Mengadu ke Ibu Airin
Berdasarkan keresahan dan penolakan warga terhadap aktivitas fisik pembangunan proyek property di "lahan tetangga" inilah, kami bertekad mengadukannya ke Ibu Airin. Maka, Jumat pagi ini, 20 Oktober 2017, kami janjian bertemu di gedung Balaikota Tangsel yang berlokasi di Jalan Parakan, Pamulang Dua.
Turun dari mobil, kami harus menuruni anak tangga berlantai keramik dengan pegangan besi. Musti gesit, karena maklum saja, banyak genangan air, hamburan pasir dan bekas cor-coran semen yang mengeras. Belum lagi, di sana sini banyak material bangunan berikut papan-papan pembatas parkir.
Bagi warga yang berkendara sepeda motor juga enggak usah khawatir, ada tempat parkiran motor yang khusus disediakan pengelola gedung, tak jauh dari kantin-kantin penjaja makanan di area belakang gedung balaikota.
Dari gedung parkir, kami berjalan menuju lobby utama. Seraya menuju lobby, saya memperhatikan ada beberapa kolam di sisi kiri gedung balaikota. Kolam yang agak besar berbentuk persegi panjang, dan posisinya agak ke taman. Sedangkan kolam yang agak kecil persis menempel dengan dinding kaca sebelah kiri gedung. Di atas kolam yang ukurannya lebih kecil ini ada patung orang berwarna silver yang nampak seperti sedang berlari. Entah apa maksudnya, mungkin perlambang bahwa Kota Tangsel harus berlari menyongsong kemajuan bersama ... #eeeaaaaaaaaa
Tapi, yang paling kontras adalah keberadaan Bunga Anggrek Ungu keputihan jenis Van Douglas. Ketika sudah ada di luas lobby gedung balaikota, maka Van Douglas seolah menyapa. Dari mulai sudut kiri, tengah dan kanan, semua dihias dengan warna keunguannya yang eksotik. Bahkan mengapit pintu kaca lobby, ada dua pot berwarna merah besar yang isinya bunga AnggrekVan Douglas.
Penempatan Anggrek Van Douglas yang begitu khusus ini memang seiring sejalan dengan harapan dari Ibu Airin untuk menjadikan bunga yang satu ini sebagai ikon dari Kota Tangsel. Harapan ini sudah lama disampaikan. Tak cuma itu, malah sudah memasyarakat dengan munculnya banyak karya kreatif warga Tangsel yang desainnya berbasiskan motif Anggrek Van Douglas.
Masih di luar lobby, saya sempat berjalan menuju ke arah depan gedung. Halaman upacara di sini tidak sepenuhnya dibeton apalagi diaspal. Tetapi, diberi ruang sedikit demi sedikit sebagai pembatas beton untuk ditanami rumput. Tujuannya, tentu supaya air hujan dapat langsung terserap ke dalam tanah.