Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Harry Darsono: "Batik Tangsel Warnanya Miskin dan Motifnya Naif"

2 Oktober 2018   20:14 Diperbarui: 2 Oktober 2018   20:43 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu motif Batik Tangsel yang diciptakan pembatik Nelty Fariza Kusmilianti. (Foto: Gapey Sandy)

Nelty tidak setuju bila Batik "Neo Tangsel" yang akan dikembangkan Harry Darsono tidak mempertimbangkan kearifan lokal setempat. Selain itu, Nelty menegaskan, sebaiknya Harry Darsono melakukan diskusi dengan pembatik Tangsel yang sudah ada.

"Kalau Pak Harry betul-betul bersinergi, mau memberi inspirasi dan membuka peluang untuk supaya pembatik Tangsel bisa lebih baik lagi, saya senang sekali. Saya ingin betul-betul Pak Harry diskusi dengan kami. Bukan kami tidak mau tersingkirkan, tapi saya mengangkat Batik Tangsel ini seperti berlari shafa-marwa," ujar Nelty yang tidak ingin Batik "Neo Tangsel" yang akan dikembangkan Harry Darsono sekadar menjadi batik kontemporer yang hanya digemari dalam kurun sementara waktu saja.

Sebagai pembatik yang selalu mengangkat kearifan lokal, Nelty mengaku, motif-motif Batik Tangsel seperti Kacang Sangrai, Situ Gintung, Golok Jawara, Tugu Lengkong, Buah Aren dan lainnya, digali dari upaya untuk semakin melestarikan kebudayaan Tangsel. "Semua motif yang saya sebutkan, bisa simultan dengan studi dan edukasi masyarakat," katanya.

Nantinya, kalau pengembangan Batik "Neo Tangsel" tidak mempertimbangkan kearifan lokal dan memasukkannya sebagai motif, maka Nelty bersiap untuk menganggap kehadiran Batik "Neo Tangsel" sebagai pesaing.

Pembatik lokal Nelty Fariza Kusmilianti memperlihatkan motif Buah Aren sebagai bentuk kearifan lokal yang mengangkat adanya Kecamatan Pondok Aren di Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Pembatik lokal Nelty Fariza Kusmilianti memperlihatkan motif Buah Aren sebagai bentuk kearifan lokal yang mengangkat adanya Kecamatan Pondok Aren di Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Jalan untuk kemajuan Batik Tangsel malah jadi semakin panjang. Butuh kearifan Pemkot Tangsel untuk melindungi pembatik lokal yang sudah lebih dulu ada. Jangan sampai mereka terpinggirkan oleh gagasan pengembangan Batik "Neo Tangsel" ala Harry Darsono. Bijak rasanya, bila Pemkot segera menggelar pertemuan dengan seluruh elemen terkait. Ini penting, supaya Batik Tangsel jangan malah layu sebelum berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun