Meski dicap sebagai kiper berandal dan tak tahu aturan, Lehmann tetap membuktikan kalau dirinya punya segala senjata untuk dimanfaatkan. Hasilnya, sebuah penampilan apiknya di ajang Piala UEFA musim 1996/97 seolah mampu menutup segala kesalahan besarnya yang pernah dilakukan untuk klub tercinta.
Lehmann tampil gemilang di laga melawan Inter Milan, dengan menepis tendangan penalti Ivan Zamorano di babak adu penalti. Trofi bergengsi pun berhasil diangkat dengan namanya langsung mendapat perhatian dari kebanyakan klub Eropa.
Tepat pada musim 1998/99, AC Milan yang saat itu jadi tim yang diperhitungkan di kompetisi Serie A sangat tertarik untuk mendatangkan Lehmann. Tanpa pikir panjang, kiper Jerman itu pun langsung terbang ke Italia untuk gabung dengan Milan.
Sayang, karirnya di Milan tak berjalan sesuai rencana. Lehmann hanya tampil dalam enam laga karena kalah bersaing dengan kiper muda Milan saat itu, Christian Abbiati, dan penjaga gawang senior, Sebastian Rossi.
Merasa punya talenta yang seharusnya mendapat perhatian lebih, Lehmann akhirnya putuskan hengkang dan meninggalkan AC Milan setelah hanya enam bulan menetap di kota Mode.
"Aku tak tahan lagi. Aku tak siap menghabiskan karirku dengan hanya menjadi pelapis Sebastiano Rossi," ucapnya kala itu.
Membelot ke Klub Rival
Di tengah hasratnya mencari tim baru untuk bisa dapatkan kesempatan, Lehmann secara mengejutkan malah memilih Borussia Dortmund, yang kita tahu merupakan rival abadi klub Schalke.
Para penggemar Dortmund mengaku sempat tidak menerima kehadiran Lehmann sebagai penjaga gawang mereka. Selain sang kiper begitu lekat dengan nama Schalke, penampilan angin-anginan juga menjadi alasan mengapa Lehmann banyak ditolak oleh penggemar.
'Sekali Musuh, Tetap Musuh'! Begitulah bunyi kebencian penggemar Die Borussen ketika Lehmann santer diberitakan bakal segera gabung dengan Dortmund.
Kendati demikian kembali lagi bahwa begitulah kehidupan. Semua yang akan terjadi adalah misteri. Bahkan, tak jarang pula kita dipaksa untuk menjilat ludah sendiri.