Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkunjung ke Pabrik Kopi Robusta di Tabek Patah, Sumatera Barat

19 Maret 2018   20:36 Diperbarui: 22 Maret 2018   02:42 6573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang pemanggangan kopi, ada di belakang. Pengunjung harus lewat area pengepakan, dan masuk terus ke arah belakang. Memasuki ruang pemanggangan, hawa cukup panas langsung menerpa. Ya gimana enggak, saya melihat ada 2 "tungku pemanggang" biji kopi yang sedang bekerja di atas lidah api yang menjilat-jilat ganas. Bahan bakarnya? "Ini pakai gas dan dikoneksi dengan kompresor ukuran sedang yang meniupkan angin," ujar Rina menjelaskan.

Sebenarnya, yang disebut tungku pemanggang ini adalah drum besi yang menjadi wadah biji kopi. Drum yang sudah berubah warna menjadi hitam jelaga ini berputar cepat dengan bantuan mesin putar, di atas nyala api. "Lama pemanggangan biji kopi ini bisa sampai dua jam," jelas Rina lagi.

Sesudah itu, hasil pemanggangan kopi yang masih begitu panas ini didiamkan dulu sehari semalam di atas wadah terbuka. Keesokan harinya, barulah biji kopi hasil panggangan ini masuk ke mesin penggilingan kasar terlebih dahulu. Hasilnya, bubuk kopi yang masih kasar ini digiling lagi dengan mesin penggiling lembut, sehingga menghasilkan kopi bubuk. "Barulah kemudian masuk ke proses pengemasan yang disesuaikan dengan berat timbangan untuk ukuran jualnya," kata Rina lagi.

Kopi bubuk dimasukkan ke plastik kemasan. (Foto: Gapey Sandy)
Kopi bubuk dimasukkan ke plastik kemasan. (Foto: Gapey Sandy)
Rina A Aziz (kanan), pengelola UKM Kiniko yang juga Ketua Kadin Kab Tanah Datar. (Foto: Gapey Sandy)
Rina A Aziz (kanan), pengelola UKM Kiniko yang juga Ketua Kadin Kab Tanah Datar. (Foto: Gapey Sandy)
Melihat proses produksi di Pabrik Kilang Kopi ini, jelas sekali bahwa tidak ada bahan campuran apapun yang ditambahkan. Semua murni dari biji kopi, diproses dan kemudian menjadi kopi bubuk siap saji. Tapi mengapa hanya jenis Robusta yang diproduksi di sini? "Karena kami menyesuaikan permintaan pasar. Kami menerima pesanan dari pasar di kawasan Asia Tenggara. Kalau jenis lain seperti Arabica, lebih diminati oleh pasar di kawasan Eropa. Selain itu, harga jual kopi jenis Arabica juga tinggi, sehingga menyulitkan penjualan kami," terang Rina yang mulai nampak berkeringat di wajahnya.

Rina memang tidak sembarangan berpendapat. Kopi khas Batusangkar memang sudah terkenal sejak zaman baheula doeloe. Bahkan, pada kemasan Kopi Kiniko ini terdapat tulisan yang keren banget: "Terbuat dari kopi pilihan dari Sumatera Barat yang sudah dikenal sejak tahun 1881 di kawasan Eropa."

Proses penyangraian bji kopi dengan menggunakan mesin. (Foto: Gapey Sandy)
Proses penyangraian bji kopi dengan menggunakan mesin. (Foto: Gapey Sandy)
Proses penyangraian bji kopi dengan menggunakan mesin. (Foto: Gapey Sandy)
Proses penyangraian bji kopi dengan menggunakan mesin. (Foto: Gapey Sandy)
Klaim bahwa kopi yang berasal dari Tabek Patah sudah terkenal sampai ke Eropa, menurut Rina, diperkuat dengan sejarah bahwa pernah terjadi aturan tanam paksa oleh kolonial Belanda.

Pada 1840, di Minangkabau diterapkan tanam paksa atau cultuurstelsel -- dan pemungutan pajak sebesar 20% kepada pribumi. Petani wajib menanam kopi, tetapi tidak boleh memetik hasil panennya. Buah kopi hasil panen akan langsung diangkut semua oleh Meneer Belanda ke negeri asalnya, untuk menambah pundi-pundi keuangan negara yang semakin tiris akibat peperangan di belahan wilayah Eropa. Para petani, cuma boleh memetik daun kopi. Belanda juga menyampaikan puja-puji penuh tipuan bahwa daun kopi sebenarnya justru lebih banyak khasiatnya daripada biji kopi.

Masyarakat kemudian terpaksa hanya bisa "minum kopi" dengan cara membuatnya dari daun kopi tua yang sudah dikeringkan, lalu diseduh air panas [sama seperti menyeduh teh dengan daun-daun teh yang kering]. Inilah yang kemudian berkembang terus sampai detik ini, dan akrab disebut dengan Kopi Kawa Daun, yang artinya kopi dari daun kopi yang dikeringkan.

Sampai detik ini, banyak yang percaya bahwa Kopi Kawa Daun punya banyak khasiat, seperti misalnya menghangatkan badan, menurunkan hipertensi, melancarkan saluran pernafasan, menambah vitalitas dan stamina, menyembuhkan penyakit kulit seperti kurap.

Mesin penggilingan biji kopi hasil sangrai agar menjadi halus. (Foto: Gapey Sandy)
Mesin penggilingan biji kopi hasil sangrai agar menjadi halus. (Foto: Gapey Sandy)
Presiden Joko Widodo sempat memperhatikan Kopi Kiniko produksi UKM Kiniko dalam satu ajang pamerang. (Foto: Dok. UKM Kiniko)
Presiden Joko Widodo sempat memperhatikan Kopi Kiniko produksi UKM Kiniko dalam satu ajang pamerang. (Foto: Dok. UKM Kiniko)
Para peneliti dan ahli nutrisi di Eropa pun, sesudah melakukan analisi mendalam tentang 23 spesies tanaman kopi, ternyata justru menemukan manfaat kesehatan yang terkandung pada daun kopi. Salah satunya, kesimpulan bahwa daun kopi mempunyai kandungan anti-oksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam maupun teh hijau. Penelitian yang pernah dipublikasikan melalui Annals of Botany misalnya menyebutkan bahwa, anti-oksidan daun kopi lebih tinggi daripada daun teh karena kandungan mangiferin yang berkhasiat juga sebagai anti-inflamasi yang bisa mengurangi risiko diabetes, kolesterol darah, hipertensi dan melindungi neuron di otak.

Menurut data tahun 2014 yang diperoleh dari situs Pemkab Tanah Datar, wilayah Kec Salimpaung sendiri sebenarnya merupakan kawasan sentra produksi kopi jenis Arabica. Sementara kopi jenis Robusta, sentra produknya ada di Kec X Koto, Batipuh, Sungai Tarab, Tanjung Baru, dan Lintau Buo Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun