Dalam aksinya tersebut, gelandang serang asal Prancis itu disebut telah memberi tontonan berkelas kepada jutaan penggemar Liga Primer Inggris dalam balutan jersey The Hammers. Selain itu, jangan lupakan pula karya terbaiknya di laga melawan Crystal Palace dimana Payet berhasil menciptakan sebuah lengkungan indah tak terlupakan.
Bersama West Ham, Payet tampil dalam 30 pertandingan dan mencetak 9 gol serta 12 assist di bawah asuhan Slaven Bilic. Lebih dari itu, Payet berhasil membantu The Hammers finis di peringkat ketujuh, dan hanya terpaut delapan poin dari tiga tim teratas.
Perjalanan karir Payet sepanjang pertandingan bersama West Ham kerap diiringi dengan nyanyian "Kami punya Payet. Dia lebih baik dari Zinedine Zidane".
Sayang, pertunjukkan elegan Dimitri Payet tidak bisa lama-lama dinikmati oleh para penggemar, setelah dia hanya habiskan waktu selama dua musim di sana dan meminta klub untuk menjualnya.
Dari situ, konflik antara Payet dan West Ham muncul. Pemain asal Prancis itu berubah dari pahlawan menjadi pemain yang paling dilawan. Slaven Bilic ketika itu membeberkan bila Payet yang ingin dijual sampai menolak untuk dimainkan. Dia ingin bergabung dengan klub yang lebih besar.
Keputusan itu lantas membuat para penggemar West Ham sangat membencinya. Banyak yang mencoret jersey West Ham lengkap dengan namanya. Tak lupa, mereka juga memberi status sang pemain sebagai penghianat.
Pada akhirnya, kepergian Payet dari West Ham pun meninggalkan luka mendalam di hati para penggemar. Mereka sangat kecewa dengan sikap sang pemain dalam menolak perintah bermain dan juga meminta klub untuk segera menjualnya.
Pulang ke Marseille dan Membuat Kontroversi
Setelah terjadi konflik yang berlarut-larut, Payet akhirnya putuskan pilihan. Secara mengejutkan, dia memilih untuk kembali ke Marseille, disaat banyak klub besar yang menginginkannya.
Melalui dana senilai 25 juta pounds atau setara 491 miliar rupiah, Payet resmi gabung dengan Marseille dan menjadi penjualan termahal West Ham. Tepat setelah dia resmi diperkenalkan sebagai pemain anyar Marseille, mural yang terletak di West Ham seketika dihapus, sebagai bentuk kekecewaan mendalam klub maupun penggemar.
Sejak tahun 2016 lalu sampai sekarang, Payet telah bermain dalam lebih dari 169 pertandingan dan mencetak 45 gol. Sebuah capaian yang tidak bisa diremehkan meski ketika menyoal masalah trofi, tidak ada satupun yang bisa diberikan.
Kendati tergolong ke dalam pemain andalan, sikap Payet yang memang dekat dengan segala komentar negatif kembali dimunculkan di Marseille. Dia tahu bila klub yang dibelanya memiliki rivalitas abadi dengan sang penguasa saat ini Paris Saint Germain. Maka dari itu, klub kaya raya tersebut menjadi sasaran kontroversinya selama ini.