Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bilebante, dari Desa Tambang Pasir Jadi Tempat Pelesir

14 Desember 2021   10:09 Diperbarui: 14 Desember 2021   11:59 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Pasar Pancingan di Desa Bilebante, Lombok Tengah, NTB. (Foto: Facebook Lombok Friendly)

Wisata olahraga. Bersepeda di jalur tepian sawah Bilebante. (Foto: FB Desa Wisata Bilebante Lombok) 
Wisata olahraga. Bersepeda di jalur tepian sawah Bilebante. (Foto: FB Desa Wisata Bilebante Lombok) 

Dan, saya menangkap itu! Artinya, kenapa tidak kemudian kita "paksa" orang-orang yang datang ke Bilebante ini bisa agak lama tinggal di desa kami. Karena kami berpikir, semakin lama mereka tinggal di desa kami, maka semakin banyak pula uang yang mereka keluarkan. Artinya, untuk penginapan, akomodasi dan lainnya. Maka kami pun mulai mempersiapkan penginapan atau homestay. Kami buat paket penginapan, cooking class dan beberapa lainnya.

Pada 2015 gayung bersambut, kami mengikuti workshop yang diadakan Dinas Pariwisata NTB dan  membahas tentang jasa wisata. Awalnya dalam pikiran saya, desa wisata itu identik dengan keindahan pantai, gunung, lautan, air terjun, bukit dan yang lainnya. 

Tapi ternyata saya salah! Karena yang dimaksud dengan desa wisata itu adalah, bagaimana melibatkan tamu yang berkunjung untuk menikmati alam dan sekitarnya, serta mengeluti aktivitas keseharian masyarakat yang ada. Contohnya, ketika tamu berada di homestay, mereka ikut memasak, menyiapkan dan menikmati makanan yang disajikan.

Kompasianer mengikuti Cooking Class di Bilebante. (Foto: Gapey Sandy)
Kompasianer mengikuti Cooking Class di Bilebante. (Foto: Gapey Sandy)

Cooking Class membuat sajian kuliner Ebatan atau Salad Khas Lombok di Bilebante. (Foto: Gapey Sandy)
Cooking Class membuat sajian kuliner Ebatan atau Salad Khas Lombok di Bilebante. (Foto: Gapey Sandy)

Pada 2015, kami mengajukan diri untuk dibina oleh GIZ, perusahaan internasional milik pemerintah federal Jerman. Ahamdulillah direspon positif. Sekaligus, ada tiga wilayah yang dibina GIZ. Yaitu Sembalun di Lombok Timur dengan alam perbukitan, air terjun dan Gunung Rinjani. 

Lalu, Sesaot di Lombok Utara dengan potensi alam hutan wisata dan mata airnya. Dan, Bilebante di Lombok Tengah dengan semangat dan motivasi yang tinggi untuk mengubah mindset masyarakat dari pusat tambang pasir galian C menjadi desa wisata. Bahasa kasarnya, "menjual" keseharian yang ada di Bilebante.      

Bagaimana menggambarkan lini masa perubahan positif Bilebante itu?

Hingga 2016, kalau kita searching di Google tentang Bilebante, belum ada informasi terkait desa kami. Kecuali hanya soal galian tambang pasir, aksi demo pencegatan penggalian tambang pasir, aksi penolakan dan tuntutan penghentian penggalian tambang pasir dan hal terkait lainnya. 

Tapi kini, saat kita searching di Google dengan kata kunci "Bilebante" maka informasi yang diperoleh bisa berlimpah. Ada keindahan alam, sawah menghijaunya, aktivitas bersepedanya, wisata olahraga (sport tourism) kegiatan masyarakat yang memproduksi secara kreatif ubi untuk dibuat kerupuk, pembuatan dodol dan tortilla dari rumput laut, kerupuk kolang-kaling dan masih banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun