Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Desa Beleq di Sembalun Lawang, Jangan Dibiarkan Hilang

10 Desember 2021   23:34 Diperbarui: 15 Desember 2021   20:40 1803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu bekas rumah di Desa Adat Beleq yang tinggal tersisa tiang-tiang penyangga saja. (Foto: Gapey Sandy) 

Secara umum, rumah Desa Adat Beleq terbuat dari jerami dan daun ilalang dengan berdinding anyaman bambu. Tiang rumah menggunakan kayu jenis Suren Ritip, dan kayu pohon Nangka untuk tiang lumbung.

Kondisi tahun 2015, Rumah di Desa Adat Beleq. (Foto: adventurose.com)
Kondisi tahun 2015, Rumah di Desa Adat Beleq. (Foto: adventurose.com)

Kondisi tahun 2021, Rumah di Desa Adat Desa Beleq. (Foto: Gapey Sandy)
Kondisi tahun 2021, Rumah di Desa Adat Desa Beleq. (Foto: Gapey Sandy)

KEENAM, lantai rumah lebih tinggi dari permukaan tanah. Tujuannya untuk menambah keamanan dari hewan buas dan mencegah kebanjiran. Sedangkan tentang anak tangga untuk masuk rumah, ada perbedaan jumlah antara Rumah Adat Desa Sembalun Lawang dengan Rumah Adat Sembalun Bumbung.

"Kalau di Sembalun Lawang anak tangga hanya ada empat buah, kalau di Sembalun Bumbung terdapat tujuh. Kalau di Sembalun Bumbung ada tujuh anak tangga pasti kan lebih tinggi bangunannya. Karena mereka merasa lebih tinggi derajatnya," ujar Suparlan, keturunan generasi ketujuh warga Desa Sembalun Bumbung seperti dikutip detikcom.

Ruangan di dalam rumah, menurut Mudji, tour guide 10 Kompasianer kala itu, dibagi menjadi dua. Satu ruang besar untuk menjamu tamu dan tidur. Yang kedua, ruang Bale Dalem untuk menyimpan barang-barang seperti hasil bercocok tanam dan barang berharga lainnya.

Kondisi Hutan Bambu tahun 2015, menuju pendakian Bukit Selong. (Foto: adventurose.com)
Kondisi Hutan Bambu tahun 2015, menuju pendakian Bukit Selong. (Foto: adventurose.com)

Kondisi Hutan Bambu tahun 2021, menuju pendakian Bukit Selong. (Foto: Gapey Sandy)
Kondisi Hutan Bambu tahun 2021, menuju pendakian Bukit Selong. (Foto: Gapey Sandy)

KETUJUH, punya kelompok kesenian Gendang Beleq. Di Desa Sembalun Lawang ada kelompok kesenian Gendang Beleq yang sering menyuguhkan atraksinya kepada wisatawan. Gendang Beleq atau gendang berukuran besar ini sering tampil pada acara-acara "Begawe" (pesta pernikahan), penyambutan tamu dan lainnya.

Menurut Pak Zakaria, anggota kelompok kesenian sekaligus Ketua Sanggar dan pada 2019 menjabat Kepala Dusun Lebak Lauk menceritakan uniknya gendang besar itu.

"Gendang yang dipakai itu adalah gendang turun-temurun yang umurnya sudah lebih lebih dari 200-an tahun. Bentuk gendang itu tidak boleh diubah, dicat atau dimodifikasi karena sudah ada mistisnya. Kebetulan tarian dan Gendang Beleq yang biasa beranggotakan 20-25 orang ini biasa dipakai untuk penyambutan tamu, pemerintah dan wisatawan. Kalau dulu itu sampai 80 orang. Kemudian ketika penyambutan tamu, kita gunakan Gendang Beleq dan ketika mengiringi tamu berjalan kita menggelar Tarian Tandang Mendet yang merupakan jenis tarian perang menggunakan tombak," tutur Zakaria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun