"Komunitas" ibu-ibu pembuat Opak Singkong ini boleh jadi enggak ada matinya, karena bahan dasar Singkong termasuk yang masih gampang dicari. Meskipun, kadang-kadang ya rada seret juga menemukan "si ketela pohon" ini.
Ya, tidak salah lagi. Inilah yang sekaligus menjadi primadona Keranggan, apalagi kalau bukan sentra produksi Kacang Sangrai!
Bus mulai bergerak. Di atas bus, para peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Summarecon, Serpong ini, mulai sibuk mempersiapkan kembali "senjata"-nya: kamera. Termasuk Shania, mahasiswi UMN Fakultas Teknik & Informatika semester I. Sungguh, melihat Shania, saya seperti melihat tampilan member AKB48, heheheheee ... Mungil, unyu-unyu dengan rambutnya yang pirang dan diikat ekor kuda.
"Seru banget deh lomba fotografi ini. Selain membangkitkan minat, bakat dan passion kita-kita, juga melatih praktik hunting foto. Apalagi, aku sendiri punya tugas kuliah untuk menyerahkan hasil hunting foto berupa story telling yang harus di-upload ke Instagram. Jadinya, ya memang harus sering-sering pergi kemana 'gitu, untuk hunting foto," ujarnya didampingi Ricky Yantho, juga mahasiswa UMN.
Kacang Sangrai Keranggan
Jarak lokasi sentra produksi Kacang Sangrai dengan Saung Cisadane tidak begitu jauh, ya sekitar 1 -- 2 km. Di lokasi ini, para peserta langsung menuju "dapur" produksi penyangraian. Secara bergiliran mereka masuk ke "dapur" dan melihat sendiri ada seorang pekerja yang sedang menyangrai. Media sangrainya seperti wajan yang mirip kuali. Bahan bakarnya pakai kayu bakar lho. Jadi, ya bisa dibayangkan, para peserta langsung terpapar hawa cukup panas selama di area "dapur".
Tapi, meski bercucuran keringat dan menahan hawa panas, kamera-kamera terus bekerja mengambil gambar. Maklum, berasa epic banget deh bisa melihat langsung proses penyangraian yang mungkin selama ini belum pernah mereka bayangkan gimana praktiknya. Wkwkwkkkk ... maklum 'kids jaman now'.
Ketika saya tanya, berapa banyak kacang kulit yang biasa diproses, Na'ih menjawab dengan jawaban yang bikin saya kaget. "Biasanya, selama 1 sampai 2 minggu, kita proses 6 ton kacang kulit. Sekarang, kacang sudah makin sulit diperoleh dari lokasi di sekitar kawasan sini. Jadi, kita pesan kacang dari Cilegon, Jonggol, Sumedang dan lain-lain. Untuk setiap 6 ton kacang kulit ini, kita biasa beli seharga Rp 90 juta," ujarnya.