Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 7 - 9 Februari 2018 di Padang, Sumatera Barat semakin meriah dengan pengumuman para penerima penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2017.
Ajang ini diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dengan tema yang bermuatan kepentingan orang banyak, humanis dan inspiratif. Selain itu, membangun pembentukan karakter bangsa dan merekat kembali jati diri NKRI.
Mereka yang meraih anugerah adalah:
- Kategori Indepth Reporting "Dinamika dan Romantika di Sempadan Negeri (1-10)" karya Muhammad Amin yang dipublikasikan di Harian Riau Pos pada 18 Desember 2017.
- Kategori foto jumalistik berjudul "Fase Kritis" karya Raka Denny yang dipublikasikan di Harian Jawa Pos pada 29 November 2017.
- Kategori Jurnalistik Karikatur "Anti Pancasila" karya Budi Setyo Widodo yang dipublikasikan di harian Media Indonesia, 19 Juli 2017.
- Kategori Jurnalistik Televisi "Berdamai dengan Maut di Kaseralau" karya Rivo Pahlevi Akbarsyah yang dipublikasikan di Trans 7 pada 10 Oktober 2017.
- Kategori Jurnalistik Radio adalah "Saya Indonesia" karya Surya S.Thalib S.AP yang dipublikasikan di Radio Republik Indonesia (RRI) Stasiun Nunukan, Kalimantan Utara pada 16 Desember 2017.
- Kategori Jurnalistik Siber "Janji untuk Papua" karya A.Haryo Damardono yang dipublikasikan di Kompas.ID pada 1 Maret 2017.
- Tirto.id berhasil meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2017 sebagai Media Siber Terinovatif.
Terpilihnya Tirto.id jelas sangat membanggakan. Karena faktanya, media siber ini baru running pada 2016.
Keren ya! Selamat buat Tirto.id sudah menerima hadiah uang cash Rp 10 juta, trophy dan piagam.
Zen RS selaku editor Tirto.id pagi tadi saya wawancarai. "Boleh wawancara, 5 menit aja ya Mas. Saya masih meeting, ini kebetulan keluar ruangan sebentar nge-rokok," suara si empunya nama lengkap Zen Rachmat Sugito ini di speaker telepon.
Begini wawancara pendek saya dengan pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat pada 18 April 1981 ini:
oooOooo
Kalau dikatakan sebagai yang terinovatif, saya sendiri sebenarnya enggak tahu bagaimana kriterianya. Tapi dari semua penilaian itu, secara pribadi, saya paling senang dengan penilaian bahwa kami menjaga independensi.
Saya kira itu yang paling penting dan jauh lebih mendasar. Meskipun, untuk penilaian sesuai kaidah jurnalistik, dan kelengkapan berita melalui infografis yang mudah dipahami pembaca juga penting. Penilaian dewan juri bahwa Tirto.id itu independen dalam kebijakan redaksinya, buat saya bikin jauh lebih happy.
Kenapa malah independensi Tirto.id yang membuat Anda happy? Â
Ya karena independensi itu prinsip dasar jurnalisme. Kalau media kita sudah tidak independen lagi, maka apapun yang kita buat, entah itu infografis maupun laporan indepth maka semua itu tidak akan dipuji orang, tidak akan dianggap serius orang. Apalagi di tengah polarisasi masyarakat sekarang, tampaknya kalau kita bikincontent bagus tapi dituduh macem-macem, itu juga membuat tingkat keterbacaan artikel juga jadi rendah.
Buat saya, independensi adalah hal paling penting. Adapun hal-hal lain yang disebutkan oleh dewan juri itu anggap saja bonus.
Sikap independen itu bukan berarti tidak boleh mengeritik, juga tidak boleh memuji. Independensi itu artinya adalah ketika sebuah media menulis A, B, C atau D, semua dilakukan bukan karena ada pretensi mendukung maupun menyerang. Independensi adalah suatu sikap dimana sikap itu didasarkan pada kemerdekaan si pembuat content-nya.
Misalnya, kalau kami mengeritik Anies Baswedan bukan berarti Tirto.id pro pada pihak lawan sebelahnya. Sebaliknya, kalau Tirto.id memuji Anies bukan berarti kami pro, melainkan karena memang begitulah faktanya. Saya kira itu bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Cukup banyak kok media-media yang independen. Tirto.id bukan satu-satunya, malah mungkin juga karena Tirto.id dianggap media siber baru jadi layak untuk diapresiasi.
Bahwa ini genre Jurnalisme Data dan memperoleh apresiasi yang membanggakan, bagaimana komentarnya?
Tirto.id sebenarnya masih banyak perlu belajar. Sebenarnya, soal Jurnalisme Data itu bukan hal yang baru-baru amat. Mungkin saja karena sekarang ini semuanya menjadi lain, karena ada teknologi dan internet sehingga data itu dimengerti dengan menjadi lain bila dibandingkan sebelum era digital. Data itu berlimpah ruah sekarang, sehingga muncul istilah Big Data dan lainnya.
Saya kira, setiap media juga menggunakan data. Saya kira, kalaupun Tirto.id dinilai sedikit banyak mempraktikkan Jurnalisme Data, karena memang sejak awal berdiri kami memang ingin mewujudkan itu. Kami mendesain adanya Tim Riset dan Data sejak awal. Karena memang tujuan kami adalah banyak memberi tempat buat data kualitatif maupun kuantitatif. Jurnalisme Data memang salah satu core yang memang ingin kami perkuat, terus-menerus kami perkuat, dan ini masih jauh kok dari ideal.
Pada tahun pertama, kami memang belum perlu menerima iklan karena merasa masih banyak hal yang perlu diberesin, mulai dari tampilan website, mobile site dan lainnya. Pada tahun kedua kami juga masih membereskan tampilan website, mobile site, dan sekarang mengarah ke finalisasi tampilan desktop juga apps.
Barulah sejak Agustus 2017, kami mulai mencoba potensi dengan menggali revenue melalui iklan. Tidak luar biasa banyak iklannya tetapi trennya sudah sangat positif. Pilihan kami juga bukan iklan yang dipasang kiri-kanan, atas-bawah dengan banner yang menutupi halaman tampilan. Konsep iklan kita lain. Teman-teman bisa lihat sendiri bagaimana kami mempresentasikan iklan.
Mas Zen, saya minta fotonya dong?
Wah, cari aja di Google banyak, Mas. Foto apa aja yang ada ambil aja, enggak apa-apa.
Pada Mei tahun lalu, Zen RS pernah menjadi pembicara di Pendidikan Jurnalistik Mahasiswa (PJM) yang digagas Lembaga Pers Mahasiswa ASPIRASI UPN Veteran Jakarta. Waktu itu, pendiri panditfootbal.com ini menyampaikan materi tentang Jurnalisme Data. Seperti kita tahu, jurnalisme model ini juga yang "dimainkan" Tirto.id.
Dalam makalahnya, Zen mengutip sejumlah pendapat para pakar tentang Apa itu Jurnalisme Data?
- Jurnalisme data adalah mendapatkan, melaporkan, mencengkeramdan mempublikasikandata untuk kepentingan umum." [Jonathan Stray]
- Jurnalisme data yaitu konvergensi sejumlah bidang dari penelitian investigasi dan statistik hingga desain dan pemrograman." [Paul Bradshaw]
- Jurnalisme berbasis data terdiri dari unsur-unsur berikut: menggali jauhke dalam data dengan mengumpulkan, membersihkandan menyusunnya, memfilter untuk mendapat informasi spesifik, memvisualisasikannya dan membuat cerita." [Mirko Lorenz]
Lalu mengapa Tirto.id mempraktikkan Jurnalisme Data, menurut Zen karena beberapa hal:
- Perkembangan cepat teknologi = Digitalisasi data makin besar.
- Menjelaskan cerita yang kompleks
- Digabungkan dengan teknik reportase tradisional, cerita akan bisa disajikan lebih inovatif dan menarik.
- Zaman "open data".
- Mengisi ceruk karena hanya sedikit wartawan profesional melakukan Jurnalisme Data
- Meningkatnya apresiasi terhadap konten bermutu, dan berpotensi menjadi konten berbayar atau berlangganan.
Tinggal penyempurnaan dan konsistensi yang masih harus ditunggu dari Tirto.id. Karena beberapa orang percaya, bahwa masa kritis tahap pertama keberlangsungan sebuah media adalah pada perjalanan 5 tahun pertamanya.
Sekali lagi, selamat buat Tirto.id ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H