Aubameyang, yang kala itu berusia 21 tahun menjalani masa peminjaman di Saint Etienne. Ia dijuluki sebagai mesin berwarna hijau karena kemampuan luar biasanya dalam mencetak gol.
Sebetulnya, sempat ada sebuah keraguan dari karir seorang Aubameyang. Mantan jurnalis Le Progres, Yves Verriere, mengatakan bahwa karirnya kala berada di Prancis tidak menunjukkan tanda-tanda yang baik. Bahkan, menurutnya, saat tiba di Saint Etienne, Aubameyang bukan lah seorang pemain dengan reputasi besar.
Hal tersebut lantas menjadi kekhawatiran tersendiri bagi manajemen klub setelah di musim pertamanya, Aubameyang hanya mampu mencetak dua gol dalam 14 penampilan. Meski tergolong sebagai pemain yang sangat cepat, Auba terlihat tidak percaya diri ketika sudah berada di depan gawang lawan.
Akan tetapi, klub tetap percaya dan ngotot menaruh harap pada dirinya. Masa peminjaman pun diperpanjang. Aubameyang diberi kesempatan sekali lagi untuk unjuk gigi di depan para penggemar.Â
Hasilnya, manajemen klub sukses dibuat berpuas diri.
Pada musim panas 2011, Aubameyang menunjukkan performa yang istimewa. Momen tersebut pun seolah menjadi titik balik bagi perjalanan karirnya.Â
Dalam sebuah percakapan antara sang ayah dan juga manajer Saint Etienne saat itu, Christophe Galtier, dikatakan bahwa Aubameyang telah mengalami perkembangan pesat. Tingkat kedisiplinannya mengalami perubahan, bahkan dedikasi yang ditujukan telah mencapai pada level yang lebih tinggi.
Mengawali musim 2011, Aubameyang menjadi pemain yang berbeda. Sudah tidak ada lagi keraguan setelah manajemen terus memberi kepercayaan dan keyakinan penuh padanya.
"Setelah lima bulan pertama, kami tidak tahu apakah dia bisa melanjutkan perjalanan,"
"Tetapi, dia menunjukkan sikap yang nyata. Dia memotong waktu liburannya hanya untuk berlatih disini. Dia melakukan segalanya untuk bisa merubah keadaan. Aku banyak bicara pada ayahnya dan juga presiden klub. Dan semua orang disini ingin memberinya kesempatan," ungkap Galtier.
Berada di Saint Etienne, Aubameyang mendapatkan apa yang tidak ia dapatkan di AC Milan maupun klub-klub sebelumnya, yaitu sebuah kepercayaan.Â