Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tumbuh bersama "Pohon Investasi" Adrian Gunadi

3 Desember 2017   06:57 Diperbarui: 4 Desember 2017   02:24 2668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adrian Gunadi, Co-Founder & CEO Investree. (Foto: DEA 2017)

Adrian Gunadi terpilih sebagai satu dari lima peraih Danamon Entrepreneur Awards (DEA) 2017. DEA merupakan apresiasi yang diberikan Bank Danamon atas prestasi wirausahawan Indonesia, yang terbagi dalam kategori UKM, social entrepreneur dan Fintech. Inilah wujud nyata Danamon apresiasi pelaku UKM dengan DEA 2017.

Selaku Co-Founder & CEO Investree, Adrian sosok yang tepat sebagai pilihan dewan juri untuk kategori Best Fintech. Betapa tidak. Investree (PT Investree Radhika Jaya) yang dibangunnya sejak 2015 lalu, dalam kurun satu tahun terakhir ini saja berhasil memfasilitasi dana pinjaman senilai Rp 430 miliar. "Hampir setengah triliun rupiah," tukasnya berapi-api ketika penulis wawancara per telepon, Selasa, 21 November 2017.

Konsep bisnis meminjam dana inilah yang dinamakan peer-to-peer lending (P2PL). Tanpa menggunakan perantara bank maupun lembaga finansial lain, P2PL merupakan praktik meminjam dan memberikan pinjaman secara online,melalui sebuah wadah yang dinamakan marketplace.

Marketplace bagaikan pasar barang antik atau bursa mobil murah, hanya saja, peer-to-peer marketplace berbasis online. Ini merupakan wadah yang mempertemukan banyak orang yang butuh pinjaman dana, dengan banyak orang lainnya yang bersedia memberikan pinjaman. Nah, peran Investree adalah menjalankan marketplace itu. Bagaikan pusat perbelanjaan, tugas Inestree menyediakan ruang eksklusif bagi para penjual dan pembeli untuk saling bertemu.

Selain itu, Investree juga menyeleksi, menganalisis dan menyetujui aplikasi pinjaman yang diajukan Borrower agar menghasilkan pendanaan yang berkualitas, untuk ditawarkan kepada para Pendana.

"Investree menjadi solusi modal kerja jangka pendek, dan menjadi instrument atau alat investasi bagi mereka yang punya dana dan ingin mencari alternatif investasi di luar deposito dengan return yang menarik. Ini menjadi salah satu pilihan. Selain itu, Investree juga menjalankan konsep ekonomi berbagi (sharing economy). Orang yang punya dana lebih atau dana menganggur, dan ingin meminjamkan dananya kepada UKM untuk kemudian sama-sama bisa menghasilkan dana. Inilah mengapa tagline Investree adalah 'Semua Bisa Tumbuh'. Jadi Anda bisa tumbuh sebagai pemberi pinjaman, peminjam, dan ekonomi Indonesia juga bisa tumbuh," jelas Adrian.

Presiden Joko WIdodo berjumpa Adrian Gunadi dalam satu kesempatan. (Foto: Investree)
Presiden Joko WIdodo berjumpa Adrian Gunadi dalam satu kesempatan. (Foto: Investree)
Menurutnya lagi, Investree membidik segmen mayoritas pada Usaha Menengah yang mungkin sudah punya hubungan dengan perbankan, seperti punya rekening di bank, tapi belum memiliki akses untuk memperoleh pinjaman modal kerja melalui perbankan. Kesulitannya bisa saja karena usia perusahaan mereka yang masih baru setahun atau dua tahun.

"Jadi, kami membidik Usaha Menengah yang seperti ini. Sebanyak 30% portofolio kita adalah pada industri kreatif yang ada pada segmen Usaha Menengah tersebut. Selebihnya bervariasi, seperti perusahaan catering, cleaning service, penyedia jasa outsourcing, termasuk banyak juga kontraktor seperti Usaha Menengah yang mengerjakan pekerjaan fitting kantor dan lainnya," tukas pria kelahiran Jakarta, 3 Januari 1976 ini.

Bagaimana penanganan kalau ada cicilan pinjaman yang macet?

Investree, jawab Adrian, menjadi wakil dari para pemberi pinjaman. Jadi, Investree pun melakukan aspek monitoring dan penagihan atas pinjaman-pinjaman yang diberikan. Inilah salah satu alasan, mengapa orang yang bisa meminjam melalui Investree harus memiliki misalnya invoice, tagihan atau SPK. Sehingga dengan begitu sumber pembayarannya jelas.

"Kalau perusahaan peminjamnya adalah perusahaan baru, dan dimaksudkan untuk mengembangkan usaha barunya, maka risiko usahanya juga tinggi. Itulah mengapa Investree menyasar UKM yang sumber pembayarannya jelas, punya kontrak dan underline yang jelas. Jadi ini sebagai upaya seleksi di awal, yang disertai kemudian dengan langkah berikut, yaitu melakukan penagihan, monitoring, menggunakan teknologi mitigasi risiko. Terakhir, Investree juga bekerjasama dengan asuransi penjaminan, kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," terang Adrian.

Saking begitu selektif dan tertata rapinya manajemen risiko Investree, Adrian mengungkapkan bahwa hingga saat sekarang ini, antara pertumbuhan aset dengan kualitas tetap berhasil dijaga dengan baik. "Sehingga kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) masih nol," ujar profesional yang sudah menghabiskan sekitar 20-an tahun berkarir di dunia perbankan ini.

Terpilih menjadi satu dari lima Danamon Entrepreneur Awards 2017. (Foto: DEA 2017)
Terpilih menjadi satu dari lima Danamon Entrepreneur Awards 2017. (Foto: DEA 2017)
Lantas apa nilai unik Investree dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis?

Adrian dengan cepat menjawab, kombinasi antara tiga hal penting. "Yang pasti pengalaman dari para founders. Saya sendiri berkarir di dunia perbankan sudah cukup lama, sehingga kami mengerti luar-dalam industri keuangan di Indonesia. Jadi, kami mengombinasikan antara pengalaman, kapabilitas dengan sisi teknologi. Inilah yang membuat Investree berkembang sampai sekarang ini," ujar lulusan S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan S2 di Rotterdam School of Management Erasmus University.

Adrian memulai karir profesionalnya sebagai Management Trainee di Citibank. Sempat pula mengelola Islamic Finance di Standard Chartered, Saadiq, Dubai, UEA. Ia kemudian mengepalai Bagian Syariah di Bank Permata. Tak berapa lama, karirnya melambung, Adrian didapuk menjadi Managing Director - Retail Banking di Bank Muamalat.

Fintech Harus Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Mengomentari industri Fintech di Indonesia, Adrian menyebut bahwa perkembangannya semakin positif. "Secara makro perkembangan Fintech sangat positif. Apalagi sekarang, dunia digital - dengan penetrasi internetnya yang semakin tinggi - dan dunia keuangan juga mengalami perkembangan yang seiring sejalan. Lengkap dengan dukungan dari Pemerintah yang luar biasa. Jadi, perkembangan Fintech itu positif dan ini baru awal," tuturnya semangat.

Adrian pun menuturkan saran agar supaya industri Fintech semakin mumpuni.

"Saran saya, Fintech harus menjadi tuan rumah di negara sendiri, karena akan semakin banyak pemain-pemain asing yang masuk ke Indonesia. Sehingga antar sesama Fintech, atau Fintech dengan e-commerce, dan Fintech dengan bank, harus saling mendorong untuk melakukan kolaborasi. Sehingga kita bisa akan semakin menggurita. Nantinya, bila nanti ada pemain-pemain asing yang masuk, jalinan kolaborasi ini yang akan menjadi barrier entry bagi mereka," ujar Adrian.

Selain itu, ia juga berharap pengawasan dan supervisi terhadap industri Fintech di Indonesia dapat terlaksana secara cepat dan berkesinambungan.

"Industri Fintech ini adalah dunia yang mungkin berbeda dengan perbankan, sehingga menjadi PR bagi regulator, untuk bagaimana pengawasan atau supervisi bisa jauh lebih cepat. Karena, dunia Fintech ini bergerak jauh lebih cepat sehingga regulator pun harus bisa mengimbangi. Alhamdulillah, sejauh ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia sangat support. Mudah-mudahan ini bisa dipertahankan, bukan saja oleh dua lembaga ini saja, tapi juga lembaga lain seperti Kominfo maupun Ditjen Pajak, untuk bisa melihat ini sebagai salah satu industri jasa keuangan baru yang prospek ke depannya sangat besar dan positif. Apalagi, Indonesia sudah masuk sebagai negara digital," pesan Adrian.

Adrian Gunadi peraih DEA 2017 sub-kategori Best Fintech. (Foto: DEA 2017)
Adrian Gunadi peraih DEA 2017 sub-kategori Best Fintech. (Foto: DEA 2017)
Dukung Adrian sebagai DEA 2017 Terfavorit

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) mengumumkan 5 peraih Danamon Entrepreneur Awards (DEA) 2017, satu inisiatif Danamon dalam memberikan apresiasi atas prestasi wirausahawan Indonesia.

DEA 2017 diikuti oleh 607 aplikasi, menghasilkan 5 peraih yang terbagi dalam kategori Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Social Entrepreneur, serta Fintech. Para peraih akan menerima penghargaan di acara penganugerahaan DEA 2017 pada 6 Desember ini. Selain itu akan diumumkan juga peraih favorit pilihan masyarakat yang ditetapkan berdasarkan hasil voting.

Satu dari 5 peraih DEA 2017 ini adalah Adrian Gunadi, selaku Co-Founder & CEO PT Investree Radhika Jaya. Berkat Investree yang sukses dikembangkannya, tak pelak membuat pria yang tinggal di bilangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini pun menjadi yang terbaik untuk kategori Fintech.

Mengomentari keberhasilannya meraih DEA 2017, Adrian dengan rendah hati berucap syukur. "Alhamdulillah, bukan saja membangun Investree tapi juga kami membangun industrinya juga. Karena dari sisi pengalaman, hampir 20 tahun saya sudah berkecimpung di dunia perbankan. Jadi ide awalnya adalah bagaimana kita memfasilitas pinjam-meminjam secara online, untuk segmen UKM yang mungkin kalau harus berhubungan perbankan masih terasa agak sulit. Begitulah awal Investree ini kami bangun. Artinya, kami mempertemukan antara lender yang mencari return. Lagi-lagi, ini didukung oleh perkembangan dunia digital yang makin pesat," tuturnya.

Dewan juri DEA 2017 terdiri dari T. M. Zakir Machmud Ph.D - Kepala UKM Center FEB UI; Ir. Yuana Setyowati, MM - Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM; Restu Pratiwi - Direktur Eksekutif Yayasan Danamon Peduli; Junanto Herdiawan -- Plt. Kepala Fintech Bank Indonesia; Ardian Taufik Gesuri -- Pemimpin Redaksi Harian Kontan; serta Sebastian Togelang -- Founder & Managing Director of Kejora Group (Kejora Ventures)

"Selamat kepada para peraih tahun ini. Mereka telah menunjukkan bagaimana kekuatan segmen UKM dalam menciptakan dampak positif terhadap perekonomian, kesejahteraan masyarakat sekitar, serta budaya inovasi. Harapan kami, ajang DEA yang berfokus pada segmen UKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dapat menggugah semangat sekaligus menginspirasi kewirausahaan di tanah air," kata Gunawan Te, Small Medium Entreprise Business Head Danamon.

Adrian Gunadi, nomor dua dari kanan, dalam satu kesempatan. (Foto: Investree)
Adrian Gunadi, nomor dua dari kanan, dalam satu kesempatan. (Foto: Investree)
Tak lupa, publik diundang untuk memberi dukungan dan berpartisipasi melalui voting atas 5 peraih yang paling dijagokan untuk jadi yang terfavorit. Voting dilakukan di sini terhitung sejak 19 November hingga 5 Desember 2017.

Yuk, dukung Adrian Gunadi untuk menjadi peraih DEA 2017 Terfavorit.

Caranya gampang? Klik saja ini.


o o o O o o o

Baca juga:

"Semua Bisa Tumbuh" Lantaran Adrian Gunadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun