Mohon tunggu...
Ashary Gartanto
Ashary Gartanto Mohon Tunggu... -

Seorang "terprofesikan" dalam bidang IT, yang sebetulnya lebih ingin menjadi musisi dan menjadi guru.\r\nNo easy money... No instantly success

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nahkoda dan Kapal

21 April 2012   10:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:19 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari di bibir pelabuhan dua orang pemuda berjalan santai. Saling mengobrol dan bercanda kecil kedua pemuda berusia 20 tahunan itu menyusuri pinggir kapal kapal besar yang sedang menepi. Joko salah satu pemuda berkulit sawo matang mengenakan celana jeans dan kaos hitam, dan Mahmud pemuda yang memakai kacamata dengan rambut belah tengahnya.

Joko dan Mahmud saling bercanda kecil sambil melihat kapal kapal yang baru datang dan ada juga hendak pergi. Mereka menuju warung kopi yang ada di skitar situ untuk berteduh, karena terik matahari mulai melekat.

Joko sambil menuggu kopi hangat yang sudah dipesannya melihat seorang nahkoda yang baru saja turun dari kapalnya yang besar.

"Lihat Mahmud, nahkoda itu. Topi putih terpasang, jas hitam dengan dasi, gagah sekali", kata Joko.

"Iya, cocok lah dengan kapal nya, mentereng, dan besaaar...", ujar Mahmud.

Kopi datang, walaupun panas cukup terik kopi tetap cocok diminum juga, lalu joko mengeluarkan rokok kereteknya untuk menemani kopinya. Pesanan Mahmud pun datang bersamaan, teh manis hangat yang terlihat cocok dengan gorengan yang sudah dia pegang.

"Mud, liat di sebelah kanan sebelah kapal biru itu.", Joko mencoba menunjuk lelaki yang agak kucel yang berada pada kemudi kapal kayu yang tidak terlalu besar, yang masih terlihat pandanganya.

"Kenapa Jok?"

"hmm...jauh aja keliatanya. Yang satu rapih dan bersih, yang satu lagi terlihat berkeringat dengan baju kaosnya."

"Ya begitulah Jok. beda kapal beda pula nahkodanya. Tapi mereka tetap seorang nahkoda pemimpin dan pemegang kendali kapalnya. Aura mereka tetap terlihat besar di mata awaknya."

"Iya betul juga Mud. Tapi gua jadi inget ama pemimpin negara. Beda kapal beda nahkodanya, beda negara beda pemimpin negaranya..hahaha"

"Bener banget Jok... Misal kita gambarin negara yang tertinggal dan kurang maju, kita gambarin dengan perahu bercadik dan nahkoda nya sendiri yang harus mendayung. Kecil kapalnya, tradisional, kuno, dan harus bekerja sangat keras untuk menuju tempat tujuanya."

"Hahaha... Bener juga Mud, kalau masih ada di jaman sekarang repot banget tuh, yang jelas si tu nahkoda plus pendayung gede tangannya.", canda Joko setelah menyeruput kopinya.

"Tuh ada lagi Jok, tu liat kapal kayu kecil dengan mesin motor, menurutmu bagaimana?"

"Kayanya itu kaya negara yang kecil tapi udah berusaha untuk lebih maju. Kepala negara ga akan terlalu cape, udah ada motor, eh menteri menteri nya."

"Iya... Kalo gua secara model lebih seneng banget ama kapal layar gede, kaya kapal pinisi."

"Kenapa Jok?"

"Terlihat besar, gagah, klasik, mempunyai seni tinggi tapi teknologinya modern."

"Iya, tapi kapal itu harus punya nahkoda yang handal banget Jok, pintar memanfaatkan arah angin dan karena perjalananya biasanya selalu jarak jauh harus dia harus bisa memompa semangat awaknya dan memilih jalan terbaik bila terjadi badai besar."

"Pemimpin yang kaya gitu tuh yang gua suka! Dan kapal pinisi dari dulu sampai sekarang ga bisa dianggap remeh. Nah negara kita juga harus gitu tuh",cetus semangat dari Joko.

"Kalo gua si lebih suka kapal yang dibawa nahkoda gagah yang pertama kita liat. Besar, kokoh, mewah, berteknologi canggih dan nahkodanya membuat orang terpana."

"Negara kaya gitu si udah jadi negara adikuasa Mud... Trus kira kira negara kita kapal yang seperti apa ya Mud?"

"Ya lo bisa kira kira aja, hehehe... Tapi yang terpenting adalah negara ini mempunyai nahkoda yang seperti apa? Agar kita bisa selamat sampai tujuan dan nyaman dalam perjalanan"

"Yap satu lagi, kalo udah seperti kapal besar juga kita jangan jadi seperti kapal Titanic. Besar, modern, teknologi tinggi, tapi terlalu sombong, yang akhirnya sekarang menjadi karang di dasar laut."

-gartanto-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun