Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengenang Momen Kebangkitan Aubameyang bersama Saint Etienne

9 Maret 2022   20:42 Diperbarui: 9 Maret 2022   20:47 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Twitter/FootballFactly

Pierre Emerick Aubameyang selalu bermimpi untuk bisa menjadi seorang pesepakbola hebat. 

Dia merupakan pria yang lahir pada 18 Juni 1989 di Laval, Prancis. Meski lahir di Prancis, Aubameyang memiliki kewarganegaraan Gabon. Hal tersebut ia dapat dari sang ayah yang merupakan orang asli Gabon. Ayah nya merupakan sosok yang sangat dekat dengan dunia sepakbola.

Ia merupakan pencari bakat untuk tim asal Italia, AC Milan, dan juga mantan pemain profesional sepak bola Gabon, yang mana, dirinya menjadi salah satu pilar penting timnas Gabon pada gelaran Piala Afrika 1994.

Dari sini, sudah bisa ditebak dari mana bakat sepakbola Aubameyang berasal.

Sedari kecil, Aubameyang sudah menunjukkan permainan sepakbolabrilian untuk ukuran anak-anak. Ia bahkan sudah menimba ilmu di sejumlah akademi sepak bola di Perancis, seperti Laval, Rouen, dan Bastia. Namun karena sang ayah bekerja di klub AC Milan, maka wajar bila kemudian Auba meneruskan karir di salah satu raksasa Italia itu.

Aubameyang berhasil tunjukkan bakat yang cukup memukau kala tampil bersama tim muda AC Milan. Ketika itu, atau tepatnya di tahun 2007, performa gemilang yang ditunjukkan berhasil mengantarkan langkah kaki Aubameyang menuju tim utama AC Milan.

Namun sayangnya, materi pemain yang dimiliki AC Milan sama sekali tak mampu membuat pintu kesempatannya terbuka. AC Milan yang telah dihuni bakat-bakat menakjubkan memaksa Auba menjalani sejumlah peminjaman.

Pada musim 2008/09, AC Milan meminjamkan nya ke klub Prancis, Dijon. Di usianya yang baru menginjak 19 tahun, Aubameyang mampu menjadi pencetak gol terbanyak untuk tim yang dibelanya di kompetisi Coupe de la Ligue.

Menyusul performa apiknya itu, Auba melanjutkan petualangannya ke Lille dan Monaco, sebelum akhirnya mendarat di Saint Etienne. Di klub inilah, sebuah era dimana ia bisa menepuk dada mulai terbuka.

Gemilang Bersama Saint Etienne Meski Sempat Diragukan

Menyusul performa yang apik bersama Saint Etienne, Aubameyang mendapat panggilan dari skuad  Italia U-19, namun uniknya dia malah bergabung dengan timnas Prancis U-21. Lebih lucunya lagi, tepat pada tahun 2009 silam, Auba mengumumkan bahwa dirinya resmi mendapat status sebagai warga negara Gabon.

Aubameyang, yang kala itu berusia 21 tahun menjalani masa peminjaman di Saint Etienne. Ia dijuluki sebagai mesin berwarna hijau karena kemampuan luar biasanya dalam mencetak gol.

Sebetulnya, sempat ada sebuah keraguan dari karir seorang Aubameyang. Mantan jurnalis Le Progres, Yves Verriere, mengatakan bahwa karirnya kala berada di Prancis tidak menunjukkan tanda-tanda yang baik. Bahkan, menurutnya, saat tiba di Saint Etienne, Aubameyang bukan lah seorang pemain dengan reputasi besar.

Hal tersebut lantas menjadi kekhawatiran tersendiri bagi manajemen klub setelah di musim pertamanya, Aubameyang hanya mampu mencetak dua gol dalam 14 penampilan. Meski tergolong sebagai pemain yang sangat cepat, Auba terlihat tidak percaya diri ketika sudah berada di depan gawang lawan.

Akan tetapi, klub tetap percaya dan ngotot menaruh harap pada dirinya. Masa peminjaman pun diperpanjang. Aubameyang diberi kesempatan sekali lagi untuk unjuk gigi di depan para penggemar. 

Hasilnya, manajemen klub sukses dibuat berpuas diri.

Pada musim panas 2011, Aubameyang menunjukkan performa yang istimewa. Momen tersebut pun seolah menjadi titik balik bagi perjalanan karirnya. 

Dalam sebuah percakapan antara sang ayah dan juga manajer Saint Etienne saat itu, Christophe Galtier, dikatakan bahwa Aubameyang telah mengalami perkembangan pesat. Tingkat kedisiplinannya mengalami perubahan, bahkan dedikasi yang ditujukan telah mencapai pada level yang lebih tinggi.

Mengawali musim 2011, Aubameyang menjadi pemain yang berbeda. Sudah tidak ada lagi keraguan setelah manajemen terus memberi kepercayaan dan keyakinan penuh padanya.

"Setelah lima bulan pertama, kami tidak tahu apakah dia bisa melanjutkan perjalanan,"

"Tetapi, dia menunjukkan sikap yang nyata. Dia memotong waktu liburannya hanya untuk berlatih disini. Dia melakukan segalanya untuk bisa merubah keadaan. Aku banyak bicara pada ayahnya dan juga presiden klub. Dan semua orang disini ingin memberinya kesempatan," ungkap Galtier.

Berada di Saint Etienne, Aubameyang mendapatkan apa yang tidak ia dapatkan di AC Milan maupun klub-klub sebelumnya, yaitu sebuah kepercayaan. 

Dengan sebuah kepercayaan, ia bisa meningkatkan performanya dengan baik. Ia merasa nyaman untuk memperbaiki keadaan dengan segala dukungan yang diberikan.

Mantan pemain Saint Etienne yang didatangkan dari Rennes, Fabien Lemoine, pun mengamini hal tersebut. Dia mengatakan bila Aubameyang punya keyakinan yang kuat untuk menjadi seorang pemenang. Pemain yang kini tajam bersama FC Barcelona itu seolah ingin membuktikan bahwa dirinya bisa masuk ke daftar pemain terbaik dunia.

"Dia berlatih keras setiap hari,"

"Dia tahu bahwa untuk mewujudkan ambisi, diperlukan sebuah ambisi lebih dan pengorbanan yang tidak sedikit,"

"Ketika aku melihatnya, aku langsung berpikir bahwa dia adalah pemain yang sangat cepat. Seorang pemain dengan energi luar biasa dan pekerja keras,"

"Tapi satu hal yang belum tampak jelas saat itu adalah, dia tidak terlihat seperti striker dengan banyak gol," ungkap Fabien Lemoine.

Seperti yang disampaikan pelatih Galtier, Aubameyang, di masa-masa awalnya memang tidak terlihat seperti seorang pembunuh di depan gawang. Namun pada awal musim 2011/12, semua berubah pasca kerja keras yang telah ia lakukan.

Di awal musim tersebut, Aubameyang mencetak gol kemenangan untuk Saint Etienne kala bersua Bordeaux. Dia kemudian mencetak gol ke gawang Sochaux dan Rennes. Setelah itu, Aubameyang menjadi bintang di laga melawan Evian.

Pada akhir tahun sebelum natal, klub langsung meyakini bahwa Aubameyang telah menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya. Tanpa pikir panjang, kontrak pun disiapkan untuk sang penyerang. 

Hasilnya, ada Februari 2012, Aubameyang resmi mendapat kontrak permanen dari Saint Etienne. Saat itu, ia dipercaya untuk menetap di klub, setidaknya, hingga empat tahun ke depan.

Ia pun membuktikan kehebatannya dengan mencetak hattrick ke gawang Lorient. Di akhir kompetisi 2011/12, Aubameyang sukses menyarangkan 16 gol, yang mana jumlah gol tersebut menjadi separuh dari seluruh gol yang dicetak Saint Etienne. Raihan gemilangnya itu kemudian ia lanjutkan bersama timnas Gabon. 

Auba berhasil membawa Gabon melaju hingga ke babak quarter-final turnamen Piala Afrika 2012. Beberapa bulan berselang, dirinya memimpin rekan-rekannya di timnas Gabon untuk berlaga di Olimpiade London tahun 2012.

Aubameyang mulai dikenal sebagai salah satu bomber paling mematikan. Saat itu, Auba dikenal dekat dengan nama-nama seperti Max-Alain Gradel dan Bakary Sako. 

Selain itu, hubungannya dengan sang gelandang, Josuha Guilavogui, juga tak kalah menakjubkan. Di atas lapangan, mereka membentuk kemitraan yang begitu mengagumkan.

Dengan kumpulan pemain yang memiliki kemampuan tak sembarangan, permainan Saint Etienne dikenal cepat. Mereka selalu menekan lawan untuk kemudian bola dialirkan kepada Aubameyang. Setelah bola sampai di kakinya, gol pun hanya tinggal menunggu waktu.

Pada musim berikutnya, atau 2012/13, kemampuan Aubameyang semakin berkembang pesat. Ia bersaing dengan nama Zlatan Ibrahimovic di daftar pencetak gol terbanyak liga prancis. 

Hasilnya, Auba sukses bertengger di posisi dua sebagai pencetak gol terbanyak. Saat itu, ia berhasil catatkan 19 gol dalam 37 laga. Di musim itu pula, dirinya sukses membawa Saint Etienne meraih gelar Coupe de la ligue.

Popularitas Aubameyang di kalangan penggemar Saint Etienne kian menggema. Namanya terus didengungkan. Ia resmi menjadi andalan klub dengan sejumlah torehan dan gelar yang didapat. 

Keberhasilan Saint Etienne dengan nama Aubameyang sebagai bintangnya membuat trofi Coupe de la Ligue 2013 sebagai puncak tertinggi kebahagian klub, sejak tahun 1981.

Dengan masa kebintangan Aubameyang di Saint Etienne, sebuah cahaya terang pada akhirnya memberi peluang. Dirinya yang sudah miliki reputasi sebagai seorang predator sejati pergi ke luar kompetisi untuk melanjutkan karir.

Borussia Dortmund, Arsenal, hingga sekarang FC Barcelona, seluruh klub tersebut telah menjadi saksi dari kehebatan pemain yang kini berusia 32 tahun itu di depan gawang lawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun