Tak hanya di kompetisi lokal saja, kita semua tahu bila prestasi RB Leipzig sampai ke kancah Eropa dimana mereka muncul sebagai pesaing baru yang kekuatannya sama sekali tak bisa dipandang sebelah mata.
Dalam sebuah survei yang dilakukan surat kabar berita lokal, Leipziger Volkszeitung, lebih dari  70% populasi Leipzig senang dengan perkembangan sepak bola disana.
Namun ketika bicara tentang poin minus dari kehadiran Red Bull di sepak bola, seluruh klub yang dinaungi haru benar-benar merelakan sejarah mereka.Â
Dimulai dari RB Salzburg, sebagian penggemar sempat menentang kebijakan klub yang merubah identitas klub. Sebagai bentuk protes, basis suporter tersebut sampai rela melahirkan klub SV Austria Salzburg yang baru.
Para penggemar yang merasa sakit hati itu juga sempat geram dengan ucapan CEO baru klub, yang mengatakan, "ini adalah klub baru tanpa sejarah."
Hal serupa juga dialami oleh RB Leipzig. Kompetisi Bundesliga yang sejatinya tidak memperbolehkan sebuah perusahaan menjadi nama klub, langsung diakali oleh Red Bull. RB pada penamaan klub Leipzig bukanlah Red Bull, namun Rasenballsport atau yang memiliki arti olahraga bola rumput.
Red Bull disebut telah melanggar aturan asosiasi sepak bola Jerman yang tidak memperbolehkan adanya investor besar untuk memiliki sebuah klub. Dengan peraturan 50+1, saham mayoritas harus dimiliki oleh anggota klub. Lebih lanjut, hanya investor yang sudah bersama sebuah klub selama lebih dari 20 tahun lah yang dapat melewati peraturan 50+1 tersebut.
Banyak yang menyayangkan tindakan tersebut dan tidak sedikit pula yang menyebut bila Red Bull hanya ingin mengeruk keuntungan pribadi lewat sepak bola.
"Mereka (RB Leipzig) melakukan hal yang sangat bagus dari aspek olahraga. Tapi klub itu dibangun untuk meningkatkan pendapatan Red Bull, tidak lebih dari itu," ujar CEO Â Die Borussen, Hans-Joachim Watzke, kepada BBC.
Namun kembali lagi, inilah wujud sepak bola masa kini.
Red Bull yang sejatinya merupakan perusahaan pengejar profit, sudah tentu membawa nama sepak bola sebagai ladang bisnis.Â