Mohon tunggu...
Garth Irawan
Garth Irawan Mohon Tunggu... -

Menjadi mempesona, karena memahami bahwasanya; hidup adalah take and give, keep rolling, keep flowing, and swing it on!! :-)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sifatnya Bengis Perilakunya Sadis

1 April 2010   16:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:03 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bunuh, bantai, sikat!! Semua itu adalah kata-kata orang sadis, bengis. Tidak ada rasa belas kasihan. Apa yang terjadi sebenarnya? Banyak "pepesan kosong" yang berkata "manusia itu pada dasarnya baik". Memang  manusia bisa jadi baik sekali, juga bisa jadi jahat sekali.

Kenapa manusia bisa baik? Manusia bisa baik karena Tuhan menaruh benih kebaikan dalam diri seorang manusia, mengapa manusia bisa jahat? Kejahatan memang menjadi nature manusia. Tanpa diajari juga manusia sudah jahat. Silahkan Anda diuji mana yang paling sulit.

1. Membalas kebaikan dengan kebaikan.

2. Membalas kejahatan dengan kejahatan.

3. Membalas kebaikan dengan kejahatan.

4. Membalas kejahatan dengan kebaikan.

Nah, pasti Anda sudah tahu jawabannya.

Bengis, secara umum bisa diartikan sebagai sifat kejam yang tidak berbelas kasihan, secara sederhana dan lebih spesifik dinyatakan dalam ungkapan perilaku"SADIS". Perilaku sadis adalah perilaku orang bengis. Bagaimana bengis dan sadis  ini bisa terbentuk? Memang secara teori, kebengisan itu muncul dari motivasi untuk berbagi energi negatif yang telah diterima sebelumnya. Seseorang yang pernah mendapat perlakuan yang sadis, akan mudah bersikap sadis pula terhadap orang lain.

Sifatnya bengis perilakunya sadis, itulah Paizo (Ilustrasi) seorang anak laki-laki piatu yang berusia 9 tahun, mendapat perlakuan yang sangat sadis dari Ayahnya ia digebuki habis-habisan jika tidak mau menurut perintah Ayahnya, banyak hal-hal edan yang diperintahkan kepada Paizo, jika menolak maka ia akan dihajar habis-habisan, misalnya saja Paizo disuruh mencuri Ayam kampung atau Ikan Lele dari tetangga sebelah, untuk dimasak dirumah.

Jika Paizo pulang dengan tangan kosong, maka ia akan digebuki habis-habisan dengan disabeti ujung kepala gesper milik Ayahnya yang terbuat dari besi, selain itu ia juga akan ditendangi habis-habisan oleh Ayahnya dengan mengenakan sepatu boot. Perilaku kekejaman ini rutin terjadi dalam keluarga Paizo.

Bisa diprediksi, Paizo akan bertumbuh menjadi orang yang mudah berlaku sadis terhadap lingkungan sosialnya, karena ia ingin melakukan transfer energi yang sudah ia terima dari Ayahnya. Energi ini akan selalu muncul setiap Paizo mengingat kekejaman Sang Ayah dan memberi pengaruh SIGNIFIKAN terhadap perasaan Paizo.

Jika Paizo dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan bijaksana, maka ia akan sulit berlaku sadis dan memiliki sifat bengis, karena sadis dan bengis berada di "area 51 nya", artinya Paizo akan merasa asing dan aneh untuk melakukan hal-hal yang memang tidak diajarkan kepadanya, ia akan merasa kikuk dalam berlaku sadis.

Contoh Kasus : Setelah dewasa Paizo menjadi  kepala preman di daerahnya, suatu hari anak buahnya memberikan setoran hasil "jaga", namun Paizo tidak puas.

"Bang Ampun Bang!, aye udah nggak ada duit lagi."

"Bodo amat." Seru paizo geram.

*Bak.. buk.. bak.. buk(#@$%#^%&%)*

"Sakit Bang!! Ampun."

"Sakit? baru segitu aja lu, gue dari kecil udah lebih sakit dari lu, cemen lu!!"

*Bak..buk..plak..plok (%$#^%#)

Paizo memukuli anak buahnya sampai puas dan kelelahan, akhirnya ia berhenti.

Saat seseorang menerima perlakuan kejam, potret emosi kekejaman itu akan terekam dengan baik dalam pikiran (bawah sadar) seseorang sehingga ia akan mudah melakukan kekejaman kepada orang lain karena paham caranya. Perasaan tersiksa dan teraniaya yang sudah ia terima akan menutupi rasa belas kasihan pelaku tindakan sadis. Hmm, mungkin inilah yang terjadi pada orang-orang paling kejam yang pernah ada di dunia, akumulasi rasa dendam yang begitu hebatnya.

Namun, Tuhan juga sudah menetapkan juga benih-benih kebaikan untuk tumbuh dalam diri seseorang, akan menjadi suatu misteri apakah benih-benih itu dapat bertumbuh dengan subur dan baik, atau malah layu dan menjadi kering. Sungguh pribadi yang beruntung yang mampu menumbuhkan benih ini dengan baik. Hmm, aku hanya tahu bagaimana benih itu bertumbuh dengan baik, yakni saat seseorang melepaskan pengampunan terhadap pelaku kekejaman atas dirinya, mengampuni masa lalunya, juga mengampuni dirinya sendiri jika pernah melampiaskan rasa dendam itu pada sesama.  Berdamai dengan kehidupan. Walau aku tahu namun aku tidak tahu, karena entah semua pengampunan itu memang tulus atau tidak, aku memang tidak tahu. Hanya Sang Khalik yang mampu menilai.

[caption id="attachment_108369" align="aligncenter" width="300" caption="Keindahan pengampunan seindah pelangi sehabis hujan badai (by Google)"][/caption] *Inspired by : Sebuah scene sadis di acara TV.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun