjual nasi goreng pertama, ternyata penjualnya juga sudah kehabisan bahan.Â
Saat itu sudah larut malam di mana para pedagang sudah tutup. Pemuda ini berjalan ke sana kemari mencari penjual makanan yang masih ada, tetapi sudah tidak ada satupun penjual makanan yang masih buka.Â
Akhirnya, pemuda ini sadar bahwa ia sudah melewatkan kesempatan untuk membeli makanan, dan harus melewati malam dengan kelaparan.Â
Seandainya dia langsung memesan nasi goreng di penjual pertama atau kedua, tentu perutnya sudah kenyang dan ia bisa tidur dengan nyenyak.
Bagaimana pendapat Anda dengan cerita tadi? Kisah tadi hanya sebuah ilustrasi, dan kata "makanan" atau "nasi goreng" bisa diganti dengan aspek lainnya dalam hidup.
Perangkap Maximizer
Mendapatkan pilihan terbaik untuk semua aspek kehidupan adalah tidak mungkin. Atau jika mungkin, harga yang dibayar akan terlalu besar, Anda harus menghabiskan terlalu banyak waktu, tenaga, dan mungkin uang.