Mengembangkan industri kedirgantaraan, tutur Winny, efeknya dapat menggerakkan industrialisasi. Karena karakteristik industri kedirgantaraan yang memang unik.
"Disinilah, kita memiliki tantangan untuk bagaimana bisa sama-sama mengembangkan industri kedirgantaraan di Indonesia. Ini tidak bisa diserahkan secara sendiri-sendiri, misalnya hanya ke PT Dirgantara  Indonesia (PTDI) saja. Tidak. Ini harus kita kerjakan secara collaborative effort. Kalau kita ingin meningkatkan daya saing secara cepat, mendorong pertumbuhan ekonomi secara progresif, maka yang paling penting adalah kita harus melakukan collaborative effort," urainya seraya mengingatkan agar PTDI, Pemerintah, Akademisi, dan semua Stakeholders terkait pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan harus bekerja bersama-sama dan saling bahu-membahu.
Winny menegaskan,peluncuran Peta Jalan Pengembangan Ekosistem Industri Kedirgantaraan untuk Industri Kedirgantaraan Indonesia yang Tangguh dan Berdaya Saing, saat hari pertama acara puncak IDF 2022, diharapkan mampu mendorong tidak hanya produk kedirgantaraan saja, tapi juga industri jasa kedirgantaraan, dan ekosistem pendukung lainnya.
Winny pun kembali mengingatkan pentingnya semangat berkolaborasi. "Kalau kita lihat siapa saja ekosistem pemangku kepentingan di industri kedirgantaraan ini, pelaku dan juga pemangku kepentingannya sudah sangat banyak di Indonesia. Tinggal kita memberikan wadah kolaborasi dan memastikan masing-masing kepentingan ini tidak jalan sendiri-sendiri. Memastikan semua berjalan untuk mewujudkan visi satu, visi yang sama memperkuat ekosistem kedirgantaraan di Indonesia. Dengan demikian industri kedirgantaraan ini kami harapkan nantinya akan menjadi penggerak industrialisasi Indonesia. Terutama alam rangka kita mewujudkan dan menjalankan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Karena nantinya industri kedirgantaraan ini akan mendorong strategi nomor dua yaitu peningkatan produktivitas sektor ekonomi melalui proses industrialisasi," tutur Winny berapi-api.
Mantan Staf Ahli Menteri Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Kementerian PPN/Bappenas ini juga menuturkan, salah satu fokus pembahasan pada IDF 2022 adalah untuk menjalankan Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan, dimana pasti membutuhkan Financing atau Pembiayaan model bisnis baru. Karena tentunya, pengembangan industri kedirgantaraan diharapkan tidak sepenuhnya tergantung kepada Anggaran dari Pemerintah.
"Tetapi, bagaimana kita memobilisasi dan mengembangkan model bisnis baru guna mendorong, mengembangkan dan mewujudkan Indonesia menjadi salah satu produsen pesawat terbang terkemuka di dunia. Terutama kita harus menjadi pemain sendiri di dalam pasar domestik, untuk menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lain. Dan tentunya yang paling penting adalah bahwa produk terbaru dari PTDI yaitu N219, yang tidak ada kompetitornya di dunia, dibutuhkan oleh karakteristik negara seperti Indonesia. Yaitu, punya banyak pulau-pulau dan kurang dapat membangun landasan yang panjang di daerah pegunungan," ungkap alumnus ITB yang melanjutkan program magister di Rensselaer Polytechnic Institute, Troy, Amerika Serikat dan program doktoral di University of Melbourne, Australia ini.
Kemandirian Teknologi dan Tingkat Lokal Konten
Sementara itu, Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Heri Setiawan dalam sambutannya mewakili Menteri Keuangan mengungkapkan, pandemi COVID-19 berdampak pada perekonomian nasional dan global.
"Periode 2020-2022 merupakan tahun penuh tantangan. Tak hanya di bidang ekonomi namun juga di seluruh aspek kehidupan. Pandemi COVID-19 Â berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk industri penerbangan. Meski begitu, pada industri penerbangan, lembaga Airports Council International (ACI) memproyeksikan, industri penerbangan domestik akan lebih cepat pulih dibanding industri penerbangan internasional," tuturnya.
Selama dua tahun pertama pandemi COVID-19, lanjut Heri, jumlah penumpang penerbangan secara global di seluruh bandara telah berkurang hingga 11,3 miliar orang. Namun demikian, ACI memproyeksikan jumlah penumpang domestik global akan mencapai level seperti 2019 atau kembali seperti sebelum masa pandemi COVID-19 pada akhir 2023 mendatang. "Sedangkan jumlah penumpang internasional akan mencapai level kembali ke tahun 2019 pada kuartal keempat 2024, atau setahun lebih lambat daripada penumpang domestik."