Kepa Arrizabalaga tengah mengangkat trofi Liga Champions Eropa. Dengan perasaan bahagia, Kepa yang diiringi rekan-rekan setimnya tak malu untuk berteriak seolah ingin memberitahu dunia, bahwa dirinya tak seburuk yang dikira.Bagi Kepa, foto itu sungguh besar artinya. Pertama, ia seolah memberitahu dunia bahwa trofi Liga Champions Eropa menjadi yang terbaik yang pernah dia angkat. Betapa tidak, di musim Chelsea menjadi juara, klub asal London tersebut memulainya dengan sangat buruk. Sempat terlempar dari posisi empat besar, Chelsea malah sukses keluar sebagai yang terbaik di Eropa.
Tersebar luas sebuah gambar di sosial media, yang menunjukkan seorangArti berikutnya adalah, foto itu menunjukkan begitu dekatnya Kepa dengan seluruh elemen tim yang dibelanya. Rekan satu tim, pelatih, sampai staf dan yang lainnya, semua dianggapnya sebagai keluarga yang sulit untuk disingkirkan. Itu mengapa, dia merasa sangat betah tinggal di Chelsea yang telah memberinya banyak gelar.
Arti ketiga, atau yang terakhir, trofi Liga Champions Eropa menjadi yang sangat berarti bagi dirinya pribadi. Kepa masih ingat betul perasaan ketika mengangkat trofi tersebut setinggi-tingginya. Luar biasa dan sukar dijelaskan.
Sayangnya, apa yang dirasakan sesungguhnya oleh Kepa, kerap disalahartikan oleh kebanyakan orang.
"Pesepakbola selalu menjadi sorotan publik. Kami dianalisis, dipuji dan dikritik. Kami terkenal dalam arti bahwa orang-orang menonton kami bermain setiap minggu, dan mereka akrab dengan kekuatan dan kelemahan kami. Tapi jenis keakraban itu sangatlah dangkal," ujar Kepa (via The Players' Tribune)
Kepa merasa bila orang-orang 'tahu' siapa dirinya. Tapi sayangnya, tidak banyak dari mereka yang 'mengenal' dirinya sebagai seorang pribadi maupun pesepakbola.
Sebagai pembuka, ungkapan itu tentu menjadi sesuatu yang agak miris untuk didengar. Mungkin tidak hanya Kepa, namun juga bagi kebanyakan pesepakbola lainnya yang merasa bila orang-orang mengaku paling tahu terhadap kehidupannya, hingga sampai tega keluarkan berbagai hinaan yang seringkali tidak bisa dimaafkan.
Perjalanan Panjang Kepa
Kepa Arrizabalaga, tidak melewati perjalanan untuk bisa sampai ke titik membahagiakan dengan mudah. Ada banyak rintangan yang harus disingkirkan. Ketika usianya baru menginjak sembilan tahun, dia masih ingat betul saat setiap sore selama tiga sampai empat kali seminggu, hari-harinya selalu dihabiskan dengan latihan di akademi Athletic Bilbao dengan tiga teman kecilnya.
Kepa menceritakan bila dia harus menempuh jarak selama 45 menit dengan sebuah taksi untuk bisa sampai ke Lezama, sebuah desa yang dekat dengan Bilbao, tempat Athletic memiliki akademi muda mereka.
Lalu ketika usianya menginjak 16 tahun, sebuah momen yang lebih serius datang menghampirinya. Pelatih kiper tim muda, Luis Llopis, memberitahu Kepa bahwa untuk latihan selanjutnya dia harus datang lebih awal, yaitu pada pukul 10.30 pagi.
Hal itu tentu membuat Kepa kaget. Dia sempat terdiam seperti seorang yang kebingungan, untuk kemudian bertanya,
"Apa maksudmu? Aku berlatih setiap sore,"
Sang pelatih lalu menjawab bila itu memang benar. Namun ada tujuan lain yang membuat Kepa harus datang pukul 10.30 pagi, yaitu karena dia sudah dianggap layak untuk bermain dengan tim utama.
Merasa sangat gembira dan tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan itu sendiri, Kepa kemudian langsung pulang ke rumah dan memberitahu ayah dan ibunya. Ketika itu dia berpikir bahwa kedua orang tuanya akan ikut bahagia. Namun nyatanya tidak. Kedua orang tua Kepa lebih menyarankan anak laki-lakinya itu untuk mementingkan sekolah, ketimbang harus terus berlatih sepakbola.
Dengan tegas Kepa menjawab,
"Siapa yang peduli dengan sekolah? Ini adalah panggilan tim utama!"
Merasa masih belum rela untuk mengizinkan Kepa berlatih di jam sekolah, kedua orang tuanya terus membantah dan menemui langsung sang pelatih untuk meminta kejelasan. Setelah semua dirasa sesuai, kedua orang tuannya lalu mengizinkan Kepa untuk berlatih dengan tim utama.
Baru berusia 16 tahun, Kepa merasa bahagia karena bisa mengikuti tur pra musim bersama Athletic Bilbao. Hingga tepat pada tahun 2013, talentanya yang kian berkembang sukses menarik timnas Spanyol U19 untuk membawanya ke gelaran Piala Eropa. Tanpa basa basi, Kepa yang tampil dengan tim tersebut berhasil mempersembahkan trofi Piala Eropa untuk tim muda Spanyol. Sebuah kebanggaan untuk melengkapi masa kejayaan yang ketika itu memang tengah dialami Tim Matador.
Semuanya lalu berjalan dengan baik untuk beberapa musim kedepan. Dia bermain dengan tim utama dan sukses jadi andalan.
Mengaku masih menikmati karirnya bersama Bilbao, pada musim panas tahun 2018, Kepa dikejutkan dengan sebuah tawaran spesial yang datang dari Chelsea. Awalnya, Kepa tidak terlalu tertarik dengan tawaran yang diajukan. Namun ketika tahu kalau the Blues memberikan dana sebesar 80 juta euro untuknya, dia langsung sadar kalau klub tersebut benar-benar menginginkannya.
Meski awalnya sempat ragu untuk menerima tawaran yang membuatnya harus menanggung beban yang lebih besar, Kepa dengan segala kepercayaan diri resmi menandatangani kontrak dengan Chelsea tepat pada 8 Agustus 2018.
Memainkan debut di Premier League melawan Huddersfield, Kepa masih merasa kalau bergabung dengan Chelsea seperti mimpi. Dia tampil bersama pemain-pemain yang disebutnya sering ditonton lewat televisi. Selain itu, dia juga sempat memiliki kendala bahasa disana. Beruntung, pemain seperti Cesc Fbregas, Alvaro Morata, Pedro, Marcos Alonso, sampai Csar Azpilicueta, membantunya untuk bisa beradaptasi.
Musim debutnya diawali dengan sangat baik. Kepa jadi andalan di bawah mistar dan berhasil mempersembahkan gelar Liga Europa untuk mengembalikan Chelsea ke persaingan Liga Champions Eropa.
Konflik yang Membuat Namanya Anjlok
Sayang, sebuah pertandingan melawan Manchester City kemudian menodai seluruh capaian apiknya. Di laga tersebut, Kepa dianggap menolak untuk menuruti perintah pelatih Maurizio Sarri yang ingin menggantinya dengan Willy Caballero. Padahal ketika itu, Kepa mengaku tidak sadar bila ada strategi khusus yang telah direncanakan. Dia merasa bila Sarri tidak percaya dengan kondisinya yang baru saja menerima bantuan medis.
Kepa yang merasa masih bisa melanjutkan pertandingan dan sedikit mengulur waktu pun menolak pergantian pemain yang akan dilakukan Chelsea. Hal itu bisa dilihat dari sinyal yang diberikan Kepa dalam laga. Nahas, apa yang disampaikan tak mampu terdengar jelas diantara 80 ribu penonton yang memadati stadion.
Walhasil, Kepa pun merasa menyesal karena tidak mematuhi perintah Sarri, meski sejatinya ia tidak bermaksud seperti itu.
Sayangnya, dalam beberapa hari lamanya, ungkapan permintaan maafnya sudah tidak terdengar. Dunia terus memberitakan ulah yang dianggap buruk darinya. Kepa merasa disalahpahami dengan rentetan foto yang seolah menunjukkan dia adalah pembangkang.
Hinaan, tindakan rasis, hingga ancaman pembunuhan sempat ia terima akibat dari kesalahpahaman itu. Kepa sempat merasa frustrasi. Pasalnya, sedikit banyak, kejadian tersebut telah membuat namanya anjlok. Dia kehilangan kepercayaan diri dan menjalani musim dengan penuh tekanan.
Hasilnya, performa di atas lapangan juga turut menjadi imbasnya. Dia disingkirkan dari tim utama dan menjalani banyak pertandingan dengan hanya duduk di bangku cadangan.
Beruntung, hal tersebut telah berlalu. Dia mengaku memiliki hubungan yang sangat baik dengan Maurizio Sarri. Bahkan, Kepa juga sangat menghormati Willy Caballero sebagai seniornya.
Tapi, sekali lagi, kejadian itu menunjukkan bahwa tidak semuanya terjadi seperti yang dilihat dari luar.
Merasa Lebih Baik dan Jadi Pahlawan Chelsea
Meski kini, Kepa harus mendapati bila tempatnya telah diambil alih oleh Edouard Mendy, dirinya merasa tetap tenang dan baik-baik saja. Dia telah menerima segalanya dengan lapang dada dan mengaku bila kondisinya berada di level yang sangat luar biasa, baik dari segi mental maupun fisik. Lebih dari itu, hubungannya dengan seluruh pemain, staf, hingga pelatih, juga disebutnya lebih dari yang diharapkan.
Belajar dari segala kekeliruan dan ingin lebih berhati-hati, Kepa terus menghormati keputusan pelatih dan melakukan yang terbaik.
Buntut dari kesabaran dan dedikasinya yang diberikan kepada Chelsea, Thomas Tuchel yang kini jadi pelatih Chelsea lalu memberikan sebuah kesempatan baginya untuk unjuk kualitas. Di laga melawan Villareal dalam tajuk Piala Super Eropa, Kepa dimasukkan untuk gantikan peran Edouard Mendy sebelum tendangan adu penalti digelar.
Hasilnya, Kepa berhasil menjadi pahlawan dengan memastikan kemenangan bagi Chelsea, setelah sukses menepis tendangan ketujuh Villarreal yang dieksekusi oleh Raul Albiol. Setelah di waktu normal laga berakhir imbang 1-1, the Blues berhasil merengkuh trofi bergengsi selanjutnya usai tuntaskan pertandingan dalam drama adu tos-tosan dengan skor 6-5.
Setelah sebelumnya sempat dihina, Kepa dengan segala kerendahan hati yang mau menerima, berubah menjadi sosok yang kemudian disebut pahlawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H