*Hindari durian dan emping karena mengandung gas dan tingi lemak, sedangkan emping mengandung purin pencetus asam urat. Cuci bersih sayuran dan buah sebelum di makan untuk mengindari kontaminasi bakteri dan residu pestisida. Lupakan jeroan, otak, makanan berkuah santan kental, kulit ayam dan kuning telur. Bahan pangan ini merupakan sumber lemak penyebab obesitas dan ganguan kardiovaskular.
*Pilih daging tanpa lemak, makanan berkuah bening, susu rendah lemak, susu kedelai, yogurt, putih telur, dan ikan sebagai sumber protein yang baik. Teknik pengolahan makanan juga mempengaruhi mutu makanan.
*Pilih makanan dengan metode memasak di kukus, di rebus atau di tumis dengan sedikit minyak. Metode menggoreng, memanggang dan di bakar kurang disarankan, selain mengandung banyak lemak, metode memasak ini juga merusak nilai gizi makanan karena panas tinggi. Apalagi makanan dibakar seperti satai misalnya, makanan yang gosong karena dibakar dapat memicu timbulnya kanker.
Jangan lupa perbanyak minum air putih, minimal 8 gelas sehari, hindari minuman beralkohol, bersoda dan minuman dengan kandungan gula dan kafein tinggi. Jus sayuran dan buah juga baik untuk menjaga dan memelihara kesehatan tubuh.
Ya, memang tips yang cukup berat rasanya bagi para penikmat wisata kuliner yang doyan menyantap berbagai jenis makanan diatas. Ada yang tidak peduli, ada yang mulai was-was. Semua tergantung pilihan masing-masing.
Dilihat dari sisi psikologis dari sisi logis dan empiris, memang ada beberapa hal yang akan membuat seseorang lebih rentan terserang penyakit. Seperti Depresi; perasaan tertekan, tidak ada harapan, tidak mampu menikmati hidup dan memaknainya secara positif akan melemahkan ketahanan tubuh terhadap penyakit. Rasa kehilangan kendali; perasaan tidak bergairah dalam menjalani hidup, kehilangan orientasi hidup. Jenuh menjalani hidup. Kesepian dan terisolasi; Perasaan tidak dicintai, kesepian da tidak banyak terlibat dengan dunia interpsersonal. Gempa psikologi; seperti ditinggalkan orang yang disayang, PHK, dsb.
Dr. Patricia Patton dalam bukunya Emotional Quotient mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan cara belajar.
(1). Belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan.
(2). Belajar dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
(3). Belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita.
(4).Belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikanmasalah.