Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sering Mendapat Kritik, Cara Red Bull Kuasai Industri Sepak Bola Layak Dipuji

2 April 2023   07:39 Diperbarui: 7 April 2023   17:00 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SV Austria Salzburg merupakan klub papan tengah sebelum dikuasai Red Bull. Berdiri sejak 1933, mereka hanya berhasil mengumpulkan sebanyak tiga gelar juara liga saja. 

Namun setelah Red Bull masuk dan mendanai segalanya, lihat saja daftar pemenang kompetisi Bundesliga Austria dalam setidaknya sepuluh tahun terakhir.

Setahun setelah mengakuisisi klub asal Austria, Red Bull mengambil alih kursi kepemilikan klub asal Amerika, New York Metrostars, yang kemudian dikenal dengan New York Red Bull. 

Masih berlanjut, pada tahun 2008 tangan-tangan gurita Red Bull berhasil menjangkau pasar Ghana dengan membentuk klub bernama Red Bull Ghana, meski kemudian kesebelasan tersebut bubar pada tahun 2014.

Yang paling menghebohkan, tentu akuisisi mereka atas klub asal Jerman bernama SSV Markranstadt, yang kemudian berubah nama menjadi RB Leipzig.

Tak berselang lama, perusahaan itu berkembang di negara penghasil bakat sepak bola terbaik, Brasil, dengan mengakuisisi Clube Atltico Bragantino, yang kemudian berganti nama menjadi Red Bull Bragantino.

Hebatnya lagi, setelah menjangkau pasar Eropa, Amerika, hingga Afrika, Red Bull baru-baru ini telah menjalin kerjasama dengan klub asal Asia yang berbasis di Vietnam, Hoang Anh Gia Lai.

Cara Red Bull memperkenalkan diri setelah menguasai tim-tim yang telah disebutkan, adalah dengan mengganti seluruh identitas klub menjadi kesebelasan dengan wajah khas perusahaan tersebut. Red Bull akan mengganti seragam, stadion, logo, sampai nama menjadi wujud merk kebesaran mereka.

Konsep dasar yang diterapkan itu kemudian diikuti dengan pengumpulan bakat-bakat terbaik dari seluruh dunia. Dalam hal ini, Red Bull tidak terlalu membutuhkan jasa scout. 

Mereka menggunakan sistem MCO, atau Multi Club Ownership. Kepemilikan multi-klub tersebut memungkinkan Red Bull untuk memutar bakat dari klub satu ke klub yang lain, tanpa mengalami kendala berarti.

Siklusnya, Red Bull menjelaskan bila dari setiap klub yang dimiliki, mereka biasanya akan mengambil bakat terbaik dari Brasil, kemudian dikembangkan di RB Salzburg, dan bila pemain itu telah siap tampil di kompetisi tertinggi Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun