Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ternyata Begini Peran Luar Biasa Sang Ayah dalam Mengubah Karir Son Heung-min

20 Mei 2023   11:16 Diperbarui: 20 Mei 2023   11:39 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang bijak pernah berkata,

"Ayah adalah seseorang yang selalu percaya pada kemampuanmu. Ia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa kamu bisa."

Kalimat itu seolah cocok untuk menggambarkan cinta tak terbatas Son Woong-jung kepada anak laki-laki kebanggaannya, Son Heung-min.

Kita semua pasti setuju untuk mengatakan bila Son Heung-min telah menjadi salah satu pemain terbaik di dunia saat ini. Dia tak hanya jadi bintang di negara asalnya, Korea Selatan, namun juga di kompetisi yang ditapakinya sekarang, yakni Liga Primer Inggris. Menariknya, meski sudah banyak sekali yang mengakui bakat Son sebagai pemain jempolan, ayahnya justru menolak untuk menyebut sang pemain sebagai world class player. Menurut Son Woong-jung, Son masih harus mencapai lebih banyak hal untuk bisa disebut sebagai pemain kelas dunia.

Dia bahkan meminta Son untuk tidak menikah terlebih dahulu jika masih ingin fokus bermain sepak bola. Karena menurutnya, pernikahan sudah memiliki prioritas lain, yakni keluarga, bukan sepak bola.

Sikap semacam itu memang sudah ditunjukkan Son Woong-jung sejak Son masih belia. Ia tidak ingin anaknya cepat berpuas diri, dan tetap fokus pada satu tujuan.

Meski sang ayah belum mau mengakuinya sebagai pemain kelas dunia, Son sama sekali tidak marah. Justru hal itulah yang membuatnya jadi pesepak bola seperti sekarang. Sang ayah menjadi nomor satu yang jadi inspirasinya, yang telah mengubah jalan karir sepak bolanya.

"Saat kecil, ayah saya memikirkan tentang apa yang saya butuhkan. Dia melakukan segalanya untuk saya, dan tanpanya, saya mungkin takkan sampai di posisi saat ini. Sepak bola saya sepenuhnya adalah karya ayah saya." ucap Son Heung-min.

Cara Sang Ayah Melatih Son

Kecintaan Son Heung-min terhadap olahraga sepak bola tak ubahnya turun dari sang ayah. Sebagaimana diketahui, Son Woong-jung adalah mantan pemain sepak bola profesional di Korea Selatan dengan karir yang lumayan mentereng. Dia pernah membela klub semacam Hyundai Horang-i dan ilhwa Chunma. Namun ketika usianya menginjak 28 tahun, Son Woong-jung memilih pensiun dini karena tak kuasa membendung cedera tendon Achilles yang dialami.

Setelah putuskan berhenti menjadi seorang pesepak bola profesional, Son Woong-jung akhirnya memilih untuk melatih anak-anak muda di tim sepak bola tingkat sekolah.

Masih terus menggeluti dunia sepak bola, Son Woong-jung kemudian mendapati bila anaknya, Son Heung-min, bercita-cita menjadi pesepak bola terkenal. Mulanya, dia sempat ragu dan trauma akan kenangan masa lalu. Apalagi, kehidupannya selama menjadi pemain sepak bola tidaklah sejahtera. Son Woong-jung mengaku sulit secara finansial dan sempat berharap anaknya memiliki pekerjaan di luar sepak bola.

Namun tampaknya dia gagal membendung hasrat anaknya, hingga sampailah pada titik di mana dia memang harus menyeriusi minat dan bakat sang anak untuk menjadi seorang pemain sepak bola.

Dedikasi Son Woong-jung untuk membentuk anaknya menjadi seorang pesepak bola tak main-main. Diceritakan oleh penulis Lee Hae-rin di situs Korean Times, Son Woong-jung selalu bangun lebih pagi untuk pergi ke tempat anaknya sekolah dan mengambil satu demi satu kerikil yang berada di lapangan. Ia tidak ingin anaknya mengalami hal berbahaya ketika terjatuh saat berlatih. Masih belum cukup sampai disitu, Son Woong-jung juga akan menabur lebih dari 100 kantong garam untuk menjaga tanah di lapangan sekolah putranya tetap aman ketika musim panas.

Kemudian pada musim dingin, dia juga akan menyekop salju di lapangan agar anaknya bisa tetap nyaman ketika menggiring bola.

Perjuangan Son Woong-jung sangatlah luar biasa. Dia tak peduli seberapa derasnya keringat yang bercucuran. Dia juga tak memikirkan tenaganya yang terkuras habis untuk menciptakan lapangan yang nyaman bagi anaknya berlatih. Tujuannya adalah satu, dia ingin menjaga mimpi anaknya menjadi seorang pemain bintang.

Ketika tempat latihan yang disediakan sudah nyaman, maka hal berikutnya yang dilakukan Son Woong-jung adalah memberikan pelatihan yang sangat ketat.

Salah satu metode pelatihan paling terkenal Son Woong-jung adalah meminta Son Heung-min berlari tiga putaran sambil menjaga bola tetap di udara dengan menggunakan kaki kanan, berikutnya kaki kiri, dan pada tiga putaran terakhir menggunakan dua kaki. Jika bola jatuh, Son Woong-jung akan meminta anaknya untuk memulai dari awal lagi, tidak peduli seberapa dekat dia dengan garis finish.

Dalam perjuangannya menjadi pemain profesional, Son Heung-min juga mengaku bahwa ayahnya tak segan untuk memberi hukuman jika dia melakukan kesalahan. Yang paling diingat adalah ketika dia dan kakaknya diminta sang ayah untuk menjuggling bola selama empat jam tanpa henti, karena bertengkar.

"Dia menugaskan kami melakukan juggling selama empat jam. Kami berdua. Setelah sekitar tiga jam, saya melihat bolanya ada tiga. Lantainya (jadi) merah,"

"Saya sangat lelah. Dan dia begitu marah. Saya rasa ini adalah kisah terbaik kami dan kami masih membicarakannya ketika kumpul-kumpul. Empat jam menjaga bola terus di atas dan tak menjatuhkannya. Itu sulit, bukan?" katanya kepada BT Sports.

Juggling selama empat jam nonstop buat masyarakat awam terdengar mustahil tentu saja, tapi Son memastikan bahwa tak sekalipun dia menjatuhkan bola dalam empat jam tersebut.

"Tidak. Tak sekalipun jatuh," tandasnya.

Mengenai metode latihan ketat yang diterapkan kepada anaknya, Son Woong-jung menjelaskan itu semua dalam memoarnya yang berjudul, "Everything Begins from the Basics,".

Disitu, Son Woong-jung mengatakan bila bambu setidaknya membutuhkan sekitar lima tahun untuk tumbuh dan menyebarkan batang serta daun ke atas. Begitu pula, ia percaya bahwa seorang atlet membutuhkan pelatihan dasar bertahun-tahun untuk tumbuh kuat, seperti bambu yang dapat berdiri tegak meski dilanda cuaca yang ekstrim.

Kehebatan Son Woong-jung dalam mendidik dan memotivasi pemain muda, anak sendiri khususnya, bahkan sampai mendapat perhatian besar dari penggemar Tottenham Hotspurs.

Saking percayanya mereka pada metode latihan Son Woong-jung, Sebuah kolom ditulis Avery Farmer di SB Nation pada tahun 2018 silam. Kolom tersebut berjudul, "Daniel Levy should sign Son Heung-min's dad", yang jelas merujuk pada keinginan para penggemar untuk meminta klub merekrut Son Woong-jung di staf kepelatihan.

Kegemilangan Karir Son Heung-min

Melalui pengawalan sang ayah, Son melalui satu demi satu rintangan dengan sangat baik. Ketika tim sepak bola level sekolah berhasil ditaklukkan, Son lalu bergabung dengan akademi FC Seoul pada tahun 2008. Ketika berlatih bersama FC Seoul, Son memilih untuk putus sekolah dan fokus mengejar cita-cita menjadi seorang pemain sepak bola.

Tak lama setelah berlatih bersama FC Seoul, Son merantau ke Jerman karena direkrut Hamburg.

Hanya membutuhkan waktu selama dua tahun, usia Son yang mulai menginjak angka 18 diberi kesempatan tampil di tim utama Hamburg, dan melakoni debut di laga melawan Frankfurt pada ajang DFB Pokal. Son sendiri menjalani karir di Volksparkstadion hanya 3 musim saja. Dalam jangka waktu tersebut, dia berhasil mencetak 20 gol dan 3 assist dari 78 pertandingan.

Pada musim 2013/14, Son didatangkan oleh Leverkusen dengan mahar sebesar 10 juta euro atau setara 169 miliar rupiah. Perlu diketahui bahwa pembelian tersebut menjadi yang termahal bagi Leverkusen pada saat itu. Dengan ekspektasi publik yang pastinya sangat besar terhadap Son, pria tangguh asal Korea itu benar-benar memberikan seluruh kemampuan yang dimilikinya.

Selama 2 musim berkostum Leverkusen, Son mencetak 29 gol dan 11 assist dalam 87 pertandingan di semua kompetisi.

Catatan itu kemudian membuat Tottenham Hotspurs kepincut, di mana klub asal Inggris tersebut berani menggelontorkan dana sebesar 30 juta poundsterling atau setara 540 miliar rupiah untuk memboyong Son pada tahun 2015.

Tepat setelah bermain untuk Tottenham Hotspurs, kita semua tahu bila karir Son Heung-min terus menanjak. Dia beberapa kali menyabet gelar individu dan masih menjadi mesin gol bagi skuad the Lilywhites sampai sekarang.

Di level Internasional pun, Son sangat diandalkan Korea Selatan. Dia disebut sebagai pahlawan oleh sebagian besar warga Korea karena berhasil mengharumkan nama bangsa. Salah satu prestasi terbaiknya adalah membawa Korea memenangkan Asian Games 2018. Kemudian, Son juga dinobatkan sebagai Pesepakbola Terbaik Asia 2021 setelah mengantarkan negaranya lolos ke Piala Dunia Qatar.

"Ayah saya selalu mengatakan bahwa jika saya akan mencetak gol tetapi lawan terluka, saya harus menahan bola dan memeriksa lawan terlebih dahulu. Karena jika kalian adalah seorang pesepakbola yang baik tetapi tidak tahu bagaimana menghormati lawan, kalian bukan siapa-siapa." kata Son.

Ayah, adalah panggilan untuk seseorang yang memiliki bahu terlapang, tulang punggung terkuat dan pelindung terkokoh, meski tak pandai bicara cinta, pun tak mahir mengurai air mata. Satu hal lain yang perlu diingat, dia tak akan pernah lupa menyebut namamu dalam doa di setiap tengadahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun