Begitulah kisah perjuangan dan kegetiran anak-anak Pulau Pisang, bila harus melanjutkan sekolah (SMA) ke pulau seberang. Pangkal persoalannya satu saja: TIDAK ADA SMA DI PULAU PISANG! Alhasil, merantau harus jadi pilihan.Â
Yang siap, ya terpaksa menjalaninya, lahir-batin. Termasuk, besaran tanggungan biaya yang sudah harus disiapkan orangtua secara kontan. Sementara yang tidak siap, putus sekolah menjadi jawabannya.
Disinilah keberadaan sekolah SMA di Pulau Pisang menjadi begitu mendesak. Shela, bahkan sampai memohon-mohon kepada semua pihak yang berkepentingan. "Mohon diusahakan ada SMA di Pulau Pisang, sayanglah kalau anak-anak di sini harus putus sekolah. Mereka itu kan berhak meraih masa depan juga," ujarnya.
Pinta senada disampaikan Syahril. Â "Masyarakat berharap, bagaimana caranya supaya ada sekolah SMA di Pulau Pisang ini. Apalagi dulu pernah ada Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di sini, tapi sejak itu ditutup, maka tidak ada lagi pendidikan SMA atau setara SMA di pulau kami," tutur sekretaris pekon ini.
Pun demikian, Shela dan Syahril sama-sama mengakui. Tantangan terbesar menyelenggarakan pendidikan SMA di Pulau Pisang yakni pada jumlah murid yang bisa dihitung jari. Meskipun sebenarnya, kalau saja ada SMA di Pulau Pisang, maka siswanya tinggal menunggu lanjutan para lulusan SMPN 1 Pulau Pisang, satu-satunya SMP di pulau ini.
Lalu, bagaimana dengan infrastruktur gedung dan fasilitas lainnya? Duh, rasanya kalau mau disederhanakan sih bisa saja, misalnya "menumpang" kelas pada SMPN 1 Pulau Pisang yang sudah ada. Atau, dibangunkan satu-dua kelas khusus untuk SMA-nya. Bila ada keinginan, niat dan tekad kuat, pasti di Pulau Pisang bisa kok diselenggarakan pendidikan jenjang studi SMA.
Mengapa harus dengan tekad kuat untuk menyelenggarakan pendidikan SMA di pulau ini? Shela memberikan jawaban telaknya. "Menyelamatkan anak-anak lulusan SMP supaya jangan putus sekolah," ujarnya.
Menurut gadis berhidung mancung ini, meski Pulau Pisang merupakan wilayah terpencil tapi perlu dibangunkan dan diselenggarakan pendidikan SMA. "Agar anak-anak di sini bisa melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Mereka, selama ini, ada yang memilih putus sekolah, karena ketiadaan fasilitas SMA di pulau.Â