Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tenun Lebak Lauq di Sembalun Lawang Menolak Punah

11 Desember 2021   22:13 Diperbarui: 17 Desember 2021   21:27 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pewarnaan benang menjadi hijau dengan Daun Komak atau Kacang Koro. (Foto: Haryadi Yansyah)

JANGAN SEMUA DI-SASAMBO-KAN

Terkait kain tenun ini, Nusa Tenggara Barat memang kaya dengan aneka motif. Bahkan rasanya, tiap Kabupaten punya motif sendiri-sendiri. Untuk itu, patut diperhatikan imbauan dari anggota DPRD NTB Dr. TGH. Hazmi Hamzar.

Karya tenun di gerai pusat perbelanjaan di Kota Mataram, Lombok. (Foto: Gapey Sandy)
Karya tenun di gerai pusat perbelanjaan di Kota Mataram, Lombok. (Foto: Gapey Sandy)
"Soal kain tenun, desa asal tenun di NTB lebih dimunculkan agar menjadi brand yang memiliki ciri khusus. Misalnya kain tenun Pringgasela, kain tenun Sukarara, tenun Kembang Kerang, tenun Sumbawa, tenun Bima dan lainnya. Masing-masing desa penghasil kain tenun memiliki motif dan ciri khas masing-masing yang pautut diketahui oleh konsumen. Artinya, jangan menonjolkan brand Sasambo, karena bisa berpotensi mengaburkan nama desa penghasil tenun yang lebih dulu terdengar namanya," urainya.

Hazmi mengingatkan, jangan semua kain tenun lalu "di Sasambo-kan". "Ini nanti membingungkan. Ini kain tradisional yang Sasak punya sendiri, Sumbawa punya sendiri, Bima dan Dompu punya sendiri. Menurut saya jangan digabung agar ciri khasnya tetap. Saya khawatir kata Sasambo itu menghilangkan ciri khas kain tradisional yang sudah lebih dulu dikenal. Justru ciri khasnya itu yang membuat dia luar biasa," katanya penuh harap.

Apalagi, pada 2019 lalu, NTB resmi dicanangkan sebagai pusat industri fashion muslim. Peresmian itu ditandai dengan fashion show yang mengangkat tema "NTB-Goes to Moslem Fashion Industry", di pelataran Islamic Center, Mataram, NTB. Fashion show mengangkat kain tenun yang ada di NTB.

Fashion Show Busana Muslim dengan wastra motif asal Nusa Tenggara Barat pada 2019 lalu. (Foto: suarantb.com) 
Fashion Show Busana Muslim dengan wastra motif asal Nusa Tenggara Barat pada 2019 lalu. (Foto: suarantb.com) 

Selain itu, pada 2022 nanti, sedikitnya ada tiga jadwal event balapan yang akan digelar di Sirkuit Mandalika. Yaitu, shake down pre-session test pada 11-13 Februari 2022. Kemudian, pada 18-20 Maret 2022 dilaksanakan MotoGP. Dan, pada 11-13 November 2022 kembali digelar seri World Superbike. 

Berharap, panitia balapan akan kembali mengundang ratusan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal untuk memamerkan dan menjual produknya di sekitar area sirkuit. Termasuk, UMKM yang memproduksi tenun maupun wastra NTB tentunya. Sehingga dengan demikian, cita-cita mengembangkan sport tourism di DSP Mandalika dan NTB pada umumnya, menjadi semakin benar-benar terwujud.

Semoga tetap lestari dan maju terus TENUN LEBAK LAUQ dan wastra maha karya NTB lainnya. (*)


Baca juga:

- Desa Beleq di Sembalun Lawang, Jangan Dibiarkan Hilang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun