Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Harusnya Angkat Topi, Bukan Malah Hujat Media

9 Desember 2018   07:26 Diperbarui: 10 Desember 2018   08:54 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pria membawa poster. (Foto: panjimas.com)

Paradoks Media ala Prabowo

"Ketidaksukaan" Prabowo dengan media, sebenarnya sudah dijabarkan pula dalam bukunya Pandangan Strategis Prabowo Subianto : Paradoks Indonesia (hal. 74-75). Ia menulis dengan judul kecil: Kadang Media Juga Bisa Dipesan.

Lengkapnya begini, kata Prabowo. Media kita sekarang banyak dikuasai pemodal besar, sehingga banyak masalah-masalah bangsa yang disebabkan oleh ulah mereka (para pemodal besar) yang tidak diliput, atau diliput dengan narasi yang jauh berbeda dengan apa yang sesungguhnya terjadi.

Wartawan MetroTV ketika sedang bertugas meliput sebuah aksi. (Foto: hidayatullah.com)
Wartawan MetroTV ketika sedang bertugas meliput sebuah aksi. (Foto: hidayatullah.com)
Ini berbahaya karena banyak masyarakat kita berharap kepada media untuk mendapatkan pencerahan, mendapatkan pengetahuan soal demokrasi kita. Masyarakat kita berharap media netral, tidak berpihak selain ke kepentingan bangsa, tidak menjadi propagandis kepentingan tertentu.

Saya angkat topi kepada media-media yang secara eksplisit menyatakan keberpihakan kepada partai politik, atau kandidat tertentu dalam sebuah pemilihan, atau isu politik tertentu. Apalagi jika pernyataan keberpihakannya diulang terus-menerus, sehingga masyarakat dapat mengetahui berita yang diterbitkan berat sebelah. Jangan seolah tidak berpihak, seolah tidak bisa dibeli, tetapi menjerumuskan.

Kita harus ingat. Knowledge is power. Pengetahuan adalah kekuatan. Karena itu, media kerap kali dijadikan senjata. Sekarang kita sudah bisa buka dan baca, sebagian arsip rahasia negara-negara adidaya dari tahun '60-an. Kita bisa baca sendiri, bagaimana mereka, dengan media yang mereka kuasai, pernah mempengaruhi pandangan masyarakat kita. Bukan tidak mungkin, apa yang pernah dilakukan di masa lalu, terus berlanjut hingga sekarang.

* * *

Pertanyaannya, kalau Prabowo sendiri sudah menegaskan sikapnya dalam buku ini, bahwa dirinya 'angkat topi' pada media subyektif, media tak netral, dan media yang berpihak pada partai politik, kandidat maupun isu politik tertentu, lha terus kenapa malah geram kalau acara Reuni 212 tidak dijadikan headline oleh sejumlah media? 

Omongannya (di buku) kok beda sih dengan tindak-tanduknya? Mustinya, Prabowo justru bilang, 'angkat topi' dong dengan media-media yang tidak menjadikan Reuni 212 menjadi headline. 'Angkat topi'-lah kepada media-media yang menyebut peserta reuni yang hadir di Monas, jauh lebih sedikit dari yang diklaim mencapai belasan juta orang.

Aliansi Jurnalis NKRI protes pernyataan Prabowo di Bojonegoro. (Foto: bangsaonline.com)
Aliansi Jurnalis NKRI protes pernyataan Prabowo di Bojonegoro. (Foto: bangsaonline.com)
Bersyukur dan tetap 'angkat topi', Reuni 212 masih diberitakan. Walaupun kecil porsinya. Meskipun juga ada di halaman dalam dari terbitan media.

Ayoooo ... Prabowo, 'angkat topi', jangan malah misuh-misuh ora nggenah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun