Lebih banyak pilihan mungkin terlihat lebih baik, tetapi justru pembelian lebih mungkin terjadi ketika pilihannya lebih sedikit. Itu temuan dari penelitian tadi.
Baik, mungkin Anda berpikir bahwa penelitian ini hanya sebuah kebetulan. Oleh karena itu, penelitian lain dilakukan untuk mengonfirmasi temuan ini.
Para mahasiswa dikumpulkan untuk menilai berbagai varian jenis coklat, dalam dua kondisi yang berbeda.Â
Pada percobaan pertama, para mahasiswa ditunjukkan 6 jenis coklat dan diminta untuk mencicipinya, kemudian melakukan penilaian.Â
Pada percobaan kedua, para mahasiswa yang berbeda ditunjukkan 30 jenis coklat dan diminta untuk mencicipi dan menilainya.Â
Kira-kira, mana kelompok mahasiswa yang merasa lebih puas dengan coklat-coklat itu, atau dengan kata lain, yang memberikan penilaian lebih baik?
Ternyata, kelompok mahasiswa yang mencicipi 6 jenis coklat merasa lebih puas daripada kelompok mahasiswa yang mencicipi 30 jenis coklat.
Lagi-lagi, ternyata lebih banyak pilihan tidak selalu menjamin kepuasan atau keputusan pembelian.
Masalah dari Terlalu Banyak Pilihan
Penulis Alvin Toffler pada tahun 1970an dalam bukunya mengatakan bahwa di masa depan - yang sesungguhnya adalah saat ini - kita akan dibombardir dengan berbagai macam pilihan, sehingga kita menjadi sulit untuk mengambil keputusan.Â
Alih-alih menjadi lebih mudah, terlalu banyak pilihan justru membuat kita menghabiskan waktu untuk mencari informasi dan belum tentu mendapatkan keputusan.