Warga Tangerang Selatan meradang. Jumlah situ yang ada, berkurang. Malah, ada juga yang sudah hilang. Sementara lahan situ yang bertahan, terus susut tak terbilang.
*
Situ Sasak, misalnya. Dulu, situ yang berlokasi di Kecamatan Pamulang ini disebut-sebut punya luas lahan 31 hektar. Kini, luas existing-nya tinggal 10 hektar. Data yang dimiliki Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), Pemprov Banten dan Jawa Barat menguatkan fakta tersebut.
Kondisi senasib dialami Situ Pondok Benda. Orang menyebutnya sebagai Situ Pamulang atau Situ Tujuh Muara. Di sini, penyempitan luas situ juga terjadi. Bahkan konon, kasus pengurukan lahan perairan situnya berlanjut ke ranah hukum. Sampai detik ini, belum jelas bagaimana kelanjutan kasusnya, sedangkan pengurukan lahan perairan sudah terjadi.
Nasib Situ Legoso kondisinya setali tiga uang. Luas situ yang ada di Kecamatan Ciputat Timur ini cuma tinggal kurang dari 0,5 hektar. Miris! Sementara bangunan milik warga makin merangsek ke lahan perairan. Tak ada lagi yang namanya sempadan situ. Menyempit dan nyaris hilanglah situ yang pernah menjadi saksi para penggembala kerbau memandikan hewan ternaknya di sini. Padahal, data 2010 menyebut, luas situ yang juga akrab disebut Situ Kuru ini mencapai 4,8 hektar!
Lalu situ mana yang sekarang sudah tiada? Yaitu, Situ Kayu Antap yang luasnya 1,6 hektar dan kini tinggal cerita masa lalu.
Begitulah derita situ-situ di Tangerang Selatan, Banten. Tak ada cerita bahwa lahan situ makin melebar. Karena pilihan nasibnya cuma dua: Menyempit atau menghilang.
Terlepas dari fakta dan data tentang kondisi kerusakan lingkungan dan Sumber Daya Alam (SDA) di Tangsel ini, ada satu hal yang patut dicatat dan belum memecahkan persoalan sejak lama. Yaitu, belum adanya pengukuran menyeluruh dan detil terhadap keberadaan situ-situ tersebut. Mencari berapa sejatinya luas lahan situ itu saja misalnya, sulit dan kurang diperbaharui datanya.
Ketiadaan pengukuran yang detil, dengan skala perbandingan yang presisinya tepat, membuat kondisi kelestarian situ demi situ makin memprihatinkan. Tak heran, ukuran tahun 2010 misalnya, masih saja disinggung-singgung, padahal kondisi di lapangan sudah ketinggalan zaman. Sedangkan untuk memakai ukuran paling aktual sekaligus faktual pun, sulit. Ya, karena memang kurang sekali pembaharuan pengukuran luas lahan situ-situ tersebut.
Peta yang menyatukan. Begitu mungkin istilah tepatnya. Bayangkan, kalau kondisi mengenaskan tentang situ-situ di Tangsel, terjadi juga di seluruh Nusantara. Bahkan bukan cuma situ, sedikit demi sedikit, sungai, danau dan lautan Indonesia bakal dicaplok tangan jahil tak bertanggung-jawab. Kalau misalnya Sumpah Pemuda 1928, diantaranya menyebut: "Bertanah air satu, Tanah air Indonesia", maka dengan memiliki satu peta yang terkredibel, terdetil, terbaru dan menyatukan, maka semangatnya jadi mirip dengan bunyi Sumpah Pemuda, "Berpeta Satu, Peta Indonesia".
Harapan supaya "Kebijakan Satu Peta" atau One Map Policy terwujud, kini ada di pundak Badan Informasi Geospasial (BIG). Tahun ini, tepatnya 17 Oktober 2017, BIG berusia 48 tahun. Dulu, BIG dikenal dengan nama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
By the way, jangan bayangkan output BIG merancang dan membuat pemetaan cuma sebatas peta buta maupun atlas belaka. Lebih detil lagi, BIG punya keandalan untuk melakukan pemetaan geospasial. Misalnya, Penyelenggaraan Informasi Geospasial Tematik (IGT) meliputi IGT Darat, IGT Laut, IGT Kebencanaan, serta IGT Tata Ruang dan Atlas.
Juga, Peta Tematik Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Matra Laut, seperti contohnya Pemetaan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut, Peta Karakteristik Perairan Laut Dangkal, Peta Tematik Sumber aDya Alam dan Lingkungan Hidup Matra Kebencanaan dan Perubahan Iklim, Peta Demografi, Peta Rawan Banjir, serta Peta Tematik Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim.
Masih banyak lagi peran BIG dengan segala kemampuan dan profesionalismenya sehingga nyata benar mendukung Program Nawacita Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia yang bermula dari desa dan daerah pinggiran.
Ya ... #GeospasialUntukKita
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI