Sementara itu, Pak Martawi, tokoh adat Desa Sembalun Lawang yang pada 2019 lalu menjabat Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur juga menjelaskan rinci.
"Desa Beleq ini masyarakat desa pertama di Sembalun, yang kemudian menjadi cikal bakal masyarakat Sembalun Lawang dan sekitarnya. Desa Beleq ini ada tujuh rumah dan tetap sampai sekarang jumlahnya. Sejarahnya dulu kenapa tetap jumlahnya ada tujuh rumah. Dikarenakan dulu pernah anak-anak dari tujuh kepala keluarga ini membangun pondasi rumah baru tetapi setiap ada yang mau membangun rumah di sana pasti ada saja yang sakit dan kena musibah. Maka dari itu, keturunan dari tujuh kepala keluarga ini membuat rumah di luar Desa Beleq. Desa Beleq ini artinya desa tua, bukan desa besar (karena dalam Bahasa Sasak, Beleq itu ada yang bermakna besar dan ada yang bermakna lebih tua)," urai Martawi.
KETIGA, semua rumah di Desa Adat Beleq menghadap ke arah Utara. Hal ini bertujuan agar cahaya matahari pada pagi dan sore hari bisa masuk ke dalam rumah dari lubang angin di kedua sisi atapnya.
"Tentunya, dengan adanya cahaya matahari yang masuk akan menghindarkan adanya binatang yang masuk ke dalam rumah, seperti ular," ujar Mertawi, Ketua Lembaga Adat Sembalun Lawang seperti dikutip Antara.
KEEMPAT, rumah tradisional di Desa Adat Desa Beleq memiliki pintu masuk yang pendek. Hal ini membuat siapa saja yang ingin masuk dan keluar rumah harus menunduk.Â
Inilah yang menyimbolkan, bahwa penghuni harus sopan terhadap tamunya jika keluar rumah. Sedangkan untuk masuk dengan cara menunduk, juga sebagai bentuk hormat kepada Sang Pencipta.
KELIMA, sama dengan rumah adat Desa Sade dan Sasak Ende di Lombok Tengah, lantai rumah di Desa Adat Beleq terbuat dari tanah liat yang diaduk dengan kotoran sapi.
Konon, lantai dengan adukan tanah liat dan kotoran sapi mampu mengusir nyamuk dan serangga lainnya. Selain itu, kotoran sapi diklaim membawa kehangatan kala hawa dingin begitu ekstrem.