Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Film "Moonrise Over Egypt" dan Keteladanan Agus Salim

26 Maret 2018   23:13 Diperbarui: 11 April 2018   03:55 3639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
H Agus Salim. (Gambar: Rumah Peduli)

H Agus Salim. (Gambar: Rumah Peduli)
H Agus Salim. (Gambar: Rumah Peduli)
Ketika dirinya sempat ditanya oleh salah seorang mahasiswa Indonesia di Mesir, apakah dirinya pernah ditahan Pemerintah Kolonial lantaran perjuangannya yang berani selama ini, dengan santai Paatje menjawab, sejauh ini sih belum. Selengkapnya, kutipan dalam film tersebut, begini:

"Selama ini memang belum. Tapi ya tidak tahu selanjutnya nanti bagaimana. Dan kamu perlu tahu, selama masa pendudukan, Polisi Rahasia Belanda maupun Jepang selalu memata-mataiku. Seakan-akan menungguku salah langkah." Lalu bagaimana selama ini Pak Haji (Agus Salim - red) bisa lolos? (tanya mahasiswa lagi)"Dengan siasat. Aku mengkritik Pemerintah Kolonial itu dengan ceramah dan tulisan-tulisan. Semua yang ku lakukan sebisa mungkin jangan sampai melanggar Undang-Undang Kolonial. Ya, harus diperhitungkan. Seperti Pencak Silat, tidak hanya kekuatan saja yang ditonjolkan tapi juga dengan keindahannya. Menyerang dengan elegan. Merobohkan lawan tanpa harus menghancurkan martabatnya."   

Paatje mengajarkan untuk cerdas dan bersiasat. Tetapi kecerdasan Paatje juga menonjol dalam film ini ketika staf Menlu Mesir menyodorkan media cetak berbahasa Belanda. Paatje dipersilakan membaca agar dapat mengetahui bagaimana kondisi di tanah air, Indonesia. Kontan Paatje membaca, sambil tertegun karena berita yang tertulis adalah tentang kedatangan tentara NICA yang semakin banyak ke Indonesia. Para siswa yang menonton film ini musti tahu, Paatje adalah seorang polyglot atau orang yang mampu berbicara hingga lebih dari lima bahasa asing secara baik. Anak-anak beliau pun sejak balita sudah diajarkan dan pandai berbahasa Belanda.

Sepanjang hidupnya, Paatje - yang juga dikenal sebagai wartawan yang tak mau kompromi dengan Pemerintah Kolonial - menghasilkan setidaknya 22 buku dan menerjemahkan 12 buku asing (termasuk dua buku karya William Shakespeare).

H Agus Salim bersama istri dan anak-anaknya. (Gambar: intisarionline.com)
H Agus Salim bersama istri dan anak-anaknya. (Gambar: intisarionline.com)
Empat, sederhana. Lewat film ini, kesederhanaan Paatje nampak sekali. Ketika tiga rekannya bingung dan galau menghadapi kesulitan keuangan di negeri orang, Paatje justru mengingatkan untuk tetap semangat dan terus ikhtiar. Sedangkan ketika ditanya bagaimana cara hidup dengan keterbatasan dana di Kairo, Paatje menjawab sepatah kata saja yaitu puasa. Ya, ajakan rajin menjalankan ibadah puasa sunat untuk menyiasati persediaan bekal materi yang semakin hari terus berkurang.

Dalam hidupnya yang serba pas-pasan cenderung kekurangan uang, Paatje pun pantang dicap sebagai "orang melarat". Ia menampik pernyataan Hisyam, mahasiswa Indonesia di Kairo yang menjadi pendamping selama di Mesir, bahwa dirinya hidup dalam kemelaratan. Dalam film ini, Paatje menyanggah, begini:

"Aku tidak melarat. Aku dan keluargaku sering kekurangan uang, pindah dari kontrakan yang sempit ke kontrakan yang tidak kalah kumuh. Makan seadanya. Tapi itu bukan berarti aku melarat. Kami bahagia. Kami kaya. Aku, istriku, anak-anakku saling membahagiakan. Kemelaratan itu hanya persoalan mental, bukan kepemilikan harta."

Lima, teguh pendirian dan selalu optimis. Paatje itu sosok yang selalu yakin akan keberhasilan segala sesuatu apabila ikhtiar diiringi dengan pasrah dan berdoa kepada Allah SWT. Ini ditampakkannya ketika Abdurrachman Baswedan sudah benar-benar putus asa, dan ngotot mengusulkan rencana agar tim delegasi pulang dulu ke tanah air meski harus tertunduk malu dan tangan hampa.

Salah satu adegan dalam film Moonrise Over Egypt. (Sumber: moonriseoveregypt.com)
Salah satu adegan dalam film Moonrise Over Egypt. (Sumber: moonriseoveregypt.com)
Justru Paatje tampil dengan percaya diri dan menegaskan sikapnya untuk tidak akan kembali ke tanah air, sebelum apa yang diperjuangkan selama ini menemui keberhasilannya. Paatje bilang:

"Kalian memang benar, mempunyai hak yang sama untuk mengutarakan pendapat atau memilih tindakan. Aku tidak menghalangi kalau kalian semua mau pulang ke tanah air. Tapi aku akan tetap di sini. Aku tidak akan menghentikan apa yang sudah aku buat. Cuma takdir yang dapat menghentikanku."

Begitu juga dalam penghujung film ini. Optimisme Paatje muncul dengan kalimatnya yang selalu membangkitkan semangat:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun