---buat E
Andai ada sebuah pertanyaan "Siapa orang terpintar di dunia?" dan harus ada jawaban pasti, orang akan mengingat Albert Einstein, atau Leonardo da Vinci, atau mungkin Stephen Hawking. Namun amat jarang orang menyebut William James Sidis dengan perjalanan hidupnya yang tragis...
William Sidis, dengan rambut belah pinggir dan mata yang pincing, adalah seorang jenius. Dengan IQ antara 250-300, Sidis seperti hujan es di siang gurun. Pada umur 18 bulan ia sudah membaca harian New York Post, menulis puisi dalam bahasa Perancis ketika berumur 5 tahun, dan bicara 8 bahasa ketika belum genap 6 tahun.
Ketika menginjak 9 tahun, Sidis lolos ujian masuk Harvard. Saat usianya 11, dia bahkan sudah memberikan kuliah di klub matematika Harvard dengan tema "Four Dimensional Bodies". Januari 1910 itu, puluhan professor dan mahasiswa berkacamata menyemut, mendengarkan paparan dari seorang "boy-wonder" Amerika. Dan mayoritas dari mereka mengumpat.
Beberapa yang menyukainya akan membatin bahwa Sidis adalah masa depan matematika. Bagi yang membencinya, anak kecil norak ini hanya seorang "radio rusak" yang bahkan tak pernah mencium perempuan sepanjang hidupnya...
Orang-orang Amerika tidak cuma menyorot Sidis, namun juga Bapaknya. Adalah pria Yahudi berjenggot bernama Boris, yang dengan sabar dan telaten, mengajari Sidis. Boris adalah seorang psikolog, lulus sarjana dan master dari Harvard dalam 3 tahun. Masa kecilnya yang suram membuatnya menelaah keadaan dengan cara-cara tidak biasa. Boris adalah imigran yahudi yang masuk Amerika setelah kejadian pogrom Ukraina tahun 1888. Dan di negeri dimana intelektualitas lebih dihargai lebih dari pakaian jas, Boris membalaskan dendamnya.
Boris meraih doktor bidang psikiatris dengan spesialisasi pada abnormal psychology. Pria ini begitu ambisius dan melawan. Dengan sengit Boris mencoba membangun metode pendidikan baru, dan anaknyalah yang menjadi percobaannya. Dalam sebuah buku berjudul Philistine and Genius bahkan Boris menghardik sistem kurikulum pendidikan Amerika. Baginya, masa tumbuh kembang anak akan menjadi penuh ketika sedari kecil anak dikenalkan dengan disiplin sains dan bahasa, untuk menjauhkan mereka dari "sifat tercela, kejahatan, dan budaya kriminal".
Dan Boris berusaha konsekuen dengan trek itu. Sedari bayi William Sidis dikenalkan dengan piranti analisis sains, kecakapan bahasa asing, dan etiket orang dewasa. Usia 5 tahun William Sidis sudah membaca tulisan Plato dalam bahasa Yunani asli, duduk di meja makan sembari mengiris steak dengan pisau, dan belajar algoritma dengan rumus yang dibuat sendiri.
Disiplin adalah metode belajar yang tidak kenal ampun buat William Sidis. Dan Boris, dengan kemarahan yang seperti radang, suka dengan itu. Setiap anaknya mencapai sebuah capaian tertentu, ia memanggil wartawan untuk meliput. Semua orangtua di Amerika menonton dengan seksama, dan membayangkan mereka mempunyai anak seperti William Sidis. Tanpa pernah merasakan perihnya...