Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sampdoria, Italia, dan Eropa

4 April 2023   14:42 Diperbarui: 6 April 2023   14:33 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roberto Mancini (sumber gambar: transfermarkt)

Penantian gelar Serie A yang sebelumnya tak pernah didapat membuat seluruh penggemar masuk ke dalam lapangan. 20 kemenangan, 11 kali imbang, dan cuma mendapat tiga kekalahan jadi catatan mengesankan yang menghiasi musim bersejarah Sampdoria. Mereka duduk di Puncak Klasemen dengan mengungguli duo Milan yang saat itu juga punya skuad mentereng.

Kesuksesan meraih scudetto ketika itu lalu membuat Sampdoria mewakili Italia di kancah Eropa. Liga Champions, jadi kompetisi yang sedikit meremehkan nama Sampdoria. Mereka tak jadi unggulan dan diprediksi tak akan mampu melangkah jauh.

Namun segala anggapan itu berhasil ditumpas oleh Sampdoria. Boskov yang sudah kadung jadi dewa bagi penggemar Sampdoria menunjukkan kelasnya dengan membawa klub mengangkangi rival di grup A macam Red Star Belgrade, Anderlecht, dan Panathinaikos dengan koleksi 8 poin.

Lalu sampailah Sampdoria ke partai final dimana FC Barcelona sudah menanti sebagai lawan. Nahas, el Barca yang memang sedang tampil ciamik di tangan Johan Cruyff berhasil mencuri kemenangan lewat gol Ronald Koeman. Meski kalah, perjalanan Sampdoria di ajang Liga Champions Eropa ketika itu sama sekali tak bisa diremehkan.

Namun seiring berjalannya waktu, kekalahan atas Barcelona di panggung Eropa malah menjadi penanda berakhirnya era kejayaan mereka. Terlebih ketika itu il Samp ditinggal Mantovani yang memejamkan mata untuk selama-lamanya pada tahun 1993 karena kanker paru.

Perlahan, bintang yang dulu sempat bersinar di Sampdoria juga mulai memilih jalan berbeda. Dari Pagliuca yang membela Inter sampai Vialli yang berseragam Juve, membuat Boskov juga ikut pergi dengan membela Roma.

Sejak saat itu bahkan hingga sekarang, Sampdoria tak pernah lagi tunjukan kelas sebagai tim menakutkan. Malah perjalanan mereka cenderung suram hingga jurang degradasi kerap menjadi kawan.  

Dalam dua puluh tahun terakhir, Sampdoria tak pernah mencapai posisi tiga besar. Kedudukan terbaik mereka terjadi pada musim 2009/10 ketika posisi empat berada dalam genggaman. Sisanya, angka-angka yang tak terlalu memuaskan menjadi sebuah hal yang mudah didapat. Bahkan pada musim 2011/12 mereka harus tampil di kompetisi Serie B usai sebelumnya tempati posisi ke-16.

Pada musim 2021/22 lalu saja, Sampdoria hanya menduduki peringkat ke 15, hasil dari 10 kemenangan, 6 hasil imbang, dan 22 kali kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun