"Jadi di Pangandaran itu pada tahun 2006 bukanlah tsunami pertama, jadi jauh-jauh hari sebelum itu sudah terjadi tsunami pada masa kerajaan di Pangandaran. Menurut beliau (Pak Eko) yang merupakan ahli geologi mengatakan bahwa yang menyebabkan tsunami adalah karena adanya lempengan bumi yang patah atau mengalami pergeseran."
Pak Haris mengatakan bahwa pada saat dilaksanakannya penelitian di Goa Parat Cagar Alam ditemukan bekas-bekas terjadinya tsunami namun bukan berasal dari tsunami 2006.
"Pada saat Goa Parat itu diteliti, ditemukan jejak bekas tsunami berupa koral di bawah Goa Parat, namun itu bukan merupakan tsunami tertua. Justru jejak bekas tsunami tertua itu ditemukan di daerah Cikembulan. Jadi di sungai Cikembulan itu ditemukan bekas tsunami tertua di Pangandaran."
Bapak Eko Yulianto yang merupakan kepala pusat penelitian Geoteknologi LIPI juga menyebutkan bahwa pernah terjadi tsunami di Pangandaran selain tahun 1921 dan 2006 dari hasil penelitiannya.
"Tsunami yang tercatat dalam sejarah ada tsunami pangandaran 1921, namun yang tidak tercatat dalam sejarah tapi terekam dalam sedimen, ada tsunami yang kurang lebih terjadi 400 tahun yang lalu." Ujar Eko
Pada penelitiannya di daerah Cikembulan, Pangandaran, Jawa Barat, Eko menemukan empat lapisan pasir di tebing sungai Cikembulan. Salah satu dari empat lapisan pasir tersebut diketahui cukup tebal. Hasil penemuan tersebut menjadi bukti bahwa pernah terjadi tsunami berskala besar di daerah tersebut sebelumnya.
Dugaan semakin kuat dengan ditemukannya cangkang kerang Foraminifera dalam lapisan pasir tersebut. Endapan tersebut diyakini berasal dari laut yang terbawa saat terjadinya tsunami. Dari hasil penanggal yang dilakukan, temuan tersebut diperkirakan merupakan akibat dari tsunami yang terjadi 400 tahun lalu.
Penelitian tentang tsunami di Pangandaran yang tidak tercatat dalam sejarah juga pernah dilakukan oleh Kevin Lamar Stuart di Cagar Alam Pangandaran. Beliau merupakan peneliti dari Department of Geological Sciences Brigham Young University. Pada penelitiannya, kevin mengunjungi situs arkeolog Batu Kalde dan Goa Panggung.
Kevin menemukan lapisan pasir berkapur yang memiliki kandungan pecahan kerang dan cangkang di atas lapisan sisa-sisa material budaya di situs arkeologi Batu Kalde. Sementara itu di Goa Panggung, potensi endapan tsunami diidentifikasi berdasarkan komposisi sedimen dan variasi ukuran butir, geometri lapisan, dan umur sampel radiokarbon. Kevin mengumpulkan lima sempel yang berasal dari lapisan tipis pada kedalaman berbeda di sebuah lubang yang digali di dasar gua.
Dalam tesisnya yang berjudul Discovery of Possible Paleotsunami Deposits in Pangandaran and Adipala, Java, Indonesia Using Grain Size, XRD, and 14C Analyses, Kevin sulit untuk menentukan umur lapisan pasir berkapur. Terdapat beberapa kemungkinan yang menyulitkan untuk memastikan berapa umur dari hasil penemuannya tersebut.
Namun, dengan adanya lapisan pasir yang berkesinambungan dengan ketebalan yang sesuai (~15-22 cm), terutama pasir aragorant yang mengandung pecahan besar cangkang dan kerang di atas lapisan fragmen arkeologi, hal tersebut menjadi bukti penting tentang adanya endapan tsunami. Oleh karena itu, kemungkinan besar beberapa temuan seperti lapisan pasir berkapur dan cangkang laut merupakan hasil endapan tsunami.