Pada momen pandemi kemarin, legenda sepak bola asal Kolombia, Faustino Asprilla, berupaya membantu memerangi pandemi covid 19 dengan cara yang cukup unik. Diberitakan, dia memberikan satu juta alat kontrasepsi yang merupakan produk keluarannya sendiri.
"Aku memiliki banyak kondom yang tersisa di perusahaan dan ingin orang-orang membantu menghabiskannya!"
"Saat ini aku memiliki sisa kondom sekitar 3,6 juta. Sampai kami dapat membuka kembali pabrik, kami tidak akan menghasilkan lagi. Untuk membantu populasi dunia, aku bermaksud memberikan satu kotak kondom sebagai hadiah untuk pembelian tiga kotak," ucap Asprilla (via The Mirror).
Asprilla memang dikenal sebagai pemain yang penuh dengan keunikan. Dia banyak menimbulkan kontroversi dan kegilaan, baik di dalam maupun diluar lapangan. Namun begitu, disisi lain, ia juga dikenal sebagai pemain dengan penuh talenta.
Nama Faustin Asprilla bahkan disandingkan dengan legenda dunia, seperti Pele. Permainannya luar biasa, sering menjadi penentu kemenangan, bahkan sampai kepada pemberi kesan tak terlupakan.
Asprilla lahir pada tahun 1969 di Tulua, sebuah kota tropis di Valle de Cauca, Kolombia. Ia memulai karir mudanya bersama klub lokal, Sarmiento Lora. Lalu, pada tahun 1988, Asprilla sudah temukan tim profesional. Ia bergabung dengan Cucuta Deportivo, sebelum akhirnya ditemukan oleh raksasa Kolombia, Atletico Nacional.
Bersama klub tersebut, penampilan Asprilla mengundang minat. Betapa tidak, Asprilla berhasil sumbangkan 37 gol dari 90 pertandingan, plus raihan dua trofi utama, yaitu Liga Utama Kolombia dan trofi Interamericana.
Klub-klub besar Eropa pun memasang mata. Mereka tak mau ketinggalan untuk dapatkan tanda tangan sang pemain. Hingga pada akhirnya, klub asal Italia, Parma, menjadi pemenangnya. Mereka berhasil dapatkan sang penyerang untuk langsung diplot sebagai andalan.
Di musim pertamanya, Asprilla berhasil mencetak beberapa gol penting. Satu yang paling dikenang tentu tendangan bebasnya ke gawang AC Milan, yang mana selain memberi kemenangan bagi Parma, gol tersebut juga sekaligus memutus rekor tak terkalahkan tim merah hitam dalam 58 pertandingan.
Tampil bersama Parma memang mungkin menjadi perjalanan terbaik dalam karir Asprilla. Ia banyak memenangkan gelar dan hadirkan kenyamanan di lini serang. Saat itu, ia tampil sempurna bersama nama-nama Gianfranco Zola, Tomas Brolin, dan Dino Baggio. Berkatnya, Parma sukses memenangkan gelar Piala Winners, Piala UEFA, dan Piala Super Eropa, dibawah asuhan Nevio Scala.
Selain berjaya di Itala, bersama negaranya, Kolombia, Asprilla juga tak mau ketinggalan untuk catat sejarah. Ia tampil sempurna di ajang Copa America 1993 dan berhasil membawa Kolombia menempati posisi ketiga.
Namun begitu, ia sempat timbulkan cerita berbeda. Asprilla yang sudah merasa luar biasa tidak mau dimasukkan ke dalam daftar pemain cadangan. Kejadian yang menampilkan laga Kolombia melawan Argentina itu sampai membuat kepala Federasi Sepakbola Kolombia berang.
Asprilla yang menolak ditempatkan di bangku cadangan mengatakan bahwa hal itu akan membuat citra nya buruk. Kemudian, presiden sepakbola Kolombia yang terlanjur marah meminta tim nasional nya untuk tidak lagi memanggil Asprilla.
Hasilnya pun benar, ia dicoret dan tak boleh lagi tampil untuk negara.
Merasa menyesal, Asprilla lalu memohon kepada pihak federasi agar keputusan sang presiden dicabut. Ia bahkan sampai menangis karena tidak menyangka perbuatannya bisa sampai berlanjut panjang.
Setelah melakukan diskusi, Asprilla lalu diizinkan tampil kembali untuk Kolombia. Di laga melawan Argentina pada September 1993, Asprilla yang masuk ke dalam skuad berhasil mencetak dua gol, dari total kemenangan 5-0 timnas Kolombia.
Namun itu bukan masalah terakhir baginya. Asprilla pernah dikecam oleh publik Kolombia setelah kedapatan membawa senjata api dan sampai melepaskan tembakan. Setelah diselidiki pihak kepolisian, Asprilla dinyatakan bersalah.
Hal tersebut lantas mengganggu hubungannya dengan Parma. Namun begitu, masalah itu tak sampai berbuntut panjang, karena Parma tetap mampu meraih gelar juara Piala UEFA di tengah konflik yang diterima sang pemain.
Sekali lagi, jika kalian berpikir ini adalah masalah terakhirnya, maka itu salah besar. Pasalnya, setelah itu, Asprilla mengalami kemerosotan performa dan malah menyalahkan sang pelatih. Karena dianggap sebagai biang keributan, Asprilla lalu didenda sebesar 27 ribu dollar oleh Parma.
Merasa tak terima, Asprilla berkata bahwa ia tak akan pernah bermain lagi untuk Parma.
Setelah gagal menyelesaikan kepindahannya menuju Leeds, Asprilla lalu pindah ke Newcastle United. Ia datang sebagai pemain bintang namun kontroversial. Deretan piala yang didapat terangkum rapi dalam setiap tindak kriminal yang dilakukan.
Asprilla memang tak bisa dipandang sebagai pemain sembarangan. 57 caps plus 20 gol bersama timnas Kolombia, serta tiga trofi mayor bersama Parma membuatnya patut mendapat tepuk tangan.
Bermain untuk Newcastle, Asprilla menjadi andalan anak asuh Kevin Keegan. Ia yang datang pada pertengahan musim 1995/96 langsung menjadi pemain yang berada di tempat utama. Bahkan, dirinya nyaris membawa klub jadi jawara jika saja tidak kalah dari Manchester United di laga krusial.
Di musim berikutnya, Asprilla tetap berseragam Newcastle United. Kemudian, ada satu momen lagi yang tak terlupakan darinya yaitu ketika The Magpies mampu tundukkan FC Barcelona di kompetisi Liga Champions Eropa.
Barcelona kala itu dihuni oleh pemain-pemain kelas dunia. Bayangkan saja, pemain seperti Rivaldo, Luis Figo, hingga Luis Enrique tampil dalam skuad yang disiapkan. Namun, Newcastle tak perlu khawatir, setelah ada nama Faustino Asprilla di lini serang mereka.
Benar saja, tak butuh satu jam bagi Asprilla untuk tunjukkan bakat. Ia yang tampil garang mampu mencetak tiga gol, dan memberi kemenangan bagi tim yang dibelanya.
Tercatat, raihan golnya tercipta pada menit ke 22, 31, dan 49. Barcelona memang mampu mencetak dua gol berkat aksi Luis Enrique dan Luis Figo. Akan tetapi tetap saja, mereka tidak mampu menghentikan keberingasan Asprilla di depan gawang.
Romantisme Faustino Asprilla dengan Newcastle United pada akhirnya hanya bertahan selama kurang lebih tiga tahun saja. Ia total telah catatkan 18 gol dari 61 penampilan.
Pada musim 1997/98, Asprilla kembali ke Parma. Namun musimnya tak pernah lagi sama. Meski mampu sumbangkan Piala UEFA dan Piala Italia, kesempatan tampilnya jauh lebih sedikit dari periode pertamanya.
Dua musim bertahan di Italia, Asprilla lalu putuskan pulang ke Amerika. Ia bergabung dengan klub seperti Fluminense hingga Palmeiras. Selebihnya, ia kerap bergonta-ganti klub dan tidak pernah lagi mencapai level yang diinginkan.
Merangkum tentang kisahnya di atas lapangan, Asprilla sama sekali tidak merasa kecewa. Ia begitu menikmati karirnya dan menganggap tidak ada kekurangan dalam hidupnya.
Pada akhirnya, seperti kebanyakan mantan pesepakbola lainnya, ia bertugas di sebuah media, atau sebagai komentator di ESPN Kolombia. Disamping itu, jangan lupakan pula bisnis kondom yang digelutinya.
Faustino Asprilla, bagaimanapun, akan selalu dikenang sebagai salah satu pemain hebat, dengan segala kontroversi yang mengelilinginya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H