Kondisi alam pulau seluas 196.3 km2 ini memang berbukit dan bergunung-gunung. Tak heran ada yang menyebut, di Pulau Bawean ada 99 gunung. Entah sumbernya berasal dari mana, tapi memang, ketika saya berada di Bawean, gunung-gunung seperti berbaris dan berlapis.
Bawean yang terbagi menjadi 2 kecamatan (Sangkapura dan Tambak) memang terbilang luas. Bandingkan saja dengan luas Kota Tangerang Selatan yang "hanya" 147.19 km2. Atau, Jakarta Barat yang luasnya "cuma" 129.5 km2.
Nah, di alam pegunungan nan lebat menghijau dengan lereng bukit terjal dan curam itulah rusa Bawean tinggal. Mengapa? Jelas, mereka menghindari kontak pertemuan dengan manusia. Selain itu, rusa Bawean termasuk hewan nocturnal atau aktif mencari makan ketika malam hari.
Ketika awal Oktober kemarin saya ke tempat penangkaran, Pak Nur memberi arahan kepada semua yang berada di lokasi untuk tidak terlalu berbuat kegaduhan. Termasuk dilarang berisik. "Rusa-rusanya bisa stress. Apalagi mereka yang di kandang rehabilitasi itu, kalau stress bisa mengamuk dan mencelakakan rusa-rusa itu sendiri. Bisa jadi tanduknya patah," ujarnya sambil setengah berbisik.
Di kandang rehabilitasi itu, ada 4 ekor rusa. Perawakan tubuhnya tidak seragam. Ada yang besar dengan tanduk panjang lagi bercabang. Juga ada yang ukurannya sedang. Satu hal yang sama adalah warnanya, berbulu coklat semua.
Tinggi Rusa Bawean jantan berkisar antara 60-70 cm. Panjang ekornya 20 cm. Panjang dari kepala dan tubuh 140 cm. Bobot rusa dewasa 50-60 kg. Pejantannya memiliki tanduk bercabang tiga yang dapat tumbuh sepanjang 25-47 cm. Tanduk ini dipergunakan pejantan untuk memenangkan perebutan rusa betina kala musim kawin tiba. Dengan tubuhnya yang "mungil", Rusa Bawean terkenal sebagai pelari yang ulung.
Apa yang dijelaskan Pak Nur menjadi kenyataan. Ketika saya dan beberapa rekan mencoba memotret dan men-shoot video, kepala-kepala para rusa langsung tegak. Dari kejauhan terlihat, pandangan mata mereka mengarah ke sisi pagar kawat yang berwarna hijau. Para rusa diam, seolah waspada. Kondisi ini jelas membuat saya dan beberapa rekan lain menjadi kurang nyaman. Mereka, para rusa di kandang rehabilitas, terusik dengan kehadiran kami.
Tenang mas bro' rusa, kami datang cuma mau silaturahim kok ... xixixixiiii