Mohon tunggu...
Garvin Goei
Garvin Goei Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Akademisi, Penyuka Budaya

Penulis buku Psikologi Positif yang diterbitkan oleh Kompas pada tahun 2021. Pengelola akun instagram @cerdasmental.id. Selain psikologi, suka mempelajari budaya dan mencoba makanan baru.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Travel Note: Wisata Budaya dan Sejarah di Cirebon

25 Juli 2017   16:56 Diperbarui: 27 Juni 2019   09:52 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Cirebon? Bagi orang Jakarta seperti saya, alasannya jelas: (1) alternatif wisata karena sudah terlalu sering ke Bogor dan Bandung, (2) mudah dijangkau. Menjangkau Cirebon hampir semudah menjangkau Bandung. Dengan kendaraan pribadi, jalan tol Cipali tersedia untuk mempercepat perjalanan. Dengan kereta api, lama perjalanannya kurang lebih sama, sekitar tiga jam.

Maka, bermodalkan semangat dan informasi yang sudah saya kumpulkan melalui googling,saya pun menjangkau Cirebon dengan kereta Cirebon Ekspres (atau sering disebut sebagai Cireks). Selain Cireks, kereta Tegal Bahari juga menjangkau Cirebon.

Saya turun di Stasiun Cirebon yang berada di daerah Kejaksan. Langit mendung dengan matahari malu-malu mengintip karena baru saja hujan usai. Bermodalkan informasi dari Google, di sekitar stasiun kita bisa menemui rumah makan empal gentong yang cukup kesohor: Empal Gentong Krucuk. Anda bisa memanggil becak untuk mengantar anda ke sana, tapi sebenarnya dengan berjalan kaki selama 10 menit saja sudah sampai. Bila bingung dengan arah, anda bisa bertanya kepada orang-orang di sekitar, rumah makan Krucuk sudah kesohor sehingga hampir setiap orang di sekitar stasiun mengetahuinya.

Menikmati Empal Gentong, Makanan Khas Cirebon yang Paling Kesohor

Menemukan rumah makan Krucuk ternyata tidak susah, sebab ada papan informasi yang besar sehingga bisa kita lihat dari jauh. Tempat makannya cukup luas. Nampak beberapa orang sedang makan siang sambil bersantai di sana (memang sedang jam makan siang pula). Di sekitar dinding, terdapat testiomonialdari tokoh-tokoh publik yang pernah mengunjungi Krucuk.

empal-1-597711e4d2808b175f351cb4.jpg
empal-1-597711e4d2808b175f351cb4.jpg
Saya segera didatangi oleh pelayan, menanyakan pesanan saya. Rasanya kurang seru bila tidak langsung mencicipi makanan khas Cirebon yang sudah kesohor: empal gentong, dengan sepiring nasi sebagai sumber karbohidrat. Empal gentong memiliki cara penyajian yang mirip soto. Daging sapi atau empal yang sudah matang dipotong-potong, kemudian disiram dengan kuah. Bedanya dengan soto, kuah empal gentong lebih berempah dan bersantan - lebih mirip gulai. Dimasak di dalam gentong, sebab gentong memiliki kemampuan untuk menyerap aroma, sehingga semakin sering gentong dipakai, maka masakan akan menjadi lebih sedap, sebab bumbu-bumbu yang sebelumnya sudah meresap ke dalam pori-pori gentong tanah liat tersebut.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Nampaknya tidak heran empal gentong di rumah makan Krucuk begitu terkenal. Dagingnya dimasak dengan pas, empuk. Kuahnya gurih, dengan campuran rempah dan santan yang pas - tidak terlalu menonjol pun tidak terlalu lembut. Bila anda sudah tiba di stasiun Cirebon, nampaknya empal gentong harus menjadi santapan pertama anda.

Puas dengan empal gentong, saya pun memanggil becak, meminta diantarkan ke Keraton Kasepuhan.

Keraton Kasepuhan, Tertua dan Sarat Nilai Sejarah

Keraton Kasepuhan merupakan keraton tertua dan terbesar di Cirebon. Keraton Kasepuhan merupakan tempat berdiam Sultan, dan sudah berdiri sejak tahun 1430. Silakan beli tiket masuk di loket depan. Anda juga akan ditawarkan jasa pemandu. Mereka tidak mematok tarif khusus, silakan bayar sesuai dengan jasa yang sudah mereka berikan kepada kita.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Area pertama keraton disebut dengan "siti inggil"yang berarti "tanah tinggi", sebab lokasinya memang sedikit lebih tinggi dibandingkan area lainnya. Memasuki area ini, kita akan langsung disambut dengan dinding-dinding bata yang mengingatkan saya akan zaman kerajaan Majapahit. Di sini pula kita bisa melihat berbagai tempat dahulu prajurit kesultanan berlatih, tempat penasihat Sultan, sampai tempat untuk menghadap Sultan. Sambil melihat-lihat, saya membayangkan, bagaimana kira-kira suasana tempat ini di zaman kerajaan dulu.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Melanjutkan perjalanan, saya masuk ke area utama keraton. Ada bunderan dewandaru,yaitu taman yang berbentuk lingkaran. Di sini kita bisa menemukan dua patung macan putih yang merupakan hadiah dari Kerajaan Pajajaran, khas sekali. Selain itu ada juga dua buah meriam yang diberi nama Ki Santomodan Nyi Santoni.Apa filosofi di balik penamaan meriam itu, sayangnya saya lupa bertanya kepada pemandu saya.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Tidak jauh dari bunderan, ada bangunan induk keraton yang menjadi tempat Sultan bertakhta saat ini. Sayangnya, kita hanya bisa mengintipnya dari jendela pintu, sebab tempat ini tidak dibuka untuk umum. Adapun yang dipersilakan masuk adalah tamu-tamu dari Sultan.

Tempat yang cukup menarik perhatian adalah Museum Benda Kuno, yang merupakan tempat penyimpanan benda-benda kuno dari Keraton Kasepuhan. 

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Tempat yang wajib dikunjungi di area ini adalah Museum Kereta, sebab di dalamnya ada kereta kencana yang disebut sebagai "Kereta Singa Barong" milik kesultanan. Kereta ini - menurut penjelasan pemandu saya - memiliki nilai filosofis yang mendalam: trisula yang menandakan tiga elemen manusia (cipta, rasa, karsa); kemudian bentuk belalai gajah yang menandakan persahabatan Kesultanan Cirebon/Kasepuhan dengan negara India, bentuk kepala naga yang melambangkan persahabatan dengan China, dan sayap yang melambangkan persahabatan dengan Mesir. Kereta ini pun (pada masanya) tidak boleh sembarang ditarik, hanya kerbau albino yang boleh menariknya. Kereta ini merupakan salah satu koleksi istimewa di Keraton Kasepuhan, sebab bentuknya artistik sekali. Anda perlu datang dan melihatnya.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Selebihnya, saya mengelilingi area keraton sambil mengambil foto. Ada sumur yang dianggap bisa memberikan kejayaan bila kita mencuci wajah kita dengan air tersebut (benar atau tidaknya, kembali kepada diri masing-masing saja), ada tempat oleh-oleh, dan lain-lain. Saya sendiri sempat membeli buku Babad Cirebon dari salah seorang pedagang di dalam area keraton.

Keraton Kacirebonan, Termuda namun Tetap Bernilai

Dari Kasepuhan, kita bisa berjalan kaki sekitar 15 menit ke keraton selanjutnya, yakni Keraton Kacirebonan. Keraton ini merupakan keraton termuda di antara tiga keraton di Cirebon (satu lagi adalah Keraton Kanoman).

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Keraton Kacirebonan dibangun pada tahun 1800 M, yang merupakan pecahan dari Keraton Kanoman. Kanoman sendiri, merupakan pecahan dari Kasepuhan. Berbeda dengan Kasepuhan, untuk masuk ke Kacirebonan kita wajib menggunakan jasa pemandu, yang lagi-lagi juga tidak mematok tarif, tapi kita patut membayar sesuai dengan jasa yang sudah mereka berikan.

Keraton Kacirebonan tidak seluas Kasepuhan, namun isinya tetap menarik. Ada koleksi keris, keramik, guci, hingga benda-benda pusaka keraton.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Penjelasan dari pemandu membuat saya mendapatkan gambaran mengenai sejarah dan budaya Cirebon. Misalnya, tentang makna topengg-topeng Cirebon yang sebenarnya adalah perlambangan dari perkembangan manusia di dunia. Di sini kita juga bisa mencoba berfoto dengan menggunakan perangkat tari topeng.

Tidak jauh di belakang keraton, terdapat tempat berlatih tari topeng. Kita bisa melihat anak-anak sedang berlatih menari di sini, mengembangkan budaya yang sedang tergerus zaman.

Megamendung, Corak Batik Khas Cirebon

Menjelang maghrib, saya menuju desa batik Trusmi yang terletak agak jauh dari keraton. Sebenarnya waktu terbaik untuk ke sini adalah siang hari. Ketika saya tiba, langit sudah gelap. Sebagian besar toko dan pengrajin batik sudah menutup aktivitas mereka. Adapun yang masih buka adalah sebuah department storeyang memiliki nama sama dengan tempat ini "Batik Trusmi". Silakan mampir dan lihat corak-corak batik khas Cirebon yang anda suka. Plus, saya juga membeli beberapa oleh-oleh di sini.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Hal yang menarik dari Indonesia adalah, di setiap daerah selalu ada ciri khas tersendiri, termasuk batik. Batik di Betawi, di Solo, di Pekalongan, dan di Cirebon bercorak berbeda; sehingga meskipun sama-sama melihat batik, namun selalu memberikan pengalaman dan wawasan baru. Di Cirebon, corak yang khas adalah corak megamendung, berbentuk awan yang menggulung-gulung. Warnanya bervariasi, tapi saya sendiri paling suka yang berwarna biru.

Di daerah sini, kita juga bisa menemukan penjual makanan di sepanjang jalan. Saya pun tertarik untuk mencicipi streetfoodkhas Cirebon.

Docang, Makanan Para Wali

Saya mencoba docang. Sebelumnya, saya belum pernah mencicipi docang, tapi saya sudah pernah mendengar kisahnya. Docang merupakan makanan khas Cirebon yang berkomposisi unik: kombinasi potongan lontong, tauge, daun singkong, dan parutan kelapa disiram dengan kuah oncom yang gurih; lengkap dengan taburan kerupuk khas Pleret, sebuah kampung di Cirebon.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Bagi anda yang belum pernah mencicipi docang, mungkin akan meragukan rasa dari makanan ini. Memang tidak lazim sekali, saya pun sempat meragukan rasanya. Tapi dari suapan pertama saja, ternyata saya sudah langsung suka. Gurih sekali, mungkin karena kuah yang berasal dari oncom.

Docang sendiri memiliki nilai sejarah yang perlu kita ketahui. Di zaman kesultanan dulu, ada pangeran yang tidak suka dengan kehadiran para wali. Niat buruk pun muncul. Dalam sebuah kesempatan makan, pangeran sengaja menghidangkan makanan yang berbahan makanan-makanan sisa para pangeran. Tujuannya, agar wali tersebut keracunan makanan. Tapi, alih-alih merasa jijik ataupun keracunan, para wali justru menyukainya, bahkan meminta tambah. Jadilah hidangan dengan komposisi yang unik dan tidak lazim, namun lezat sekali.

Pasar Kanoman, Chinese Town milik Cirebon

Esok harinya, di pagi hari, saya menuju Pasar Kanoman. Salah satu cara untuk menikmati suasana asli dari sebuah tempat adalah dengan mengunjungi pasar, sebab di sinilah kita bisa melihat kehidupan rakyat yang sesungguhnya. Saya mampir di sebuah warung nasi lengko - hidangan berupa nasi dengan irisan tempe goreng, tahu goreng, dan kucai kemudian disiram bumbu kacang - sambil mengobrol dengan warga. Membaur dan mengobrol dengan warga asli seringkali memberikan kita informasi yang mungkin tidak terpublikasi oleh media.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Selain itu, Pasar Kanoman ini juga dikenal sebagai Chinese Townmilik Cirebon, sebab terdapat cukup banyak orang Tionghoa yang berdagang di sini, berdampingan dengan warga asli Cirebon dan hidup dalam harmoni. Silakan cari sarapan di sini. Saya juga menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh, misalnya seperti emping jagung dan teh upet yang merupakan khas Cirebon.

Keraton Kanoman, Dekatnya Kesultanan Cirebon dengan Tiongkok Saat itu

Ya, tak jauh dari Pasar Kanoman, kita bisa menemui Keraton Kanoman. Berbeda dengan Keraton Kasepuhan dan Kacirebonan, untuk masuk kita tak perlu membeli tiket; tapi kita wajib menggunakan jasa pemandu. Di sini saya diajak untuk melihat tempat pelantikan sultan, yang nuansa tradisionalnya masih terasa sekali.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Saya juga sempat diajak berkeliling ke area belakang keraton, di mana saya bisa melihat sumur yang dianggap keramat. Konon katanya orang yang mandi dengan air di sumur ini, cita-citanya akan terkabul. Lagi-lagi, kembali kepada keyakinan masing-masing.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Selain itu saya juga melihat witana,yaitu titik 0 kota Cirebon. Tempatnya seperti gua, dengan batu-batu mengelilingi. Sempatkan juga untuk masuk ke museum Keraton Kanoman, di mana kita bisa melihat benda-benda pusaka milik keraton. Ada koleksi keris dan keramik-keramik yang merupakan hadiah dari negeri Tiongkok. Memang, di semua keraton di Cirebon kita bisa menemukan keramik-keramik hadiah dari Tiongkok, pertanda bahwa dulu Cirebon bersahabat baik dengan Tiongkok.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Gua Sunyaragi, Tempat Mengheningkan Diri

Selanjutnya adalah Gua Sunyaragi, yang jaraknya cukup jauh dari keraton, tapi masih bisa dijangkau dengan angkot. Silakan tanya pada warga sekitar. Berasal dari kata "sunya" (sepi) dan "ragi" (raga), tempat ini merupakan tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon beserta keluarga. Tempat yang menarik menurut saya adalah gua peteng, di mana terdapat kolam air di bawahnya. Sayangnya, Gua Sunyaragi sempat dirusak oleh Belanda pada tahun 1787, sehingga pada tahun 1852 diperbaiki kembali oleh seorang arsitek Tiongkok bernama Tan Sam Cay, atas permintaan Sultan Adiwijaya.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Oleh-Oleh "Wajib"

Kurang lengkap rasanya bila mengulas destinasi wisata suatu daerah tanpa membicarakan oleh-oleh khasnya. Kalau menurut saya, camilan wajib yang kita beli bila berkunjung ke Cirebon adalah tape ketannya! Sebenarnya tape ketan bukanlah oleh-oleh produksi Cirebon - melainkan Kuningan, sebuah Kabupaten yang berada tak jauh dari Cirebon. Berbeda dengan tape dari daerah lain, tape ketan di sini dibungkus dengan daun jambu. Rasanya legit dan berair. Nikmat sekali.

Oleh-oleh khas Cirebon yang tak kalah "wajib"-nya adalah kerupuk melarat (kerupuk miskin). Kenapa disebut melarat? Sebab kerupuk ini tidak digoreng dengan minyak, melainkan dengan pasir - sehingga terkesan ekonomis. Meski digoreng dengan pasir, tapi renyahnya tak kalah dengan kerupuk yang digoreng dengan minyak, pun harganya murah-meriah. Beli juga sirup tjampolay khas Cirebon yang diproduksi tanpa pemanis buatan, meski sebenarnya di Jakarta pun sudah bisa kita temukan.

Sebagai pecinta teh, saya juga tak melewatkan membeli teh upet yang pabriknya berada di Cirebon. Teh ini berici khas teh Indonesia: teh hijau melati yang justru berwarna coklat (seperti teh hitam) ketika diseduh. Menurut saya, teh upet merupakan salah satu teh melati Indonesia yang wanginya paling harum. Sajikan dalam poci tanah liat agar makin harum. Beli juga gula batu khas Cirebon untuk melengkapi 'ritual' minum teh anda. Selain teh upet, saya juga membeli teh cap peko, yang tak kalah harumnya. Kedua teh tersebut saya beli ketika sedang mengunjungi Pasar Kanoman.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Sebagai kota rebon, anda juga tak boleh melewatkan petis udang dan terasi khas Cirebon. Tidak sulit menemukannya, ada banyak di pasar. 

Nasi Jamblang, Wajib Coba!

Sebelum menuntaskan wisata di Cirebon dan pulang ke tempat asal masing-masing, ada satu kuliner khas yang tak boleh terlewatkan: Nasi Jamblang. Nasi jamblang merupakan makanan khas Cirebon yang tak kalah populer dengan empal gentong. Disebut nasi jamblang karena nasi dibungkus dengan daun jamblang (daun jati). Rumah makan yang paling terkenal dalam menyajikan nasi jamblang adalah RM Bu Nur. Hampir setiap saat tempat ini ramai dikunjungi pembeli, bahkan perlu mengantre bila sedang jam makan siang. Lauknya beragam, namun yang favorit adalah pepes telur asin, sate kentang, dan cumi saus hitam. Saya sendiri mengakui kelezatan nasi jamblang masakan Bu Nur. Cuminya empuk dan gurih.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Dok.pribadi
Well,menurut saya wisata budaya dan sejarah Indonesia adalah hal yang menarik dan harus dilestarikan, sebab di sinilah nilai-nilai asli dari bangsa kita tercermin. Saya sendiri begitu menikmati perjalanan ini, menyaksikan bagaimana nilai-nilai luhur bangsa Indonesia di masa kerajaan. Saya sangat merekomendasikan Cirebon sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang menarik, pun kulinernya yang khas dan nikmat akan memanjakan lidah kita.

Indonesia, Jaya!

(Tulisan saya lainnya tentang traveling dapat dibaca di: Blog Garvin)

Dok.pribadi
Dok.pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun