Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tak Hanya Keberuntungan, Keajaiban Leicester City Tahun 2016 Telah Disiapkan!

15 April 2023   07:36 Diperbarui: 15 April 2023   07:46 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun pasca kekalahan melawan Arsenal, mereka berhasil meraih banyak kemenangan termasuk di laga melawan Chelsea, dan menahan duo Manchester. Hasilnya, di akhir tahun 2015, Leicester City berhasil duduk puncak klasemen dengan koleksi 38 poin, unggul dua poin dari Arsenal.

Ketika mulanya semua menganggap bahwa langkah yang ditunjukkan Leicester City hanya kejutan di awal putaran saja, keadaan berbalik mulai pekan ke 22. Mereka yang berhasil menduduki peringkat pertama usai mengalahkan Tottenham Hotspurs dengan skor tipis 1-0, sama sekali tak tersentuh di sisa pertandingan berikutnya.

Tercatat sejak pekan ke 22, Leicester City konsisten duduk di tangga tertinggi, hingga gelar juara pun menjadi sesuatu yang akhirnya diraih.

Penyerahan trofi yang dilakukan pada 7 Mei, atau tepat setelah mereka mengalahkan Everton dengan skor 3-1, menjadi sebuah momen tak terlupakan bagi semua. Seluruh pemain tertawa bahagia. Pun dengan seluruh penggemar yang tak bisa menyembunyikan kegirangannya.

Peran Pelatih dan Kombinasi Pemain Kunci

Sejak didatangkan Leicester City sebagai pelatih anyar, Claudio Ranieri banyak menerima cibiran. Salah satu pemain The Foxes, Robert Huth, bahkan menyatakan ketidaksukaannya kepada mantan pelatih Chelsea itu. Huth mengaku sudah sangat percaya dengan Nigel Pearson. Dia bahkan setuju dan siap mengikuti rencana yang disiapkan oleh pelatihnya itu. Akan tetapi, ketika Ranieri datang, Huth secara blak-blakan berkata bila Ranieri tak akan cocok melatih Leicester City.

"Seberapa hebat orang ini?" kata Huth mengomentari kedatangan Ranieri.

Namun dengan keyakinan yang sudah memuncak, Ranieri tak ragu untuk terus menerjang segala rintangan. Melalui skema 4-4-2, Ranieri mengandalkan pola serangan baik dan pertahanan yang solid. Dia tidak peduli dengan penguasaan bola, yang terpenting baginya adalah seberapa tangkas para pemainnya memanfaatkan peluang yang diciptakan. Maka wajar bila kemudian Leicester City menjadi tim yang hanya menciptakan rata-rata 42,4% penguasaan bola, terendah ketiga di musim tersebut.

Selain itu, Ranieri yang dikenal sebagai pelatih yang kerap merubah susunan tim inti, pada akhirnya menjadikan Leicester punya pemain-pemain yang selalu mendapat kesempatan. Pada musim 2015/16, Ranieri mengandalkan pemain seperti Kasper Schmeichel, Robert Huth, Wes Morgan, Christian Fuchs, Simpson, Drinkwater, Kante, Albrighton, Okazaki, Mahrez, sampai Jamie Vardy.

Susunan pemain tersebut telah tampil dalam 13 pertandingan secara bersama-sama sejak menit awal. Dengan konsistensi itu, Leicester bisa menjadi tim yang solid.

Dalam memaksimalkan bakat anak asuhnya, Ranieri berhasil menjadikan pemain seperti Kasper Schmeichel catatkan 15 clean sheet di musim tersebut. Selanjutnya, dia juga menjadikan Wes Morgan sebagai pemain outfield yang selalu tampil dalam setiap pertandingan yang dijalani tim. Dengan catatan tersebut, Wes Morgan bersanding dengan nama hebat lainnya seperti Gary Pallister (Manchester United 1992/93), John Terry (Chelsea 2014/15), Csar Azpilicueta (Chelsea 2016/17) dan Virgil van Dijk (Liverpool 2019/20).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun