Berdamai itu, cuma sekadar strategi. Bagi Jakob Oetama, karena ia tak mau Kompas mati dan "menyengsarakan" ribuan karyawannya. Kalau Kompas mati, tak ada lagi alat perjuangan itu. Sedangkan bagi kami di Pers Mahasiswa, ya karena dana penerbitan media/majalah kampus masih disubsidi oleh pihak kampus.Â
Galak sedikit terhadap pimpinan kampus, sudah pasti risikonya berujung pada sumber anggaran Unit Kegiatan Mahasiswa Pers Mahasiswa itu. Sama sebenarnya, kalau majalah kampus mati, tak ada lagi alat perjuangan membela idealisme mahasiswa itu.
Sekali lagi, SELAMAT. "Gimme Five, Kompas!"