Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Keterampilan, Konflik, dan Kontroversi Dimitri Payet

28 Maret 2022   11:43 Diperbarui: 28 Maret 2022   12:14 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: planetfootball

Di usia yang telah menginjak angka 34 tahun, nama Dimitri Payet tercatat belum pernah kumpulkan satu pun piala mayor. Padahal, bila melihat potensinya sebagai seorang pemain sepakbola, semua tentu setuju untuk mengatakan bila Payet masuk ke dalam salah satu pemain paling berbakat dunia .

Profil Dimitri Payet

Lahir di Saint-Pierre, 29 Maret 1987, Payet memulai karir sepakbolanya di klub lokal tempat tinggalnya Saint-Philippe. Selama tiga tahun, dia lalu putuskan gabung dengan klub Saint-Pierroise, sebelum akhirnya bakat sang pemain ditemukan oleh salah satu akademi terbaik di Prancis, Le Havre.

Di usia 12 tahun saat itu, akademi tersebut membuat Payet berhasil membuka pintu kesuksesannya sendiri. Disebutkan, Payet memiliki selera bermain yang sangat menarik. Karir sepakbola profesionalnya sudah terlihat, dimana dirinya tak pernah berhenti kesankan para pemandu bakat yang terus mengawasinya.

Sempat bermain untuk AS Excelsior selama semusim, Payet kemudian bergabung dengan Nantes, salah satu klub Prancis yang membuat namanya kian dikenal. Bermain dalam 33 laga dan mencetak lima gol, bakat Payet kemudian diminati oleh Saint Etienne yang berani membayarnya dengan nilai 4 juta euro atau setara 67 miliar rupiah.

Saint Etienne sukses membuat bakat Payet jadi lebih berkembang. Tak ada kata yang bisa diberikan selain luar biasa. Meski sempat membuat konflik dengan rekan setimnya, klub berani mengambil resiko untuk terus mempertahankannya. Empat musim membela klub tersebut, sebanyak 148 pertandingan sukses dia mainkan, dimana torehan 25 gol menjadi pemanisnya.

Pada musim 2011/12, Payet kembali melakukan loncatan dengan bergabung bersama sang juara bertahan Lille. Meski menjadi langkah brilian, pergerakan Payet yang terus bergonta-ganti klub mendapat sejumlah kritik. Para pengamat mengatakan kalau Payet seharusnya bisa bergabung dengan klub yang lebih besar dan populer.

"Dia akhirnya bergabung dengan Lille, yang baru saja memenangkan gelar, tetapi aku menganggap dia malah berada di kurva ke bawah. Padahal masih ada tim yang sangat bagus menginginkannya," kata Tom Williams, seorang akar sepak bola Prancis. (via Sky Sport)

Benar saja, hanya bertahan dua tahun di klub tersebut, Payet gagal memberikan apa-apa. Paling hanya satu penghargaan Pemain Terbaik Prancis di musim terakhirnya, sebelum Marseille datang sebagai tempat barunya lanjutkan petualangan.

Lagi-lagi, langkah Payet dikritik oleh Tom Williams selaku pakar sepakbola Prancis. Dia merasa bingung mengapa Payet terus berkutat di Prancis. Padahal, tepat ketika dia bergabung dengan Marseille, usianya sudah menginjak 26 tahun. Memang hal itu tidak perlu dibesar-besarkan. Namun menurutnya, memiliki potensi besar di usia tersebut namun masih terus berkubang di kompetisi Prancis adalah sesuatu yang sia-sia.

"Selama ini, meskipun dia (Payet) adalah salah satu pemain penyerang terbaik di Prancis, dia malah bergabung dengan Marseille. Bahkan, usianya telah menginjak 26 tahun,"

"Ini tidaklah tua dalam istilah sepakbola, tetapi untuk seseorang dengan begitu banyak bakat, rasanya itu seperti usia yang cukup lanjut baginya untuk membuat langkah besar pertama dalam karirnya." ujar Tom Williams. (via Sky Sport)

Bermain untuk Marseille, bakat Payet berkembang di bawah asuhan pelatih Marcelo Bielsa. Pelatih asal Argentina itu memberinya tugas berbeda, seperti peran pemain nomor sepuluh misalnya, sedangkan sebelumnya dia terbiasa bermain di sayap kiri. Namun ternyata, hal itu justru menjadi perubahan besar baginya. Payet sukses berkembang dengan kemampuan yang tak diduga sebelumnya.

Dengan perannya sebagai pemain nomor 10, Payet menjadikan Marseille sebagai tim yang tampil lebih agresif dan terus memberi tekanan bertubi. Banyak yang mengatakan bila permainan Marseille ketika itu sangatlah luar biasa, dengan nama Payet bertindak sebagai jantungnya.

Nahas, Marseille yang saat itu terbelit masalah keuangan terpaksa harus menjual sejumlah pemain, yang salah satunya adalah Dimitri Payet.

Di momen yang terbilang krusial dalam karirnya, klub besar banyak yang datang dengan memberi tawaran. Namun uniknya, Payet secara mengejutkan memilih West Ham sebagai destinasi selanjutnya.

Saat itu juga, banyak yang menyayangkan keputusan Payet karena memilih West Ham. Menurut banyak pihak, yang tanpa mengurangi sedikitpun hormat kepada West Ham, Payet bisa bermain untuk klub yang berada di level lebih tinggi.

Merespon hal ini, ada sumber yang mengatakan bila West Ham berhasil memberi tawaran yang diinginkan Marseille. Selain itu, keinginan sang pemain untuk tampil di kompetisi Liga Primer Inggris juga jadi salah satu alasan kuat mengapa pada akhirnya The Hammers lah yang keluar sebagai tim paling beruntung.

Namun ada hal menarik dari transfer ini. Meski klub sangat senang dengan kedatangan Payet, para penggemar West Ham justru mempertanyakan siapa pemain yang baru didatangkan oleh klub kesayangan. Mereka tidak mengetahui Payet sebelumnya dan jarang sekali mendengar namanya.

Hal itu kemudian direspon santai oleh pihak klub dengan mengatakan kalau para penggemar memang tidak banyak yang menyaksikan kompetisi sepakbola Prancis. Akan tetapi, klub berjanji bahwa Payet akan memberikan sesuatu yang berbeda pada kubu The Hammers.

Musim Terbaik dan Konflik yang Dibuat

Ketika bergabung dengan West Ham, nama Dimitri Payet memang benar-benar menjalani musim terbaiknya. Disana, dia menjadi pusat perhatian dengan banyak yang menyebutnya sebagai penerus Paolo Di Canio.

"Dia memiliki semua kemampuan itu, dia memiliki kemampuan seperti Paolo Di Canio untuk mencetak gol spektakuler, mengalahkan beberapa pemain, memasukkan bola yang luar biasa ke dalam kotak penalti lawan," kata presenter Inside Irons dan penggemar West Ham, Chris Scull. (via Sky Sport)

West Ham telah menjadi rumah dan tempat bermainnya untuk unjuk kualitas. Dia banyak membantu rekan setimnya untuk mencetak gol, dimana dirinya juga tak lupa untuk menjebol gawang lawan. Satu penampilan individu terbaiknya adalah ketika dia berhasil mencetak gol ke gawang Middlesbrough.

Dalam aksinya tersebut, gelandang serang asal Prancis itu disebut telah memberi tontonan berkelas kepada jutaan penggemar Liga Primer Inggris dalam balutan jersey The Hammers. Selain itu, jangan lupakan pula karya terbaiknya di laga melawan Crystal Palace dimana Payet berhasil menciptakan sebuah lengkungan indah tak terlupakan.

Bersama West Ham, Payet tampil dalam 30 pertandingan dan mencetak 9 gol serta 12 assist di bawah asuhan Slaven Bilic. Lebih dari itu, Payet berhasil membantu The Hammers finis di peringkat ketujuh, dan hanya terpaut delapan poin dari tiga tim teratas.

Perjalanan karir Payet sepanjang pertandingan bersama West Ham kerap diiringi dengan nyanyian "Kami punya Payet. Dia lebih baik dari Zinedine Zidane".

Sayang, pertunjukkan elegan Dimitri Payet tidak bisa lama-lama dinikmati oleh para penggemar, setelah dia hanya habiskan waktu selama dua musim di sana dan meminta klub untuk menjualnya.

Dari situ, konflik antara Payet dan West Ham muncul. Pemain asal Prancis itu berubah dari pahlawan menjadi pemain yang paling dilawan. Slaven Bilic ketika itu membeberkan bila Payet yang ingin dijual sampai menolak untuk dimainkan. Dia ingin bergabung dengan klub yang lebih besar.

Keputusan itu lantas membuat para penggemar West Ham sangat membencinya. Banyak yang mencoret jersey West Ham lengkap dengan namanya. Tak lupa, mereka juga memberi status sang pemain sebagai penghianat.

Pada akhirnya, kepergian Payet dari West Ham pun meninggalkan luka mendalam di hati para penggemar. Mereka sangat kecewa dengan sikap sang pemain dalam menolak perintah bermain dan juga meminta klub untuk segera menjualnya.

Pulang ke Marseille dan Membuat Kontroversi

Setelah terjadi konflik yang berlarut-larut, Payet akhirnya putuskan pilihan. Secara mengejutkan, dia memilih untuk kembali ke Marseille, disaat banyak klub besar yang menginginkannya.

Melalui dana senilai 25 juta pounds atau setara 491 miliar rupiah, Payet resmi gabung dengan Marseille dan menjadi penjualan termahal West Ham. Tepat setelah dia resmi diperkenalkan sebagai pemain anyar Marseille, mural yang terletak di West Ham seketika dihapus, sebagai bentuk kekecewaan mendalam klub maupun penggemar.

Sejak tahun 2016 lalu sampai sekarang, Payet telah bermain dalam lebih dari 169 pertandingan dan mencetak 45 gol. Sebuah capaian yang tidak bisa diremehkan meski ketika menyoal masalah trofi, tidak ada satupun yang bisa diberikan.

Kendati tergolong ke dalam pemain andalan, sikap Payet yang memang dekat dengan segala komentar negatif kembali dimunculkan di Marseille. Dia tahu bila klub yang dibelanya memiliki rivalitas abadi dengan sang penguasa saat ini Paris Saint Germain. Maka dari itu, klub kaya raya tersebut menjadi sasaran kontroversinya selama ini.

Satu yang paling diingat adalah ketika Payet merayakan kekalahan PSG di partai final Liga Champions Eropa atas FC Bayern. Terlihat, Payet mengunggah video yang seakan berisikan pesan,

''PSG tidak akan mampu menjuarai Liga Champions, hanya kami [Marseille] yang bisa.''

Berikutnya, Payet juga pernah mengolok-olok penggawa PSG, Neymar Jr dengan mengunggah foto wajah sang bintang yang dipasang di kepala seekor anjing.

Itu terjadi setelah Marseille berhasil mengalahkan PSG dalam laga Ligue One pada September 2020 lalu.

Di usianya sekarang yang sudah tergolong tua, sepertinya Payet akan terus menikmati karir di Prancis. Kita tunggu saja, apa yang kira-kira bisa diberikan Payet di sisa karirnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun