"Abang, saya mau tukar uang receh dong," seru saya kepada 'Pak Ogah' yang mengenakan kacamata gelap tersebut.
Sambil berjalan menghampiri, "Pak Ogah" bertanya, "Mau nukar berapa duit?"
"Empat ribu, nih. Tolong, saya perlu," ujar saya pendek.
Tangan kanan "Pak Ogah" merogoh kantong, lalu dikeluarkan lagi. Terlihat uang logam sudah memenuhi tangan kanannya. Kebanyakan adalah uang logam pecahan Rp 500, meskipun ada beberapa yang juga Rp 200. Cekatan, tangan kirinya kemudian mengambil uang logam Rp 500 sebanyak 8 keping. "Emang buat apaan duit recehan ini? Buat parkir juga ya," tanya si "Pak Ogah".
"Ya saya perlu buat simpan di rumah," jawab saya sekenanya.
Sambil menerima 8 uang logam pecahan Rp 500, saya kembali bertanya, "Abang, kalau duit receh yang Rp 100, Rp 200, biasanya suka dibuang-buang ya. Tuh, kayak di tengah jalan itu?"
"Ya, suka buangin. Tuh, pada dibuang-buang juga," ujar lelaki muda ini sembari seolah menunjukkan dengan wajahnya ke arah uang-uang logam yang sudah terbenam dan menyatu dengan aspal.
Lihat saja logam pecahan Rp 1000 terbitan Bank Indonesia tahun 2016. Pada sisi muka ada gambar Pahlawan Nasional Mr I Gusti Ketut Pudja, yang pernah ikut serta dalam perumusan negara Indonesia melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara). Pada saat perumusan naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda, I Gusti Ketut Pudja juga hadir. Selanjutnya, oleh Presiden Soekarno ia diangkat sebagai Gubernur Sunda Kecil. Dan, pada 2011 menerima penganugerahan Pahlawan Nasional.
Di uang logam pecahan Rp 500 tahun emisi 2016, ada gambar Letnan Jenderal TNI (Purn) Tahi Bonar Simatupang. Gelar pahlawan nasional disematkan pada tahun 2013, kepada tokoh militer yang satu ini atas jasa-jasanya yang pernah menggantikan Panglima Besar Jenderal Soedirman. TB Simatupang waktu itu dilantik Presiden Soekarno untuk menjabat Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia. Namanya kemudian diabadikan juga sebagai nama jalan di wilayah Jakarta Selatan.
Pada uang logam pecahan Rp 200 keluaran Bank Indonesia tahun 2016, ada foto Dr Tjipto Mangunkusumo. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ambarawa pada 1943, dan menerima penganugerahan sebagai Pahlawan Nasional pada 1964. Bersama Ki Hadjar Dewantara dan Ernest Douwes Dekker, Dr Tjipto Mangunkusumo pernah diasingkan ke Negeri Belanda oleh Pemerintah Kolonial. Perjuangan "Tiga Serangkai" ini sudah tidak diragukan lagi dalam memajukan bangsa Indonesia.