Selain menjadi saksi, baginda Rasulullah sawa juga akan menjadi syafi'an bagi mereka yang gemar membaca shalawat. "Artinya, Rasulullah saw akan memberi syafaat (pertolongan) kepada mereka yang membaca shalawat kelak di hari kiamat. Dengan pertolongan Rasulullah saw itu, akan selamatlah diri mereka dan dimasukkan ke dalam surga berkat syafaat tersebut," ujar Buya Muhammad.
Insha Allah, bila Prabowo membaca tulisan ini, hendaklah dirinya menunduk dan memahami betapa sangat besar, nilai shalawat seseorang kepada Nabi Muhammad saw. Tidak asal enteng diucapkan, apalagi tanpa mengetahui maknanya, dan parahnya lagi bila salah pula pelafalannya.
Karakter Pengikut Nabi Muhammad saw
Prabowo yang ketika dari atas panggung Reuni 212 menjunjung tinggi Rasulullah saw, hendaknya juga menerapkan secara benar, bagaimana karakter mereka-mereka yang mengaku menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. Kebetulan, saya sempat menyimak kuliah Subuh yang disampaikan KH DR Ali Nurdin MA, pada Minggu, 9 Desember di salah satu masjid di Tangerang Selatan. Oh ya, Pak Ali Nurdin -- begitu beliau akrab disapa - merupakan dosen tetap Institut Perguruan Tinggi Al Qur'an. (PTIQ) di Jakarta.
Kedua, ruhamaau bainahum (berkasih sayang terhadap sesama muslim). Antara lain, termaktub dalam Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 10, yang terjemahannya: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
Ketiga, rukka'aa sujjadaa (mereka rukuk dan sujud), selalu melaksanakan shalat dan tak pernah meninggalkannya. Hadits Nabi saw menyebutkan: "Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir."(HR Muslim)
Keempat, yabtaghuunafadhlam minallahi wa ridhwaana (mencari karunia dan keridhaan Allah). Tuntunannya bisa ditelaah melalui Qur'an Surat Al-Kahfi ayat 110, yang diterjemahkan: "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."
Kelima, nampak di wajahnya bekas-bekas tanda sujud. Bukan semata ada bekas tanda hitam di dahi, melainkan dampak dari pengaruh ibadah shalat, muncul dalam perbuatannya sehari-hari.
Begitulah, shalawat memang enteng diucapkan. Tapi maknanya begitu mendalam bagi setiap jiwa muslim dan mukmin yang memahaminya. Jadi, bukan sekadar urusan salah melafalkan shalawat saja. Sebaiknya, yang mengucap shalawat juga musti pandai menerjemahkan dan mengimplementasikan tuntunan-tuntunan selanjutnya.