Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bilebante, dari Desa Tambang Pasir Jadi Tempat Pelesir

14 Desember 2021   10:09 Diperbarui: 14 Desember 2021   11:59 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penambangan pasir di Desa Bilebante, 2016. (Foto: suarantb.com)

Apa keunikan Desa Bilebante?
Di Desa Bilebante ada beberapa dusun. Yaitu Dusun Bilebante, Karang Baru, Tapon Timur, Tapon Barat, Jenggala, Karang Kubu, dan Karang Ide. Ada dua keyakinan di sini, Muslim dan Hindu. 

Jadi ketika kita ke Bilebante, kita bisa menemukan dua suasana, yaitu suasana yang sangat Islami, dan kita juga bisa merasakan "Bali berada di Lombok" atau "Bali berada di NTB". Suasana keakraban keagamaan juga kita bisa dapatkan di Bilebante. Salah satu keunikan yang ada di Bilebante itu adalah bagaimana toleransi keberagamaan terwujud.

Ketika Hari Raya Nyepi, masyarakat yang menjaga suasana desa adalah masyarakat Bilebante yang Muslim. Sebaliknya, ketika Hari Raya Idul Fitri maka yang menjaga suasana desa adalah masyarakat Bilebante yang Hindu. Keakraban (umat beragama) ini juga yang kami angkat sebagai potensi yang kemudian kami angkat sebagai kearifan lokal yang utuh dan masih terjaga hingga kini.

Pura Lingsar Kelod di Lombok Tengah. (Foto: Facebook Lombok Friendly)
Pura Lingsar Kelod di Lombok Tengah. (Foto: Facebook Lombok Friendly)

Toleransi warga beragama Muslim dan Hindu sangat baik di Desa Bilebante. (Foto: FB Desa Wisata Bilebante Lombok)
Toleransi warga beragama Muslim dan Hindu sangat baik di Desa Bilebante. (Foto: FB Desa Wisata Bilebante Lombok)

Bagaimana kondisi Desa Bilebante di masa lalu?

Bilebante dulu dikenal sebagai Desa Debu! Sebelum Bilebante seperti hari ini, dulu kalau kami berkenalan dengan orang lain di Mataram, dan menyebutkan kami berasal dari Bilebante, orang nyaris tidak tahu di mana itu Bilebante. Dulu, Bilebante dikenal sebagai pusat tambang pasir galian C. Kenapa dulu menjadi pusat galian tambang pasir? Karena pasir yang warnanya agak kehitaman dan ditambang di Bilebante, kualitasnya bagus. 

Bayangkan, kalau  menambang pasir seluas 1 hektar dengan kedalaman 8 sampai 10 meter maka untuk kondisi sekarang mungkin bisa menghasilkan pendapatan Rp1,5 miliar. Selain menjadi Desa Debu, masyarakat Bilebante dulunya juga lebih memilih untuk jadi TKI ke Malaysia.

Lalu pada 2014, ada program dari Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB) kala itu, untuk mengembangkan produk berbahan dasar "PIJAR" alias Sapi, Jagung, dan Rumput Laut. Dalam pelaksanaan "PIJAR" itu, ada pelatihan sejumlah UMKM. Dan yang dinilai berhasil adalah UMKM "Putri Rinjani" pimpinan Ibu Zaenab. 

Ketika itu produk unggulannya adalah Tortilla yang dibuat dari rumput laut. Uniknya, rumput laut didatangkan dari Lombok Timur dan diolah menjadi Tortilla di Bilebante, Lombok Tengah. Ini jelas sangat istimewa sekali. Sehingga akhirnya, mampu memantik orang untuk datang berkunjung, studi banding dan mempelajari pembuatan Tortilla serta produk lain kreasi UMKM Putri Rinjani. 

Bukit Pasir bekas area tambang pasir di Bilebante. (Foto: Facebook Lombok friendly)
Bukit Pasir bekas area tambang pasir di Bilebante. (Foto: Facebook Lombok friendly)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun